Last Boss

Chapter 93 -



Chapter 93 -

1Langit cerah berganti gelap, matahari telah melewati cakrawala, bulan dilangit menggantikannya menerangi malam hari bersama ribuan bintang lainnya. Diantara ribuan bintang itu tidak ada satupun bintang uang ia kenali, semuanya berbeda, bentuk bulan di dunia ini pula sedikit lebih besar daripada di dunianya.     

Menatap dari balik jendela di bangunan utama benteng Drachen seraya mengingat tempat asalnya yang sangat jauh sekali. Iblis berambut perak itu sama sekali tidak merindukannya, ia tidak merindukan suara deru mobil di jalanan, asap kendaraan yang tak jarang menerpa wajahnya, bahkan mereka yang juga melupakannya. Edward menghela napas seraya memejamkan mata, melihat kembali semua statis atribut serta skill dan sihir yang ia miliki.     

Jumlahnya kini jauh lebih banyak daripada beberapa hari hang lalu, semua itu berkat waktu luang yang tercipta karena berakhirnya pemberontakan dan masa menjelang pertemuan dengan Raja Uridonia hari itu.     

Skill:     

\[Detection] \[Search] \[Body Inspect] \[Object Inspect] \[Enchantment Body] \[Fishing: lvl 1]\[Cooking: lvl 1]     

Beberapa skill ada tambahan level, semakin tinggi levelnya maka semakin bagus skill yang dikeluarkan, sistemnya sama seperti di dalam game. Tetapi ada beberapa juga yang tidak ditambahkan level yang berarti skill tersebut tidak bisa ditingkatkan kembali, berlaku juga untuk sihir.     

Lalu ada pula skill pasif yang belum lama ini ia dapatkan.     

Skill pasif:     

\[Sword Trainee] \[Sword Mastery] \[Dual Sword Art: Mastery]     

Skill berpedang yang ia dapatkan berkat latihan seharian penuh sebelum satu hari dimulainya penilaian mingguan, tetapi tidak dengan \[Dual Sword Art]. Sebuah skill pasif yang membuat Void dapat dengan mudah menggunakan dua pedang sekaligus secara bersamaan dan sebuah deskripsi tambahan dengan tulisan berwarna abu jika skill pasif itu meningkatkan kecepatan serangan pengguna dua kali lipat. Dia sudah dua kali melakukan itu dan yang pertama adalah ketika ia melawan naga kepala 3, tapi kenapa skill pasif itu tidak ia dapatkan? Edward pula menjawab pertanyaan yang ia tanyakan sendiri     

'Mungkin saat itu aku tidak dapat skill pasif ini karena belum memiliki skill pasif Sword Mastery, jadi aku tidak bisa mendapat akill pasif dual sword ... Haaah merepotkan,' gumamnya kemudian menghela napas lelah.     

"Paduka, apa anda ingin teh?" Edward menoleh begitu mendengar tawaran dari seorang Jenderal Iblis yang sudah membawakan dua cangkir teh serta semangkuk cemilan.     

Void hanya tersenyum kepadanya kemudian duduk di sofa kayu tunggal, setelah menaruh namapan di atas meja ia pula duduk di sofa kayu panjang yang tak jauh dari tempat Edward. Tanpa basa-basi lagi Edward meminumnya, terasa sedikit manis di lidahnya dan aroma teh yang menyerbak dihidung terasa amat menenangkan, seakan semua melepas semua rasa lelah ditubuhnya.     

"Paduka, apa seperti itu tidak apa-apa?" tanya Belial tiba-tiba.     

"Soal apa?" tanya balik Edward tak mengerti.     

"Soal menempatkan anda di posisi terakhir," tutur Belial lagi meluruskan pertanyaannya.     

"Ah, itu. Ya tidak apa, lagipula aku tidak ada niatan untuk mendapat nilai tinggi," balas Edward lalu mengambil kue kering di mangkuk cantik itu.     

"Syukurlah," tambah Belial lagi, kemudian meminum tehnya perlahan.     

Di dalam kastil Drachen, malam begitu sunyi, sepi, dan tenang sehingga Void sejenak melupakan semua masalah yang masih dihadapi Kekaisaran.     

Selain fakta bahwa Lucifer masih menghilang, Kekaisaran sekarang tampaknya berada di bawah ancaman dari musuh yang berbeda. Mereka tidak teridentifikasi, dan tidak ada satu pun indikasi yang ditemukan. Tapi Sylvia, ratu elf dan pemimpin Dwarf, Riedle, mengklaim bahwa mereka adalah gereja. Orang-orang yang menjadi anggota gereja menganggap diri mereka suci karena seolah-olah mereka memahami keinginan dewa yang mereka sembah. Gereja adalah tempat suci yang terletak di bagian barat benua.     

Dari buku sejarah yang ia baca di perpustakaan Istana, Edward mengerti seberapa berbahayanya gereja bagi aliansi Kekaisaran. Mereka adalah sosok yang mampu menyatukan umat manusia 500 tahun yang lalu, membakar api permusuhan antara Kekaisaran Iblis serta aliansi dengan umat manusia. Ia tidak begitu tahu apa yang terjadi kala perang berlangsung, tetapi hanya membaca buku itu saja ia memahami betapa mengerikannya perang itu.     

"Hari ini saya harus berterima kasih kepada paduka," ucap Belial tiba-tiba.     

Mata Edward terbuka seraya menegakkan tubuhnya kembali "Kenapa?" tanya Edward.     

"Berkat anda yang mengajarkan untuk tidak bergantung kepada pedang, meski pedang sudah terjatuh tetapi mereka masih bisa mengandalkan ilmu bela diri mereka. Karena itu jalan pelatihan hari ini berubah dan mungkin saya akan menambah pelatihan tentang bela diri, menambah pekerjaan tapi tidan masalah," tutur Belial, terdengar mengeluh tapi juga tidak begitu.     

"Ma-maaf," sahut Edward merasa sedikit bersalah "Tapi apa tidak masalah? Bukankah prajurit memiliki sesuatu seperti pedoman 'Jika prajurit menjatuhkan pedang maka mereka kalah' atau semacamnya?" tanya Edward.     

Sebuah pedoman yang kuat dipegang oleh kesatria, mereka amat dilarang melepaskan pedang mereka dan bila terlepas maka mereka lebih baik mati, setidaknya kurang lebih seperti itu yang Edward ketahui tentang kesatria dari berbagai cerita fantasi di dunianya.     

Belial menjawab "Ah memang ada seperti itu, saya sendiri juga masih memegang kata-kata itu. Tapi maknanya tidak benar-benar seperti itu, paduka."     

"Benarkah?" tanya lagi Edward terkejut.     

Bersama dengan anggukan kepala, Belial kembali menjawab "Ya, sebenarnya tidak semua prajurit juga harus memegang kata-kata itu. Tetapi lebih seperti tekad untuk kami untuk tidak menyerah dan terus melawan bersama apa yang kami percayai. Lalu arti menjatuhkan pedang adalah mereka yang sudah berjuang sekuat tenaga, bertarung hingga nyawa mereka menjadi taruhannya. Nyawa mereka adalah pedang sebenarnya."     

Edward mengerutkan keningnya sesaat mendengar kata-kata rumit yang dikeluarkan Belial dari mulutnya. Dirinya masih tak begitu mengerti arti sebenarnya, tetapi ia memahami sedikit maksudnya.     

"Jadi, arti 'Jika prajurit menjatuhkan pedangnya maka mereka akan kalah' adalah prajurit yang berjuang sekuat tenaga bersama pedang mereka dan kehilangan nyawa, maka mereka baru bisa dikatakan kalah?" kata Edward dengan lugas.     

Belial pun mengangguk pelan seraya berkata "Benar sekali," kemudian ekspresinya berganti menjadi keheranan "Tapi apa paduka tidak tahu arti dari kata-kata itu?" tanya Belial.     

Pertanyaan Belial membuat Edward tersentak. Orang yang jauh lebih lama hidup sudah pasti memiliki banyak pengalaman dan pengetahuan, kebijaksanaan serta pandangan yang luas. Sang Kaisar yang telah hidup selama hampir 1000 tahun semestinya mengerti tentang kata-kata itu.     

"Ah ... Em, ya begitulah," dia tidak bisa sebab sadar celah yang harus ia tutupi terlalu besar "Selama ini aku hanya fokus dengan bela diri dan sihir, jadi aku tidak begitu mengerti tentang seorang kesatria ... Ahahaha," namun dirinya membuat alasan yang bisa membuat pandangan sang Jenderal kepadanya menurun     

Di tengah tawa canggungnya, Edward menjadi khawatir ketika melihat Belial terdiam sambil menatapinya. Belial kemudian meraih cangkir dan meminum tehnya perlahan sembari memejamkan mata.     

"Begitu rupanya, pantas saja," ucap Belial memberikan napas lega untuk Edward "Sejak dulu saya tidak pernah melihat paduka memegang pedang, paduka lebih sering menggunakan teknik bela diri dan sihir," tambahnya lagi meninggalkan tanda tanya untuk Edward.     

Kebetulan yang benar-benar menyelamatkannya, hingga hal itu membuat Edward sendiri merinding. Sang Kaisar tidak pernah menggunakan pedang, meski hanya kebetulan tetapi perkataan Belial seolah memberikan informasi tentang kemampuan sang Kaisar sebenarnya.     

'Sang kaisar tidak pernah menggunakan pedang? Tapi memang sih kedua skill terkuatnya tidak menggunakan pedang, salah satunya justru malah mengubah tangan ku menjadi cakar ... Aku ingin menggunakan yang lain sih, tapi dari namanya saja sudah mengerikan, nanti sajalah,' batinnya memikirkan 2 skill dan 1 sihir utama sang Kaisar 'Oh ya memikirkan itu, kenapa Kaisar hanya memilimi sedikit sihir, ya? Itu aneh?' batinnya lagi kebingungan     

Hal yang aneh untuk seorang Kaisar yang meniliki status atribut tinggi tetapi hanya memiliki 2 skill dan satu sihir. Meski 3 kekuatannya itu amatlah kuat tapi rasanya mustahil jika dirinya yang telah hidup hampir 1000 tahun tidak memilik skill lain bahkan skill pasif pula tidak ada. Hal itu menjadikan salah satu misteri dalam dunia ini yang membuat Edward merasa harus memecahkannya.     

Belial berbicara kembali kepadanya "Paduka, apakah anda akan menetap disini?" tanya Belial meminta kepastian.     

Edward pula langsung menjawab "Tidak, malam ini aku harus kembali, aku tidak bisa meninggalkan Roxine sendirian sih. Lalu aku akan datang lagi siang hari, karena aku harus melakukan sesuatu bersama Ink Owl, jadi buatlah alasan, mengerti?"     

Belial tersenyum kaku mendengar jawaban serta permintaan kepadanya, menunjukkan betapa padatnya jadwal sang Kaisar tetapi masih meluangkan waktu untuk menjadi Edward "Saya mengerti, paduka," sahutnya, lalu dirinya kembali bertanya tentang gadis ajin yang seolah menjadi sosok penting untuk sang Kaisar "Nona Roxine, ya. Jika diizinkan bertanya paduka, apa anda benar-benar akan mengadopsinya?"     

Pertanyaan itu kembali dilontarkan setelah sebelumnya mereka membicarakan nasib Roxine kedepannya saat makan malam bersama dengan Jenderal Iblis, tetapi hari itu Edward atau tepatnya Void tidak menentukan meski Ink Owl mengizinkan dirinya untuk menjadikan Roxine sebagai adik angkatnya, namun syaratnya amatlah sulit baginya. Edward terdiam sejenak dengan mata terpejam dan wajah yang mengkerut tanda tengah berpikir.     

"Aku belum bisa menentukannya," jawab Edward kemudian, dirinya tentu memikirkan nasib Roxine dan kepastian apakah Istana akan menjadi tempat Roxine sementara atau selamanya "Mau bagaimana juga aku belum pernah terpikir untuk menikah dan memiliki keturunan. Tentu aku juga ingin Roxine menjadi sosok yang penting di Kekaisaran, aku tidak bisa menjadikannya pelayan karena ... Yah kau juga tahu jika dia masih kecil. Terlebih jika aku memberikannya ke roang lain atau melepaskannya untuk hidup bebas, aku khawatir jika orang-orang akan menangkap Roxine, karena dia adalah ras ajin yang langka jadi aku tidak bisa membiarkannya meninggalkan Istana begitu saja," tutur sang Kaisar amat teramat memikirkan gadis ajin kecil yang ia selamatkan itu.     

Ucapan yang penuh perhatian dan kasih sayang, Belial hanya terdiam dengan perasaan sedikit tidak menyangka jika sampai seperti itunya sang Kaisar memikirkan gadis ajin itu.     

"Roxine memang penting untukku dan mungkin untuk Kekaisaran juga, pastinya berita seorang gadis ajin serigala perak yang langka memiliki posisi penting di Kekaisaran akan sangat menggemparkan, bukan? Tapi aku akan kesampingkan hal itu sementara. Meski kita sedang berada dalam situasi damai, tetapi ... Lucifer masih menghilang, musuh baru yang belum kita ketahui juga mulai mengganggu Kekaisaran dan aliansi lainnya. Belial, jangan sampai pengawasan mu kendur. Aku tidak memintamu untuk menyiagakan pasukan, tetapi aku ingin dirimu pribadi untuk mengawasi setiap inci wilayah Kekaisaran, bila perlu bekerjasama-lah dengan Jenderal Iblis lainnya."     

Penjelasan yang begitu panjang dari sang Kaisar, Belial menundukkan kepalanya seraya menjawab "Baik, paduka."     

Potensi kemunculan Roxine memanglah bisa sangat berpengaruh untuk Kekaisaran, Belial juga sependapat bila kemunculan Roxine yang menjadi salah satu keluarga sang Kaisar akan menjadi berita paling menghebohkan untuk Kekaisaran, bahkan bisa menggemparkan satu benua untuk beberapa hal.     

Dirinya tertegun pula begitu mendengar ucapan sang Kaisar yang mempercayakan keamanan Kekaisaran kepada dirinya. Menjadi sebuah hadiah terhormat untuknya malam ini.     

Kala pembicaraan mereka berakhir, dua roang gadis–seorang gadis pelayan dan gadis ajin muncul didahului bercak cahaya berwarna biru melingkar di sekitar mereka yang kemudian menghilang dalam sekejap.     

"Roxine?"     

Roxine berjalan cepat mendekati Edward lalu merangkul tangannya, keceriaan yang teramat cerah terlukis jelas di wajah gadis ajin yang memiliki warna rambut yang sama seperti Edward.     

"Begitu ya, kamu datang menjemputku. Termia kasih, Roxine," ucapnya sambil mengelus-elus kepala gadis itu, kemudian matanya tertuju kepada pelayannya "Kau juga terima kasih sudah datang, Scintia," ucapnya.     

"Tidak, saya hanya memenuhi perintah, paduka Void," ucapnya sambil menundukkan kepala dan mengangkat sedikit roknya.     

Begitu dekat Roxine kepada sang Kaisar, seolah keraguan yang dirasakan oleh ajin itu perlahan menghilang. Mereka menghabiskan lebih banyak waktu disela-sela waktu senggang sang Kaisar berkat berakhirnya segala masalah yang terjadi hingga puncaknya pemberontakan di Uridonia dan Kekaisaran.     

Kedekatan mereka membuat Belial secara tak sadar melirik kearah Scintia, dirinya tengah tersenyum melihat gadis ajin yang tengah menempel dengan Tuannya.     

"Kenapa anda melihat saya?" tanya Scintia menyadari tatapan Belial.     

Belial pula menjawab "Tidak, saya sedikit tidak menyangka dengan reaksi anda. Saya pikir anda akan terlihat tidak senang bila Nona Roxine dekat dengan paduka."     

Jawaban itu membuat sang gadis pelayan itu menghela napasnya "Tidak mungkin saya begitu, Jenderal Belial. Mau bagaimana pun juga Nona Roxine adalah ... Ya sosok yang penting untuk paduka, jadi saya tidak mungkin marah karena hal itu," ucapnya, kebingungan sesaat dirinya menentukan posisi Roxine.     

"Bukankah kami para jenderal juga penting? Lalu kenapa anda marah kepada Lilith?"     

Raut wajahnya Scintia seketika berubah, lirikan matanya menjadi tajam namun itu bukan untuk mereka yang berada di ruangan itu.     

"Dia adalah lintah darat, tidak pantas berada disamping paduka."     

"Itu tidak menjawab pertanyaan saya."     

Kebencian yang teramat dalam antara satu sama lain, Lilith pula memiliki perasaan yang serupa kepada Scintia. Mereka memiliki seseorang yang mereka puja, mereka sama-sama memiliki keinginan untuk berguna kepada orang itu. Meski memiliki keinginan yang sama dan tujuan yang sama, tetapi mereka tidak pernah akur.     

"Lalu kenapa Nona Roxine berbeda? Nona Roxine juga sangat dekat dengan padhka."     

Scintia terdiam sejenak lalu memekarkan senyumannya kembali yang begitu tulus kepada gadis ajin itu "Karena ... Nona Roxine sama seperti saya. Saya adalah orang yang diselamatkan paduka, begitu juga dengan Nona Roxine. Memiliki seseorang yang amat penting, menganggap dia adalah satu-satunya alasan kami bisa hidup, karena itu saya tidak bisa membencinya."     

Kata-kata itu membuat Belial terkejut dalam diam, hanya senyuman tipis yang ia berikan kepada gadis pelayan itu. Kenangan yang teringat jelas di masa lalu pasca perang suci telah berakhir. Pada saat Ibukota tengah diguyur hujan besar, sang Kaisar mengambil seorang Iblis yang terlantar ke Istana Kekaisaran. Meski Ink Owl memperingatinya tetapi sang Kaisar tetap dengan keputusannya dan membuat gadis Iblis itu menjadi bagian dari Kekaisaran.     

"Begitu, pantas saya merasa apa yang dialami oleh Nona Roxine sama sekali tidak asing bagi saya. Dulu juga pernah terjadi hal seperti ini ya," ucap Belial setelah mengingat kenangan itu kemudian tertawa pelan.     

"Benar," sahut gadis itu sambil tersenyum.     

Void dalam wujud Edward menatap mereka keheranan, tak mengerti apa yang sedari tadi mereka bicarakan.     

"Kalian membicarakan apa?" tanyanya.     

Namun sang Jenderal dan pelayan pribadinya tertawa pelan lalu ia menjawab.     

"Hanya membicarakan masa lalu, paduka."     

Edward tak mendengar apa yang mereka bicarakan, dirinya hanya bermain-main bersama Roxine dan menunjukkan benteng Drachen dari balik jendela ruangan itu. Terlalu fokus dengan Roxine hingga dirinya melupakan Belial dan Scintia yang tanpa disadari pula sedang mengobrol.     

"Begitu," hanya itu responnya sebab tak mau pikir panjang "Kalau begitu hari ini aku pulang. Belial, ingat apa yang kukatakan sebelumnya, aku akan kembali besok siang," ucapnya kembali kepada Belial.     

Berdiri dari sofa itu, kemudian membungkukkan tubuhnya "Baik," sahutnya penuh hormat.     

Scintia pula berjalan mendekat kepada sang Kaisar, berdiri disampingnya dan menyentuh pundak sang Kaisar, bersiap untuk teleportasi. Sebelum kepergiannya, Jenderal Iblis itu sadar akan sesuatu yang membuatnya tersenyum.     

"Paduka, sosok anda yang seperti itu benar-benar mirip seperti saudara kandung Nona Roxine. Rambut perak anda dan Nona Roxine benar-benar serupa," ucapnya.     

Saling melirik Edward dan Roxine lakukan sesaat, wajah Roxine memerah hingga langsung menyembunyikannya dibalik Kaki Edward sementara orang yang dipeluknya hanya tertawa menanggapi ucapan Belial.     

"Kalau begitu kami pergi dulu. Scintia," Edward memberi tanda kepada pelayannya.     

Dalam sekejap lingkaran sihir muncul dibawah kaki mereka, mengeluarkan cahaya biru yang begitu sibgkat hingga menutupi kepala mereka dan merekapun kembali ke Istana Kekaisaran dalam sekejap. Sang Kaisar pergi, meninggalkan Belial dalam ruaangan yang dalam sekejap menjadi sunyi itu.     

Memanggil dua prajurit diluar dan menyuruh mereka membereskan semua bekas teh dan cemilan yang tersisa. Dirinya kembali duduk di meja kerja dan mengeluarkan setumpuk laporan dalam laci meja kerjanya, membaca semua laporan itu yang berkaitan dengan pelatihan calon prajurit Kekaisaran.     

Ucapan itu teringat kembali dalam kepalanya "Jangan sampai pengawasan ku kendur ... ya," dirinya kembali mengulang perkataan yang sang Kaisar berikan kepadanya "Tanpa anda beritahu pun saya selalu melakukannya, paduka."     

\*\*     

Beberapa hari kemudian, di ruang kerja sang Kaisar. Dirinya tengah terduduk sambil membaca surat serta menandatangani bila ada yang harus ia putuskan, pekerjaan seperti biasa. Namun sejak beberapa hari yang lalu jumlah surat yang harus ia baca jauh lebih banyak, ia sampai mengirim pesan kepada Belial untuk tidak mengikuti pelatihan hari ini dan membuat alasan jika ada yang menanyakan keberadaannya.     

"Astaga berapa banyak lagi kertas-kertas yang harus kuperiksa ...," keluhnya dengan tangan yang terus bergerak menandatangani surat-surat itu.     

"Semenjak kesepakatan Kekaisaran dan Uridonia terjalin, banyak sekali laporan yang datang terlebih permintaan penambahan stok dagang di wilayah Uridonia. Saya mendengar anda memerintahkan Lizzy dan Mona dan beberapa pelayan petarung juga biasa untuk berdagang ke sana, ya?" tutur Scintia yang juga tengah membantu Void memilah surat yang harus ditandatangani atau diperiksa saja.     

Void menjawab pertanyaannya sambil terus memeriksa "Benar, mau bagaimana juga keamanan barang kita disana adalah yang paling penting. Tapi aku tidak menyangka jika barang-barang kita laku keras di Uridonia, oh laku apakah ada laporan penyamaran mereka ketahuan?"     

Scintia menggelengkan kepala "Tidak, terakhir mereka hanya meminta stok lebih banyak."     

Void tertawa pelan nan bahagia mendengar permintaan itu dari mereka yang bekerja di Uridonia.     

Rencana kedua mereka telah dilakukan, Void mendadak membuat sebuah usaha di Uridonia dan meminta beberapa dari pelayannya untuk menjadi karyawan disana. Tujuannya hanya untuk mengenalkan barang-barang Kekaisaran secara bertahap, meski pada tahap awal ini para penduduk Uridonia belum mengetahui jika itu adalah usaha dagang milik Kekaisaran.     

Tempat mereka berdagang sendiri berada di sebuah kota yang bisa dibilang berada di antara perbatasan Hertia serta dua Kerajaan lainnya yang berada di timur dan tenggara Kerajaan Uridonia. Kota itu adalah satu-satunya kota dagang milik Kerajaan Uridonia, karena letaknya yang menjadi penghubung 3 kerajaan tersebut di bagian utara benua.     

Para pelayan petarung menggunakan sihir penyamaran kepada dirinya maupun pelayan lainnya untuk mengubah sosok Iblis mereka dan juga menghilangkan tanduk mereka untuk menyamar menjadi sosok manusia sepenuhnya.     

"Apa ada laporan lain dari mereka?" tanya Void lagi kepada Scintia.     

Seharusnya Scintia juga ikut bersama mereka, tetapi karena Scintia memiliki kebencian yang begitu kuat kepada para manusia, akhirnya Void hanya meminta dirinya sebagai orang yang bertanggung jawab memeriksa laporan dari usaha dagang di Kerajaan Uridonia.     

"Jika anda meminta laporan keluhan, saya tidak menemukannya. Rata-rata para pembeli merasa puas dengan semua barang-barang yang kita jual kepada mereka," tuturnya menjelaskan apa yang sang Kaisar pinta.     

Sang Kaisar tersenyum bahagia mendengar penjelasan Scintia, usahanya berjalan sangat terlalu lancar hingga disaat yang sama ia juga merasa takut bila kesialan menimpanya. Akan tetapi dirinya merasa tenang, disaat yang sama juga hubungan Kerajaan Uridonia dan Kekaisaran semakin dekat berkat beberapa usahannya.     

"Oh?"     

Dirinya menarik secarik kertas lainnya, kertas itu adalah sebuah kertas yang teramat penting yang ditulis oleh Ink Owl. Sebuah kertas yang memberitahu Void bila pembentukan sebuah kota serikat yang akan Void bentuk mulai bersiap untuk mengatur ulang segala peraturan yang akan ditegakkan disana sebagai kota baru yang pertama kali memiliki sedikit kebebasan sebagai hukuman telah melakukan kudeta.     

"Corvus juga sepertinya melakukan tugasnya dengan baik, siapa sangka dia akan menjadi walikota pertama di kota itu," ucapnya setelah membaca surat itu     

Scintia yang masih ragu pun menanyakannya kembali "Paduka, apa anda yakin dengan keputusan anda ingin membiarkan kota-kota itu diberi kebebasan?"     

Void langsung menjawab "Ya," dirinya kemudian menaruh surat itu dan mengambil surat lainnya sembari berbicara kembali "Aku tidak bisa menghukum mereka semua, karena itu aku ingin memanfaatkannya sedikit. Lebih tepatnya mungkin percobaan," jelas Void meski masih tak jelas untuk Scintia     

to be continue     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.