Ingatan Masa Lalu.
Ingatan Masa Lalu.
'Kenapa Qiano terlihat menyedihkan seperti ini? Tapi, aku tidak bisa menyapanya karena mungkin dia sudah tidak ingin berinteraksi denganku lagi. Tapi, aku berharap kalau Qiano akan menemukan pasangan yang lebih baik darimu.' Batin Qiara.
Qiara tahu kalau hari ini memang bukan saat yang tepat, karena ada begitu banyak pasang mata di Restauran ini yang bisa merekam jejak mereka berdua. Ia tidak mau Julian salah paham jika ada orang yang mengenal dia lalu merekam nya.
Qiara menghela napas, setelah itu ia melanjutkan perjalanannya keluar.
Di saat bersamaan, Maxwell yang sudah lama pingsan mulai membuika matanya, pandangan matanya samar-samar terlihat memandang ke arah langit-langit kamarnya.
Warna bola matanya menggelap, bagaikan lubang hitam tak berujung, hanya saja, aura disekitar badannya tiba-tiba terasa sangat dingin padahal pakaiannya sudah digantikan oleh Rafael.
Maxwell sangat tidak menyukai kalau tubuh nya di sentuh oleh pelayan, oleh karena itu ia hanya mengizinkan Rafael untuk membantunya saat ia dalam keadaan sakit.
Seketika itu, ia mengingat pertemuan terakhirnya dengan Vania sebelum ia kembali ke Amerika.
Flash Back.
Malam itu, mobil mewahnya berhenti di depan apartemen tempat Vania tinggal jika ia ingin sendirian.
Vania yang baru saja turun dari mobilnya itu langsung menoleh kembali melihat wajahnya tang tampanm
"Max ... Apa kamu mau mampir untuk minum jus kesukaanmu?" Tanya Vania sambil tersenyum manis yang memperlihatkan bibirnya yang tipis kemerah-merahan.
Karena Maxwell masih merasa kesal sama Vania yang diam-diam bertemu dengan Julian lagi, Maxwell pun menoleh dengan sikap malas.
Sepasang mata Maxwell terlihat datar dan dingin, tidak mengandung ekspresi apa pun, membuat Vania yang melihatnya merasa merinding.
Maxwell tidak bicara, tapi Vania tidak bertanya kembali karena ia mengerti dengan sikap Maxwell. Ia lalu tersenyum dan berkata, "Baiklah, aku akan masuk sekarang. Kamu hati-hati di jalan. Oh iya, besok aku akan menunggumu di taman. Oleh karena itu, jangan sampai tidak datang karena aku ingin melihatmu sebelum berangkat!"
"Masuklah!" Kata Maxwell sambil mengangguk tanpa membalas senyum tulus Vania.
"Iya."
Setelah Vania berbalik dan berjalan memasuki apartemennya, Maxwell pun langsung meninggalkan apartemen Vania dengan perasaan yang tidak karuan.
"Bos, apakah anda mau langsung pulang untuk beristirahat?" Tanya Rafael dengan ragu karena ia tahu bos nya sedang dalam suasana hati yang buruk.
"Malam ini juga kita harus berangkat ke Amerika. Karena kakek sudah mendesak." Jawab Maxwell setelah membaca pesan dari kakeknya.
"Haruskah kita kembali ke apartemen nona Vania?"tanya Rafael.
"Aku akan mengirimkan pesan padanya setelah sampai di sana. Jadi, lanjutkan perjalanan menuju Bandara!"
"Baik bos!"
Mobil Maxwell pun melesat menuju bandara. Maxwell tidak berkeinginan untuk memberitahu Vania kalau dia sudah pergi. Karena dia pikir kalau Vania sudah beristirahat.
Keesokan paginya.
Setelah pulang bekerja, Vania langsung pergi ke taman untuk menunggu Maxwell datang. Ia sudah membuatnya syal yang dia rajut sendiri untuk dipakai oleh Maxwell selama di Amerika.
Yang Vania tahu, kalau Maxwell akan berangkat sore sehingga ia meminta bertemu sebentar.
Akan tetapi, hingga malam tiba. Maxwell tidak kunjung datang. Vania pun kecewa dan bergegas pulang dengan perasaan yang bingung sebab Maxwell tidak bisa di telpon.
Setelah sampai di kamarnya, Vania menghapus riasan wajah dan pergi mandi.
Setelah selesai mandi, Vania pun berbaring di tempat tidur karena badannya sudah sangat kelelahan.
Dia berguling bolak-balik di atas tempat tidur, memikirkan Maxwell yang tidak ada kabar. Entah apakah karena memikirkan Julian atau karena Maxwell yang tidak datang. Jelas-jelas dia sangat kantuk, tapi malah tidak bisa tidur sama sekali.
Tidak lama kemudian, Vania pun memutuskan untuk berselancar di google untuk mencari berita-berita yang menarik.
Tanpa sadar, jari tangannya mengetik nama Maxwell di kolom penelusuran.
Seketika itu, informasi tentang Maxwell muncul walaupun tidak disertai dengan fotonya karena Maxwell tidak suka fotonya di pajang di media atau apapun itu.
Dalam penelusuran itu tertulis kalau cucu pertama Adamson yang merupakan Presiden Direktur YM Grup telah sepenuhnya mengambil alih YM Grup. Maxwell yang misterius dikatakan sebagai pengusaha muda yang sangat tegas dan cekatan. Ia pernah berhasil mendongkrak bisnis YM Grup hingga ke tingkat yang teratas menyaingi JJ Grup saat ia menjadi sebagai wakil Presiden Direktur YM Grup.
Dalam waktu singkat, dia sudah menjadi saingan berat JJ Grup yang sudah diambil alih oleh dewa bisnis Julian Al Vero.
Berita kedua adalah, tentang gosip akan adanya pertungan Maxwell dengan seorang pewaris kaya yang merupakan anak dari sahabat kakeknya.
'Sepertinya gadis biasa sepertiku harus berhenti bermimpi. Terlibat dengan dua lelaki berkuasa membuat perasaanku kacau. Aku pikir, dengan melepaskan Julian dan memilih Maxwell akan membuatku merasa lebih baik. Tapi, aku salah saat aku tahu kalau mereka pernah menjadi sahabat baik di masa lalu. Sekarang, apa yang harus aku lakukan? Sedangkan mereka selalu bisa menemukan aku dimana pun aku bersembunyi. Hari ini, Maxwell sangat wajar marah padaku karena aku masih membiarkan Julian menemukanku, tapi aku harus bagaimana?' Batin Vania sambil meneteskan air mata.
Setelah itu, Vania menarik nafas dalam karena ia sudah menduga kalau hal seperti ini pasti terjadi dikalangan orang kaya yang hanya ingin melihat anak mereka bersanding dengan pilihan mereka.
Setahun yang lalu, ia terpaksa meninggalkan Julian karena Tuan Jhosep mengancam akan menghancurkan hidup ibu dan adiknya yang berada di kota B. Selain itu, ia juga tidak mau melihat Julian memilihnya dan meninggalkan karirnya.
Awalnya, Maxwell hanyalah sahabat baik bagi Vania. Tapi, Maxwell ternyata mencintainya sehingga ia mencoba membuka hati pada Maxwell dan membiarkan Julian tahu agar Julian berhenti mencarinya. Tapi, Julian sangat keras kepala dan tidak mau merekam dia dengan Maxwell.
Merasa sangat lelah, Vania pun tertidur tanpa sadar.
Itu sudah jama 12 siang. Vania kembali ke Apartemen nya setelah pulang bekerja. Belum saja ia mengganti pakaiannya, ia mendengar suara ketukan pintu.
Vania pun segera membukanya dan menemukan Julian sudah berdiri di depan pintunya.
Seketika itu, Vania gemetaran karena ia tahu kalau Apartemen nya diawasi oleh Maxwell melalui beberapa orang yang dia tempatkan di sekitar apartemen Vania secara rahasia.
"Kenapa kamu datang? Bukankah kita sudah selesai?" Tanya Vania dengan cemas, ia tidak mau Maxwell sama Julian bertengkar lagi.
Tanpa mengatakan apapun, Julian menarik tangan Vania. Walaupun Vania terus berusaha melepaskan diri, tapi Julian tetap menariknya dan tidak mau melepaskannya.