90| The Richest CEO!
90| The Richest CEO!
Ia hanya menghembuskan napasnya dengan perlahan, rasa letih langsung menjalar ke seluruh otot-otot tubuhnya namun tidak menghilangkan rasa untuk menunggu pesanan yang sedang di buatkan oleh Chef handal di restoran ini.
Sudah dari 10 menit yang lalu ia menunggu mushroom creamy soup sesuai dengan permintaan Felia, ia menginginkan soup yang baru di masak bukan di hangatkan atau lainnya. Pokonya sesuai dengan standar fresh yang harus di perhatikan karena wanitanya tengah mengandung.
Jadi, ya resiko saja harus menunggu cukup lama.
Akhirnya, Leo menatap layar ponsel yang sudah terdapat deretan pesan dari kekasihnya. Ia segera menyambar benda pipih tersebut untuk melihat apa yang dikirimkan Felia untuk dirinya.
| ruang pesan |
Felia
Leo kamu ke mana kok belum pulang?
Felia
Sayang katanya janji gak akan lembur... ya pulang tepat waktu buat bawain aku makanan aku juga kangen sama kamu.
Felia
Kamu banyak kerjaan ya kalau misalkan banyak kerjaan yasudah gak masalah, lanjutin dulu
Felia
aku akan menunggu kepulangan mu ya sayang hati-hati di jalan, love
| ruang pesan berakhir |
Terbitlah sebuah senyuman manis yang menghangatkan di permukaan wajah Leo, ia sangat beruntung memiliki wanita yang pengertian walaupun terkadang permintaannya harus dituruti. Dengan rongga dada yang berdesir bahagia, jemarinya mulai menekan tombol telepon untuk menghubungi Felia di seberang sana.
Setelah itu ia menaruh benda pipih yang berada di tangannya ke daun telinga, supaya percakapan mereka nantinya lebih privasi. Dering demi dering terdengar, pertanda panggilan belum terangkat dari seberang sana Lalu setelah dering terakhir ingin berhenti tiba-tiba saja panggilan sudah tersambung.
"Halo Leo, kenapa kamu menelpon ku? kan bisa jawab pesan yang aku kirimkan ke kamu, ya takutnya kamu lagi di jalan.."
Suara lembut Felia terdengar dari seberang sana melontarkan pertanyaan yang memang seharusnya ia tanyakan, tentu saja membuat Leo yang merasa tidak enak dengan wanita nya itu perihal keterlambatan pulang kerjanya akhirnya ia terkekeh kecil.
"Halo juga sayang, saya tidak sempat mengetik untuk membalas pesan yang kamu kirimkan jadi saya langsung menelpon kamu dan oh ya saya sudah berada di di restoran dan sedang menunggu pesanan yang kamu inginkan."
Leo sedang membayangkan bagaimana senyuman manis yang menghiasi wajah Felia karena tahu kalau dirinya sedang memesankan makanan yang diinginkannya, wanita itu sangat suka tersenyum dengan tulus walaupun ia hanya melakukan hal yang sederhana.
Dan seperti tebakan Leo sebelumnya terdengar pekikan yang ditahan dari seberang sana, Felia rasa kalau Leo sudah berjuang menuruti apa yang dia inginkan.
"iyakah? kalau begitu aku akan menunggu kepulangan mu dengan tidak sabar. Entah kenapa perutku kembali lapar padahal tadi sudah makan sore bersama dengan Azrell,"
Mendengar jawaban Felia yang antusias membuat Leo merasa senang namun ada satu hal yang membuat dirinya langsung menaikkan sebelah alis, ia mendengar nama seorang wanita yang kini akan segera menjadi kakak iparnya. "Azrell? untuk apa dia ke sana? tumben sekali karena biasanya kita terus yang main ke rumah besar kamu," ucapnya.
Walaupun Azrell sudah menunjukkan kesungguhannya untuk berteman kembali dengan Felia, bukan berarti hal itu menutupi kemungkinan kalau dirinya masih tidak terima dengan perlakuan wanita tersebut yang semena-mena dengan orang lain, padahal hanya karena masalah yang menurutnya sepele.
"Dia hanya ingin berkunjung tidak ada niat untuk menjahati diriku, lagipula kita bertukar cerita dan juga saling menanyakan tentang kandungan masing-masing. Tadi aku juga mengajak dia untuk mengganjal perut dengan tomato soup buatan Bara, dan ternyata dia suka."
Menghembuskan napas dengan perlahan, mendengar penjelasan Felia tentu saja Leo merasa lega akan hal itu ia hanya berwaspada kalau kejadian lalu tidak akan terulang kembali. Ini bukan masalah maaf atau memaafkan tapi ini masalah yang patut untuk dijadikan pelajaran kalau seseorang yang sudah bersikap tidak baik itu sangat patut untuk di waspadai.
"Kalau begitu bagus lah, jadi saya tidak perlu menaruh rasa curiga yang besar kepada Azrell."
"Jangan bersikap seperti itu Leo, bagaimanapun dia sudah berusaha untuk meminta maaf dan memperbaiki kesalahannya..."
Dari awal velia mengajarkannya untuk memaafkan orang lain dan memberikan kesempatan kedua tapi baginya hal itu justru seperti malapetaka, bisa diibaratkan dengan memaafkan penjahat yang sudah pasti penjahat itu akan mengulangi kesalahan yang kesekian.
"Iya tahu tapi saya hanya mengingatkan kamu untuk tidak terlalu mudah memaafkan orang lain apalagi orang lain itu sudah menjatuhkan kamu di muka umum itu bukan hal yang wajar untuk dimaafkan, sayang." ucapnya dengan suara bariton yang dibuat selembut mungkin.
Sudah sejak tadi dirinya menjadi pusat perhatian orang-orang yang berada di restoran ini, selalu saja seperti itu. Dari dirinya masuk, duduk, hingga menelpon pada detik ini pun masih dilihat dengan sorot mata yang memuja. Hal ini yang membuat dirinya harus berbicara dengan volume cukup rendah supaya tidak ada yang mendengar percakapannya dengan sang pujaan hati.
"Ya sudah kalau misalnya hal itu terjadi untuk yang yang kedua kalinya, maka aku akan memberikan kesempatan lagi kepada Azrell untuk memperbaiki nya tapi aku tidak akan bersikap serupa seolah-olah kita memang berteman."
Leo sangat bangga memiliki kekasih yang pemaaf dan sangat bersikap dewasa seperti ini, kalau semisalnya wanita lain mungkin saja enggan memaafkan karena sudah merasa sakit dengan apa yang diperlakukan oleh temannya sendiri. "Sepertinya proses pemasakan soup untukmu berlangsung sekitar 15 sampai 20 menit lagi apa tidak masalah menunggu selama itu?" tanyanya sambil menggaruk tengkuk yang tidak gatal.
Ia merasa menjadi laki-laki yang tidak tepat waktu hanya karena faktor pekerjaan yang menunda kepulangannya untuk bertemu sesuai janjinya dengan Felia.
terdengar kekehan kecil dari seberang sana pertanda kalau Felia tidak akan mempermasalahkan hal itu. "Kamu ingin menuruti semua permintaan aku saja membuat ku bahagia memiliki kamu, kalau memang masih lama pembuatan makanan yang aku inginkan itu tidak masalah ya karena memang prosedurnya seperti itu dan aku yakin itu juga permintaan kamu kan yang selalu ingin dibuatkan masakan fresh, benar?"
Seolah-olah dapat menebak apa yang Leo perbuat, akhirnya ia menampilkan deretan gigi pertanda dirinya tersenyum lebar seperti tak berdosa. "Iya benar soalnya saya ingin menu makanan yang terbaik untuk kamu tidak ingin makanan yang hanya modal dihangatkan saja."
"dmDan sekarang kamu sedang menunggu sendirian? Ah memang dasar kamu suka sekali pergi ke restoran sendiri, alhasil nanti kamu membayangkan pertemuan kita pertama kali."
"Tentu saja saya selalu membayangkan hal yang membuat saya ingin tertawa bagaimana raut wajahmu yang lugu dan meminta maaf karena sayabukan orang yang kamu maksud itu sangat menggemaskan."
"Itu sama sekali tidak terdengar menggemaskan Leo justru itu sangat memalukan, dan lebih-lebih lagi kamu malah mentraktir aku dengan porsi restoran bintang lima yang harganya selangit."
Leo hanya tertawa saja, lalu mendapatkan getaran di ponsel pertanda kalau baterai benda pipih ini sudah ingin habis. Pada saat itu juga, ia berdehem untuk menginterupsi suasana. "Kamu sedang apa, sayang?" tanyanya.
"Aku hanya tiduran di kasur sambil menonton acara televisi, ada apa?"
"Euhm tidak ada, baterai ponsel saya habis kalau lebih lama menelepon takut mati nanti gak bisa kabarin kamu."
Leo adalah tipikal laki-laki yang mengutamakan berbicara sesuai dengan kenyataan daripada harus memaksakan diri untuk mempertahankan apa yang sedang terjadi, misalnya seperti saat ini baterai ponselnya sudah habis dan ia langsung bilang kepada Felia tentang hal yang sebenarnya daripada Iya memaksakan sampai ponsel mati itu sangat merugikan baginya.
"Oh kalau begitu ya sudah matikan saja sambungan teleponnya lagi pula aku juga masih ingin menonton serial televisi,"
Menganggukkan kepalanya seolah-olah sang lawan bicara ada dihadapannya, "baiklah tunggu kedatangan saya." balasnya dengan suara bariton yang sudah terdengar seperti biasa --tidak mengecilkan volumenya lagi--.
"Iya sayang ku, aku tunggu selalu." ucap Felia di seberang sana.
"Ya sudah aku matikan ya sambungan teleponnya, sampai jumpa... I love you, sayang!"
"Iya I love you too, Tuan CEO terkaya!"
Terkekeh dengan sebutan yang diberikan velia untuk dirinya, Leo segera menggelengkan kepala pertanda ia tidak habis pikir dengan wanitanya. "Bye..." ucapnya sambil menjauhkan telepon.
Pip
Bersamaan dengan matinya sambungan telepon yang disetujui oleh kedua belah pihak, seorang waitress mendekati dirinya dengan senyuman yang mengembang. Jelas sekali apa yang berada di benak wanita pelayan itu, tapi Leo sama sekali tidal mempedulikan hal tersebut.
"Maaf Tuan karena sudah menunggu lama dengan hidangan satu ini, silakan ini menunya nya dan ini bill-nya."
Melihat pelayan wanita tersebut yang menyodorkan sebuah cup yang berisi mushroom soup pesannya dan juga bill pembayaran harga hidangan ini, Leo langsung saja menganggukan kepala sambil merogoh saku tuxed-nya untuk mengambil dompet.
Menarik bill tersebut sampai ke hadapannya, lalu membaca dengan teliti. "Dua puluh dolar?" tanyanya untuk memastikan apa yang tertulis jelas di lembaran kertas panjang berukuran kecil, sambil mendongakkan kepala ke wanita tersebut.
Sang waitress menganggukkan kepala, membenarkan apa yang dipertanyakan Felia. "Iya Tuan benar, itu total semuanya." jawabnya dengan sopan walaupun kilatan mata yang terlihat jelas kalau wanita ini benar-benar mengagumi sosok seorang Leonardo Luis.
Menganggukkan kepalanya, Leo paham lalu membuka dompet dan mengeluarkan uang sekitar lima puluh dolar ke atas meja. "Terimakasih, saya pergi dulu." ucapnya sambil beranjak dari duduk, dan mengeratkan tuxedo-nya setelah itu mengambil pesanan yang tadi di bawakan sang waitress.
"Loh Tuan, ini terlalu kelebihan tiga puluh dolar."
"Tidak masalah, ambil saja. Anggap saja itu tip dari saya untuk kamu, sampai jumpa ya."
Setelah mengatakan itu, Leo langsung melangkahkan kakinya keluar dari restoran yang lagi-lagi diiringi tatapan orang lain.
Sedangkan waitress tersebut hanya bisa melongo dengan apa yang terjadi, menurutnya Leo benar-benar terlampau kaya bahkan memberikan tip lebih besar daripada jumlah bayaran mereka.
"Ini baru namanya The Richest CEO, keren."
...
Next chapter