Chapter 113 - Perang di tanah Abyc
Chapter 113 - Perang di tanah Abyc
Hal itu Kerajaan Abyc rasakan, mereka dalam sekejap menjadi musuh aliansi dan di cap sebagai Kerajaan yang membangkang di dalam kelompok aliansi mereka. Berkedok dengan kata-kata mendisiplinkan anggota, 3 kerajaan–Hertia, Meridonialis dan juga Nord kembali bersatu sebagai sesama aliansi dan memakirkan ribuan prajurit di dekat perbatasan Kerajaan Abyc. Sementara itu beberapa petinggi dari tiga kerajaan itu langsung datang untuk menemui Ratu muda dengan sisa-sisa petinggi Kerajaan Abyc.
Berbagai pertanyaan dari biasa hingga menekan Kerajaan Abyc mereka lemparkan.
"Ratu Ausele, kami turut menyesal karena telah tertipu dengan perkataan manis Pangeran Raudels. Lalu kami juga turut senang karena Kerajaan Abyc bisa kembali bangkit dari kekacauan, tetapi ada satu hal yang tidak bisa kami terima. Apa benar anda melakukan perjanjian dengan Kekaisaran Iblis?"
Pertanyaan itu keluar dari mulut seorang lelaki dewasa yang merupakan petinggi Kerajaan Hertia.
Sang Putri yang duduk di sebrang mereka–sisi lain meja bundar ruang pertemuan langsung menjawab dengan tegas.
"Tidak, kami tidak melakukan perjanjian apapun dengan Kerajaan Iblis."
Total dari 6 petinggi 3 kerajaan, masing-masing seorang petinggi kerajaan lainnya mencatat apa jawaban apa yang diberikan oleh sang Ratu.
Kemudian seorang petinggi dari Kerajaan Nord bertanya "Lalu bisakah anda jelaskan kenapa Kekaisaran Iblis bisa melewati perbatasan anda? Seperti yang tertulis dalam peraturan aliansi, jika anggota aliansi dilarang untuk membiarkan Kekaisaran melewati perbatasan. Anda seharusnya mengerti itu, kan? Lalu kenapa anda membiarkannya? Bahkan anda memberi mereka izin, benar?"
Itu adalah salah satu kesalahan fatal yang Ausele sadari kala dirinya memberikan izin resmi kepada Kekaisaran untuk melintasi perbatasan demi membuat kekacauan sesaat dan menghentikan langkah pasukan prajurit 3 kerajaan yang tertipu.
Ausele kembali menjawab dengan tegas "Saya tidak memiliki pilihan lain, anda seharusnya sudah mendengar tentnag perkataan Iblis itu perihal perbudakan? Ucapan Iblis itu tidak main-main, saya tidak ingin menambah beban Kerajaan Abyc dengan mendatangkan invasi Kekaisaran."
"Tapi seharusnya anda memikirkan jalan lain!" bantah petinggi dari Kerajaan Nord dengan tegas.
"Bagaimana?" balas Ausele bertanya dengan cepat, raut wajah yang tak senang pula terlukis jelas di wajahnya "Jika saat itu saya tidak memberikan izin Kekaisaran dengan alasan mengulur waktu, saat itu juga Pangeran naik takhta menjadi penguasa negeri ini. Lalu apa? Tidak ada yang bisa saya lakukan setelahnya! Saya pada akhirnya hanyalah menjadi boneka untuk Kakak saya dan saya sangat tidak ingin hal itu terjadi. Lalu Kekaisaran? Mengetahui orang yang mereka cari naik takhta, mereka tak memiliki alasan lain selain menggunakan cara tegas," Ausele terdiam sejenak, sementara pena para petinggi yang mencatat terus bergesekan dengan buku kecil mereka mencatat apa yang Ausele katakan. Gadis itu membuang napas perlahan untuk menenangkan diri "Tuan-tuan sekalian, saya meminta kebijaksanaan kalian. Saya mungkin bisa melakukan berbagai cara untuk menghentikan Kakak saya yang ingin membuat Kerajaan ini menjadi kerajaan militer, tetapi saya tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk menghentikan Kekaisaran. Karena bukan hanya Kerajaan saya, tetapi saya yakin jika Kerajaan Hertia, Meridonialis dan juga Nord akan terkena dampak dari invasi Kekaisaran, begitu juga dengan anggota aliansi lainnya."
Ausele menuturkan ketidakmampuannya ketika menghadapi Kekaisaran, lalu menunjukkan kepeduliannya kepada Aliansi lain seolah-olah dirinya melakukan itu juga demi melindungi aliansi lain. Namun raut wajah ketidakpuasan dari ketiga menteri itu terukir dengan jelas, membuat Ausele tak bisa berharap banyak.
Hingga petinggi dari Meridonialis berbicara, mengguncang Ausele serta para petinggi lainnya.
"Dengan kata lain, anda lebih memilih tunduk dengan Kekaisaran?"
"Huh?"
Lelaki yang memakai pakaian serba putih itu kemudian berdiri dari kursinya seraya berbicara:
"Pergerakan Kekaisaran memang harus diwaspadai, terlebih hal ini menyangkut ancaman Invasi. Seharusnya anda bisa memberitahu kami jika hal itu akan terjadi. Tetapi daripada mempercayakannya kepada Aliansi, kalian justru lebih percaya Kekaisaran Iblis yang merupakan pusat dari kebencian dunia. Sayang sekali."
Sang Ratu muda itu mengepalkan tangannya dengan kuat seraya mengeratkan gigi, dirinya tahu jika ada jalan seperti itu.
"Tunggu! Bukan seperti itu–."
Ucapannya dipotong dengan cepat oleh petinggi dari Hertia.
"Apanya? Seperti yang dikatakan Tuan Juino, anda bisa mempercayaian hal itu kepada kami. Kenapa anda tidak melakukan hal itu? Astaga, anda harus banyak belajar, Ratu Ausele!"
Petinggi dari Kerajaan Nord ikut berdiri kemudian berkata "Ratu Ausele, kami mengerti jika anda tidak ingin takhta Kerajaan jatuh ke tangan Kakak anda, Pangeram Raudels. Tetapi apa yang anda lakukan dengan membiarkan Kekaisaran melintasi perbatasan adalah pelanggaran paling berat dalam peraturan Aliansi. Kami akan berdiskusi untuk hukuman anda, jadi tolong persiapkan diri anda."
Kemudian mereka bersama-sama pamit begitu saja dengan keputusan yang sama sekali tak boleh dibantah, keputusan sebelah pihak meninggalkan kesan dan nasib buruk untuk Kerajaan Abyc.
Ratu Ausele hanya tertunduk terdiam mendengar pernyataan mereka yang benar-benar membuatnya kecewa. Dirinya, Ausele bukan tidak memikirkan rencana yang mereka katakan, tetapi dirinya tak bisa menggunakan rencana yang sangat berbahaya bagi rakyatnya, karena dirinya akan kehilangan kesempatan untuk membongkar kebusukan Kakaknya.
Pintu tertutup, Ausele kembali terduduk lemas setelah dirinya kalah dan dinyatakan bersalah.
Loyd tiba-tiba berbicara dengan sendirinya "Hati manusia sangatlah rapuh ... Ya. Siapa sangka Iblis yang selama ini selalu kita waspadai dan kita anggap kejam bisa menerka kemungkinan selanjutnya ... Tidak, sejak awal juga sudah aneh sih."
Kemudian seorang petinggi tanpa rambut pada tengah kepalanya bernama Philip bertanya "Apa maksud anda, Tuan Loyd?"
Loyd langsung menjawab dengan sedikit keraguan "Saya tidak ingin berprasangka buruk. Tetapi sebenarnya sejak saya mendengar jika pasukan 3 kerajaan akan datang, saya berpikir kenapa mereka bisa mengirimkan pasukan dengan mudah? Saya tahu jika pangeran pandai bersilat lidah. Tetapi, sehaursnya Kerajaan Hertia dan juga Meridonialis yang selalu memiliki kewaspadaan tinggi kepada Kerajaan lainnya meski itu sekutu mereka, seharusnya mereka juga curiga dengan permintaan Pangeran, benar?"
Para petinggi lainnya baru menyadari hal itu, kejanggalan yang amat jelas tak bisa mereka lihat dikala kepanikan dan keresahan melanda mereka. Hingga Loyd menyadarkan mereka semua hari ini.
"Masuk akal, jika mereka memang ingin mengakhirinya kudeta, seharusnya mereka juga mengirim menteri, kan?" sahut Philip, seraya bertanya dengan meyakinkan kejanggalan itu.
Suara riuh singkat tercipta di dalam ruangan yang dimana hanya ada Loyd, Ausele dan para petinggi lainnya. Hingga tepukan tangan singkat sang Ratu menghentikan mereka semua.
"Baiklah, berhenti," ucapnya kemudian, lalu dirinya berdiri daj kembali berkata "Memang kecurigaan kalian bisa menjadi alasan lain kenapa mereka tidak mau mendengarkan kita, tetapi kita tidak bisa menuduh mereka tanpa bukti yang kuat. Lalu, maaf karena aku semakin menambah masalah Kerajaan ini–."
"Apa yang anda katakan!?" Loyd bertanya dengan nada tinggi dengan ekspresi yang benar-benar marah, suaranya lantang hingga mengalihkan seluruh perhatian para petinggi lain kepada dirinya. Loyd berdiri dengan sorot mata marah yang ia tunjukkan dalam sekejap melemas "Yang mulia, anda tidak perlu meminta maaf. Kami semua pun sudah memperkirakan hal ini jika Kekaisaran menginjakkan kaki di tanah ini, terlebih Iblis itu juga sudah memperingatkan kita. Jadi anda tidak perlu merasa bersalah," ucapnya lagi seraya tersenyum tipis.
Mematung sang Ratu mendengar ucapan petinggi muda itu, kemudian petinggi lainnya menyahuti ucapannya.
"Benar sekali, anda tidak perlu mencemaskannya ... Justru kami harus meminta maaf karena tidak banyak membantu dalam pertemuan hari ini," ucap Philip seraya menundukkan kepalanya.
"Tidak! Kalian sangat membantu saat menjawab pertanyaan mereka di awal, aku hanya menjelaskan saja," balas Ausele berusaha memuji para petingginya, "Tapi kalau seperti ini sudah jelas mereka memang ingin memusuhi kita, entah apa alasan mereka sebenarnya tetapi kita harus waspada," tambah sang Ratu, ia kemudian menarik napasnya lalu menampar kedua pipinya secara bersamaan "Baiklah!" serunya dengan ekspresi yang lebih baik "Semuanya, kita harus bersiap. Penjualan alat-alat sihir kita ke Kerajaan lain cukup banyak dan kita harus memanfaatkan sebaik mungkin. Sebenarnya kita belum sepenuhnya pulih, tapi dewa kembali menguji kita. Mari kita tunjukkan apa yang kita bisa!"
"Baik!"
Begitulah akhir dari pertemuan singkat mereka, setelahnya Kerajaan Abyc menyiagakan penuh militernya secara diam-diam dan memerintahkan Jenderal Helsper untuk kembali mengatur strategi apabila 3 Kerajaan menginvasi mereka.
Beberapa minggu kemudian, surat pernyataan dari Aliansi pun tiba di istana Abyc. Sebuah surat yang merupakan hukuman untuk membebaskan seperempat lahan dan juga pengurangan personil militer, permintaan yang jelas tak mungkin mereka terima. Kerajaan Abyc bukanlah Kerajaan yang memiliki luas sekias Negeri Elf, bahkan mereka sedikit lebih kecil dibanding dengan Negeri Elf. Jika mereka kehilangan seperempat wilayah Kekuasaan, itu sudah sangat merugikan Kerajaan Abyc. Ditambah lagi mereka diminta untuk mengurangi personil tentara, membuat mereka semakij lemah dan rentan diserang, jumlah orang yang tak bekerja di Kerajaan mereka pun akan melesat tinggi.
Bila mereka menolak permintaan itu, maka mereka mendapatkan ancaman untuk melakukannya secara paksa. Dengan kata lain mereka mengobarkan bendera perang kepada Kerajaan Abyc.
Pasukan dari masing-masing perbatasan 3 kerajaan melihat jumlah prajurit yang terus mendekat dengan jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan pada saat terakhir kali mereka datang. Berdasarkan perkiraan pasukan penjaga prrbatasan, 80.000 prajurit kerajaan Nord (Timur), 100.000 prajurit Kerajaan Hertia (Utara), 100.000 kerajaan Meridonialis termasuk 1.000 pasukan suci (Timur laut).
Jumlah yang sangat jauh dibanding total prajurit aktif Kerajaan Abyc yang hanya berkisar 100.000 prajurit.
Meski tahu begitu, Jenderal Helsper dengan percaya diri tidak akan membiarkan mereka semua mencapai Ibukota Kerajaan Abyc. Selaku perancang strategi, kepercayaan dirinya amat besar dengan jebakan dan juga medan yang sudah mereka persulit untuk memperlabat gerak pasukan 3 Kerajaan.
Mendekati tengah hari, seluruh pasukan perbatasan diminta mundur dan bergabung dengan pasukan pertahanan. Lalu kala matahari mencapai titik tertingginya, pintu perbatasan yang begitu besar dalam sekejap meledak dan hancur. Puluhan ribu prajurit berlari menerobos perbatasan bersama bendera-bendera perang mereka, tetapi begitu keluar, mereka langsung dihajar oleh ribuan panah yang ditembakkan pasukan Abyc lalu ditambah dengan serangan alat sihir yang menyerupai busur silang, serangan alat sihir itu menghasilkan daya ledak sedang hingga mampu menghancurkan zirah-zirah musuh.
Meski mereka mendekat, belasan lubang dalam yang ditutupi oleh kain hijau untuk kamuflase dengan efektif membuat ribuan prajurit terjerembab ke dalam lubang dan menghambat langkah mereka. Saat itu pula, pasukan berpedang Abyc maju dan menghalangi langkah mereka semua.
Suara pedang berdenting dengan nyaring, menggema di langit Kerajaan Abyc. Sibuk dengan jebakan, serangan pedang Kerajaan Abyc bagaikan kejutan untuk mereka hingga membuat mereka semua lengah dan terbunuh sia-sia. Lalu tak lama, pasukan musuh bertambah dan para prajurit Abyc pun mundur serentak menjalankan strategi kedua mereka.
Medan perang yang lainnya pun serupa, mereka mundur teratur seraya pasukan pemanah dan penembak alat sihir terus menghambat mereka sampai pasukan berpedang berhasil keluar dari medan pertarungan, kemudian mundur teratur.
3 pion kayu warna biru Helsper seret ke belakang, 3 pion yang melambangkan kelompok pasukan garis depan yang masing-masing berjumlah 30.000 prajurit. Dirinya terus menatapi peta Kerajaannya yang menjadi denah perang guna mengatur strategi, seraya dirinya terus mendengarkan laporan yang berdatangan dari beberapa prajurit berkuda yang mengamati jalannya medan perang dari kejauhan.
"Bagus, dengan begini mungkin kita bisa bertahan dan membalikkan keadaan," ucap Helsper, sedikit dirinya lega semuanya berjalan dengan lancar "Bagaimana dengan alat-alat sihir? Apakah mereka bekerja dengan efektif?" tanya Helsper kepada prajurit pembawa pesan itu
Prajurit itupun menjawab dengan tegas "Ya, pak! Sangat efektif sampai dapat membuat formasi musuh kacau."
"Begitu, baguslah. Lalu pastikan sekali lagi untuk logistik, karena itu juga kunci untuk berperang dengan efektif!" balas Helsper lega kemudian memberikan perintah kepada prajurit itu.
"Ya pak!" begitu menjawab, prajurit itu langsung keluar dari tenda sang Jenderal.
Peralatan sihir yang dikembangkan hanya dalam kurun waktu satu bulan, Kerajaan Abyc memanglah memiliki keunggulan dalam hal itu. Hingga beberapa minggu setelah Kerajaan kembali ke dalam penguasa sebenarnya, Kerajaan memfasilitasi para perancang alat sihir di beberapa kota bersama dengan peneliti sihir Kerajaan dengan mengemban tugas untuk memfokuskan diri mereka mengembangkan alat-alat sihir. Ide itu keluar dari seorang petinggi muda dan mendapat dukungan penuh dari para petinggi lainnya.
"Astaga, alat sihir sangat berguna tetapi siapa sangka Ratu akan bekerja sama dengan mereka? Ditambah lagi kita bisa membeli busur tambahan dengan harga murah dari Negeri itu ... Astaga, astaga," tutur Helsper masih tak percaya dengan keputusan sang Ratu.
Tentu saja, orang-orang itu tak cukup untuk memajukan alat-alat sihir mereka, hingga mereka meminta bantuan dari luar.
"Heee ternyata anda menyetujuinya ya."
"Ah ya, saya hanya mengirim beberapa teknisi. Berkat laporan anda, kami mungkin menemukan sesuatu yang kurang dalam perancangan alat sihir kali ini. Ya semoga saja mereka bisa bertahan."
"Kalian berdua benar-benar berbaik hati dengan manusia, ya."
Sementara itu jauh dari medan perang Kerajaan Abyc, 3 penguasa dari pihak yang dulu pernah dibenci umat manusia tengah berkumpul bersama menikmati teh di balkon Istana sembari memandangi sebuah layar yang tercipta dari sihir cahaya yang hanya dimiliki oleh para Elf.
Berkat undangan sang Kaisar Iblis pula mereka bisa berkumpul kembali setelah sebelumnya karena permasalahan kudeta di Uridonia.
"Walau begitu bukankah anda sendiri mau menjual busur-busur anda dengan harga murah kepada mereka?" tanya Void menggoda Ratu Elf sebab telah berbuat hal yang tidak biasa.
"Karena anda yang meminta! Apa anda tidak tahu saya sempat mati-matian berdebat dengan para tetua!?" ucap Ratu Elf itu terdengar marah seraya mengembungkan pipinya.
Amarahnya membuat Kaisar Iblis merapatkan kedua tangannya lalu menunduk; mengambil pose memohon "Saya minta maaf, ya! Lagipula saya sudah memohon di dalam surat, saya tidak memaksa anda."
"Kalau itu permintaan dari anda, mana mungkin saya bisa menolak!" bantah Ratu Elf itu lagi dengan nada sedikit tinggi.
Bukan merasa takut atau bersalah, Kaisar Iblis justru tertawa bagaikan orang bodoh hingga menciptakan nuansa komedi diantara mereka. Sementara itu Riedle yang juga mendapat permintaan tersirat dari sang Kaisar Iblis hanya bisa menghela napas.
Dibalik alat sihir dan panah yang sangat efektif mendorong rencana yang dibuat oleh Helsper, ketiga penguasa itu bergerak secara diam-diam atau seorang penguasa Iblis menjadi dalang utama sedangkan dua diantaranya hanya menuruti permintaan Iblis meski tak ada paksaan untuk mereka menuruti permintaan penguasa Iblis itu.
Selepas kembali dari perjalanan, Edward bergegas menghubungi Dwarf dengan menuturkan laporan apa yang tengah terjadi di Kerajaan Abyc. Hingga, Void memberitahunya jika Kerajaan Abyc yang dikenal tak memiliki sesuatu yang istimewa di dalam kerajaanya, namun kenyataannya mereka begitu unggul dalam alat-alat sihir meski mereka yang menjual alat sihir bukan langsung dari pihak Kerajaan–Uksia yang telah berkeliling setelah berkahirnya pertemuan resmi Kekaisaran dengan Kerajaan Abyc, kemudian melaporkan segala jenis perdagangan alat sihir kepada Void. Hal yang diketahui, perdagangan itu dilakukan secara individu, mereka menciptakan dan juga menjual alat sihir mereka sendiri. Seolah-olah hal itu menjadi harta yang sangat disayangkan bila tak dimanfaatkan, begitu menurut Void.
Negeri Dwarf yang juga memproduksi alat-alat sihir dalam sekejap menbuat Riedle tertarik. Meski sama-sama membuat alat-alat sihir, Riedle berkata jika Negeri Dwarf akhir-akhir ini hanya berfokus memproduksi alat-alat sihir yang tidak dijual untuk umum. Sebagian besar untuk pekerjaan atau hanya percobaan untuk penelitian yang lebih besar. Hingga peralatan rumahan pun terabaikan, sebab mereka menganggap alat-alat rumah tangga sudah mencapai batas penelitian–semuanya telah dibuat dan tak ada inovasi baru. Namun tak disangka, Kerajaan Abyc menciptakan peralatan rumah tangga yang jauh lebih berinovasi dibanding Dwarf.
Melihat kesempatan, Riedle menerima permintaan tersirat untuk bekerja sama dengan Kerajaan Abyc dikala mereka sudah mulai sedikit terbuka dengan Kekaisaran. Karena Void menganggap pasti itu akan memudahkan dua sekutu ya untuk memberikan pengaruhnya juga di Kerajaan itu.
Ditengah gejolak masalah Kerajaan Abyc, Negeri Dwarf dengan cepat mengambil kesempatan dengan mengirimkan surat dan meminta seseorang dari Kekaisaran berteleportasi kesana untuk menyampaikan surat itu. Hingga balasannya juga serupa, membuat Uksia dalam sekejap menjadi kurir pengantar pesan antar kerajaan.
Negeri persatuan Dwarf mengrimkan teknisi mereka untuk mempelajari rancangan alat-alat sihir disana dan sebagai gantinya, para teknisi itu diminta membantu mereka untuk membuat alat-alat sihir untuk militer maupun rumah tangga. Berkat kelihaian Dwarf yang telah diberkati untuk menciptakan sesuatu dengan sempurna, senjata militer alat sihir berbentuk busur silang pun tercipta. Dalam uji coba berhasil dipakai dengan mulus, tidak menyerap energi pengguna juga karena energinya berasal dari batuan sihir panjang yang berada di dalam busur silang yang belum mereka namai itu.
Hal serupa juga sama dilakukan oleh Elf, mereka justru lebih awal mendapat permohonan untuk membantu Kerajaan Abyc meski tak jelas dalam bentuk apa. Hingga suatu hari, ada surat permohonan langsung kepada Ratu Elf untuk melakukan perjanjian perdagangan dan mereka berniat untuk membeli banyak busur dan panah.
Hal itu menjelaskan permohonan sang Kaisar untuk membantu Kerajaan manusia itu.
Ratu Elf bertanya dengan sedikit sinis "Kenapa tidak anda saja yang membantu mereka, Paduka Void? Mereka akan terbantu bila anda memberikan pelatihan tempur khas Kekaisaran."
Riedle pula mendukung ucapannya "Benar, justru saya merasa heran karena Kekaisaran sendiri tak bertindak."
Ditatap oleh dua sekutu dekatnya membuat sang Kaisar canggung untuk sesaat, hingga dirinya menghela napas lalu meraih cangkirnya.
"Tidak bisa, Kekaisaran tidak bisa membantu mereka kali ini ... Ya bukannya saya tidak mau sih, tapi mereka melarang Kekaisaran ikut campur," tutur Edward.
Ratu Sylvia kembali bertanya "Mereka? Maksud anda Kerajaan Abyc?"
Void menggelengkan kepalanya perlahan "Scintia," panggilnya kepada pelayan yang setia berada di belakangnya. Seakan memahami perintahnya, Scintia langsung mengeluarkan sebuah surat dalam ruang sihirnya, surat gulung dengan pin lingkaran putih dengan perisai biru dan putih terukir di tengahnya "Yang melarang kami bertindak adalah ... Aliansi," ucap Void lagi kemudian menaruh gulungan kertas itu di atas meja.
Menjelang operasi di Kerajaan Abyc, Aliansi yang diikuti oleh Kerajaan Abyc mengirimkan sebuah surat gulung dengan pin lambang perkumpulan mereka yang menandakan jika surat itu adalah surat resmi. Mereka menuliskan sebuah permintaan yang terdengar memaksa kepada Kekaisaran untuk tidak mengganggu Kerajaan Abyc apapun yang terjadi kepada kerajaan itu. Lalu mereka juga memperingatkan Kekaisaran untuk menghormati aturan mereka yang sudah dilanggar Kekaisaran di Kerajaan Abyc.
Isi surat itu seakan-akan menjadi balasan apa yang Void katakan di ruang pertemuan pada malam bersama 3 Jenderal dari 3 Kerajaan manusia.
Kerutan pada kening sang Ratu dengan ekspresi tak senang langsung terlihat jelas seakan mengartikan perasaan sesungguhnya kala mendengar nama itu.
"Aliansi? Aliansi apa?" tanya Ratu Sylvia tak mengerti "Apa mungkin ..."
"Pastinya bukan aliansi suci," potong Riedle menerka dugaan Ratu Elf itu "Aliansi suci menggunakan pin bergambar salib, tapi ini perisai, pastinya berbeda," lanjutnya.
Void terkekeh pelan kemudian membalas perkataan mereka "Benar sekali. Saya sudah sedikit mencari tahu tentang aliansi itu, menurut informasi itu hampir semua Kerajaan manusia di dunia ini bergabung di dalamnya. Tujuan aliansi itu adalah untuk melindungi Kerajaan-kerajaan, memudahkan perdagangan dan mempermudah komunikasi antar kerajaan."
Ratu Elf menyahut dengan bertanya "Apa mungkin tujuan mereka adalah untuk menyaingi aliansi kita?"
"Ada kemungkinan begitu, tapi saya tidak ingin kita terlalu agresif," balas Void, kemudian dirinya meneguk teh hingga membuat jeda dalam ucapannya, lalu kembali berbicara "Mau bagaimana juga kita masih memiliki ancaman dari organisasi rahasia yang menjadi dalang kudeta Kerajaan Uridonia, Kekaisaran dan kemungkinan besar juga Kerajaan Abyc. Untuk saat ini saya ingin untuk selalu waspada, tapi jangan tergesa-gesa."
"Ya, anda benar."
"Umm, semestinya begitu."
To be continue