Chapter 83 - Kerajaan Uridonia
Chapter 83 - Kerajaan Uridonia
Makanan diatas meja telah habis, kecuali piring Roxine yang masih tersaji daging burung yang dipanggang. Menatap gemas melihat gadis ajin itu yang sangat fokus dengan makanannya, sang Kaisar hanya tersenyum sembari sesekali mengelus kepala Roxine.
"Hidangannya benar-benar luar biasa, aku menikmatinya," ucap Void memuji sang pemilik restoran yang berdiri cukup jauh dari mereka.
Pujian yang sederhana tetapi menjadi hadiah besar untuk sang pemilik restoran, dirinya membungkuk seraya berterima kasih kepada sang Kaisar.
"Paduka, apa ada tempat lagi yang ingin anda kunjungi?" Tanya Corvus.
Void menjawab seraya menggelengkan kepalanya "Tidak," lalu ia kembali bicara "Aku akan kembali ke Istana. Kota ini sangat hebat dan aku menyukainya, sebab itu kuharap aku tidak kehilangan kota ini," dirinya berkata sembari menyindir kudeta yang telah mereka lakukan.
Tak ada sepatah katapun keluar mulut walikota itu, dirinya hanya terdiam dan merendahkan pandangannya seakan tak berani melihat wajah sang Kaisar.
Void menghela nafas, entah karena dirinya kecewa atau lega. Ia pun menoleh kearah pepohonan, lalu berkata kembali kepada Corvus "Karena aku akan pergi, akan aku katakan padamu sebagai walikota sementara dan kau pula harus mengatakannya lagi jika dirimu digantikan oleh walikota tetap,"
Dengan terbata-bata dirinya menjawab dengan bertanya "A--apa itu paduka?"
Void menoleh kearahnya, keseriusan sang Kaisar membuat Corvus gemetar untuk sesaat sebab takut mendengar kata-kata yang akan dikeluarkan oleh sang Kaisar setelahnya.
"Corvus, pada saat perang besar dulu bangsa kalian memberontak, pada saat kalian hadir di dunia ini kalian juga pernah melawan bangsa Iblis. Apa kau tahu sejarah itu?" tanya Void kepadanya.
Menelan ludah dirinya untuk memberanikan diri mengangguk "Saya tahu ... Paduka. Maaf jika lancang, kami selalu memberitahu kepada penerus kami tentang sejarah kehadiran kami di dunia ini sebagai bangsa yang bebas dan ... Tidak tunduk dengan siapapun," ucapnya sangat berani mengatakan itu dihadapan penguasa Kekaisaran.
Wajah Scintia mengeras seketika, beberapa prajurit di dekat mereka juga langsung menoleh seakan tak percaya jika dia berani mengatakannya. Sadar akan apa yang ia katakan memberikan reaksi tak terduga kepada pengawak sang Kaisar, Corvus langsung memejamkan mata dan menunduk karena rasa takut, bertentangan sekali dengan apa yang ia katakan sebelumnya. Namun disaat yang sama juga, apa yang ia katakan menunjukkan sifat mereka yang tak pernah tunduk kepada siapapun.
Void mengangkat sebelah tangan, memberi isyarat kepada Scintia dan penjaga yang lain untuk berhenti waspada dan tetap tenang "Begitu, ya aku hargai bagaimana sejarah bangsa manusia burung ada di dunia ini," ucapnya berbicara kepada Corvus namun ia menoleh kepada pengawalnya memastikan tak ada yang bergerak "Tapi apa kau mengerti bagaimana kondisi kalian? setelah bergabung dengan kami, memberontak dan kalah, lalu kembali pada kami lagi, setelah itu sekarang kalian memberontak lagi. Menurutmu apa hukuman yang pantas kalian terima?"
"I--itu ..."
"Kalau kau tidak bisa menjawab, akan kutanga pelayan ku, Scintia."
Scintia mengambil satu langkah mendekat, lalu berbicara "Ya, paduka. Penduduk Kekiasaran yang melakukan pengkhianatan secara tak sengaja, sengaja hingga direncanakan kepada Kekaisaran dalam bentuk apapun atau melukai keluarga sang Kaisar akan mendapatkan hukuman eksekusi, hal itu juga berlaku jika ada sebagian bersar penduduk suatu kota yang ikut terlibat maka penduduk desa atau kota tersebut akan dieksekusi dan kota mereka akan dihilangkan dari Kekaisaran," jelas gadis pelayan itu lalu mundur selangkah kembali ke posisinya.
Wajah Corvus menegang, para pelayan dan pemilik Restoran juga memberikan reaksi yang serupa. Mereka yang tidak terlibat dan tak setuju atau tak mau tau juga akan terkena hukuman eksekusi sebab kota mereka hampir secara keseluruhan mendukung untuk menjatuhkan sang Kaisar dari tahta.
"Seperti yang pelayan ku katakan, begitulah peraturan yang seharusnya berlaku. Aku akan melenyapkan kalian hingga hilang kalian hilang dari sejarah, aku akan membuat orang-orang melupakan kalian dan menganggap kalian tidak pernah ada. Tetapi kali ini aku masih berbaik hati kepada kalian, aku meminta penasihat ku untuk tidak melakukan eksekusi kepada kalian semua. Terlebih kali ini aku akan memberikan sedikit 'Kebebasan' yang kalian inginkan ..."
Corvus mengankat wajahnya yang bingung tak mengerti apa yang sang Kaisar katakan "A--apa maksud anda, paduka?" tanya Corvus kepadanya.
Void menyeringai licik mendengar pertanyaan itu keluar dari mulut manusia burung itu. Namun Void tidak pernah memberikan jawaban itu kepada Corvus, ia hanya berkata jika Ink Owl yang akan menjelaskan hal itu kepada Corvus selaku walikota sementara. Namun Void memberikan pesan kepada Corvus sebelum dirinya kembali ke Istana.
"Aku memberi kalian kesempatan terakhir, jangan pernah sia-siakan kesempatan ini. Jika kalian menyia-nyiakan kesempatan ini dan lalai, aku bisa menjamin kalian akan menyesal."
Kesempatan yang Void katakan adalah sedikit 'Kebebasan' yang Void maksud sebelumnya. Sangat meragukan, Void juga tidak menjamin jika orang-orang di Kekaisaran akan menyukainya, bahkan Scintia sendiri ragu mendengar apa yang Void lakukan setelah masa hukuman ketiga kota berakhir.
"Anda yakin dengan ini?" tanya Scintia akan keraguannnya setelah mereka di dalam kereta kuda dan kembali menuju Istana.
Void menjawab seraya menyandarkan tubuhnya "Ya. Aku tidak bisa menghilangkan mereka begitu saja, karena tidak ada untungnya bagiku. Mereka akan kujadikan sebagai daerah istimewa di Kekaisaran."
Dalam perintah Void kepada Ink Owl, ia mengusulkan untuk mengubah 3 kota itu menjadi sebuah wilayah baru yang dipelihara oleh Kekaisaran, dalam artian lain Void menyebutnya sebagai Daerah Istimewa. Nantinya wilayah itu akan memiliki peraturan wilayah sendiri, menjadikannya seolah-olah bukan lagi bagian dari wilayah Kekaisaran.
Meski memiliki peraturan yang mereka buat sendiri, tetapi segala peraturan yang mereka buat juga diperhatikan secara khusus oleh Kekaisaran dan juga ada beberapa peraturan Kekaisaran yang wajib ditetapkan disana dan beberapa peraturan baru yang Kekaisaran buat nantinya hanya khusus wilayah itu.
Mereka diizinkan membuat bendera mereka sendiri dan mengibarkan bendera mereka namun harus berdampingan dengan bendera Kekaisaran, memiliki militer mereka sendiri namun dengan batasan yang Kekaisaran tentukan. Meski terlihat ketat, tetapi Kekaisaran nantinya tidak akan selalu mengganggu dan mengatur daerah itu, juga memberikan keleluasaan selama tidak melanggar peratuean yang telah ditentukan.
"Mereka bisa membangun ekonomi mereka sendiri dan membayar pajak kepada kita seperti kota lainnya, tetapi yang membedakan mereka dengan kota lain nantinya mereka tidak perlu Kekaisaran urus lagi. Biarkan mereka mengurus wilayah mereka sendiri dan Kita hanya melihat dari jauh bagaimana wilayah itu bisa berkembang," jelas Void kepada pelayan pribadinya itu "Kau juga mendengar, bukan? Mereka tidak bisa tunduk dengan kita, mungkin tepatnya sulit untuk mereka melakukan itu. Aku juga tidak bisa melenyapkan mereka begitu saja karena mereka tidak sepenuhnya bersalah, Jenderal Lucifer lah yang telah menyebarkan berita bohong kepada mereka," tambah Void.
Scintia termenung sejenak mendengar penjelasannya, meski sudah dijelaskan tetap ada yang mengganggu di benaknya "Paduka, anda berkata jika mereka seperti bukan bagian dari Kekaisaran lagi, tapi sebenarnya mereka masihlah bagian dari Kekaisaran. Bagaimana jika ada Kerajaan manusia lain yang mengganggu mereka atau menghasut mereka?" tanya Scintia lagi.
Void tersenyum tipis lalu menjawab "Tentu harus berurusan dengan kita sebagai pemerintahan pusat. Semisal Kerajaan lain ingin berbisnis di wilayah itu maka mereka harus meminta izin kepada Kekaisaran sebagaimana biasanya, kecuali pedagang kecil atau keliling, itu biarlah mereka yang mengurusnya. Lalu setelah kita memberi izin, sisanya akan diurus penanggung jawab wilayah disana, mereka juga tidak diwajibkan memberikan laporan tentang perdagangan disana," jelas Void lagi kepadanya.
Scintia memegang dagu masih ada hal lain yang mengganjal kepalanya "Bagaimana jika mereka melakukan kudeta lagi? Anda berkata jika mereka akan memiliki militer sendiri, kan?"
"Jika mereka kudeta lagi akan kuhancurkan wilayah itu," tegas Void tanpa basa-basi, wajah Scintia tampak begitu terkejut mendengar ucapan itu keluar dari mulut sang Kaisar dengan entengnya "Aku sudah bilang kan kepada Corvus, jika dia atau pemimpin yang mereka menyia-nyiakan kesempatan yang kuberikan, maka mereka akan bernasib buruk. Jika mereka gagal mengurus wilayah maka akan ku bubarkan wilayah Istimewa itu dan mengekang mereka dengan anturan tegas. Jika mereka kudeta kembali maka ... Ya seperti yang aku katakan, aku tidak akan memberikan kesempatan lain kepada mereka. Tanpa menurunkan pasukan, dengan tangan ku sendiri akan khuancurkan mereka," tambah Void menegaskan keputusannya, wajah seriusnya ketika mengatakan itu pula menyatakan jika ia tidak main-main kali ini.
Kembalinya sang Kaisar ke Istana, tidak ada waktu untuk istirahat, begitu pikirnya hingga langsung menemui perwakilan Uridonia yang kini telah diizinkan untuk keluar dari ruang rahasianya. Hari ini juga pertemuan perdana Void dalam wujud Kaisarnya dengan Adler sebagai perwakilan dari Kerajaan manusia yang pertama kali menginjak ruang singgasana sang Kaisar.
Dianggap sebagai kunjungan, beberapa prajurit ditempatkan di ruang singgasana. Uksia dan Lizzy berdiri tepat dibelakang orang tua itu sebagai bentuk penjaga tambahan, khawatir jika di dalam Istana masih ada pengkhianat yang mengancam nyawa perwakilan Uridonia itu. Karena Adler adalah kunci dari perdamaian Uridonia dan Kekaisaran, nyawanya bisa saja terancam.
Selain itu di sisi Void, Ink Owl dan Scintia juga Roxine hadir di ruangan itu sebagai orang penting bagi Void. Ink Owl adalah penasihatnya, Scintia adalah pelayan pribadinya dan Roxine ... Roxine adalah Roxine, Void sendiri yang ingin gadis ajin yang belum memiliki status tetap di Kekaisaran mendampinginya dalam pertemuan dengan perwakilan Kerajaan Uridonia.
Adler berlutut dihadapan Void yang tengah duduk di kursi singgasana, dirinya tersenyum senang bisa bertemu dengan Adler dalam sosoknya sekarang.
"Yang terhormat Kaisar Iblis, paduka Void. Izinkan saya memperkenalkan diri saya, nama saya adalah Sanderik Adler, menteri Kerajaan Uridonia. Izinkan saya juga berterima kasih karena sudah menyelamatkan saya dari traged yang memalukan yang dilakukan Kerajaan Saya, saya juga meminta maaf akan hal itu, paduka Void," ucapnya sangat formal dan terdengar begitu kaku ditelinga sang Kaisar.
Void tak tahan dengan hal seperti itu, tetapi ia tahu jika hal seperti ini juga penting untuk melancarkan hubungan antar dua negara yang berbeda.
"Berdirilah, Tuan Adler. Anda bukanlah bawahan saya, anda juga bukan pelayan saya, jadi tidaklah pantas anda berlutut dihadapan saya," ucap Void 'Bagaimana? Aku ini sudah berpengalaman dalam bermain Role-play, aku selalu ingat bagaimana seorang raja berbicara, jadi seharusnha ini bekerja!' batin Void sedikit bersemangat dan percaya diri akan pengalaman RPG-nya.
Adler pun langsung berdiri dan menatap wajah Void dengan sangat tegang, pundaknya begitu tegap dan wajahnya benar-benar serius. Jika bukan hal yang penting, Void akan tertawa melihat hal seperti itu.
"Terima kasih, paduka."
Void teraenyum tipis lalu ia berdiri dan berjalan menuruni anak tangga, mendekati Adler seraya berbicara kepadanya "Saya sudah mendengar semuanya dari penasihat saya, Ink Owl. Tentang tambang dan penyerangan Uridonia kepada wilayah Dwarf."
Adler membungkuk seraya menaruh telapak tangan di dada kirinya, ia membalas "Benar, paduka Void. Sangat memalukan tetapi itu dilakukan Jenderal kami yang benar-benar tidak menyukai Dwarf dan terobsesi merebut wilayah yang telah lama menjadi sengketa antara wilayah Dwarf dan Kerajaan Uridonia."
Void memegang kedua pundaknya, terkejut sesaat Adler merasakan sentuhan dari sang Kaisar itu. Seraya tersenyum, Void sedikit membantu Adler untuk menegakkan tubuhnya "Saya sudah bilang jangan membungkuk seperti itu," ucap Void kepadanya.
"A--ah maaf," balas Adler tergagap canggung.
"Tapi itu aneh, saya mendengar dari pemimpin Dwarf, jika mereka mendapat ancaman dari anda jika mereka tidak memberikan izin sewa tambang kepada Kerajaan Uridonia," ucap Void bertanya-tanya kejanggalan akan hal itu.
Wajah Adler menegang seketika "A--ah, saya memang mengatakan itu. Tapi sungguh, saya hanya mengampaikan apa yang diinginkan para menteri lainnya," ucapnya panik.
"Apa anda juga begitu?" tanya lagi Void sambil terus tersenyum kepada manusia itu.
"Tentu tidak," jawabnya, tidak terbata-bata dan ekspresinya pun tampak tidak menutupi apapun "Saya dan Tuan Verdik serta ada beberapa menteri lain yang menolak jika pembahasan wilayah itu diakhiri saja dan Kerajaan Uridonia harus merelakan–Tidak mengungkit kembali wilayah yang sudah menjadi milik Negeri Dwarf. Tetapi para menteri lain yang didukung oleh Jenderal prajurit Kerajaan Kami, lalu mereka ..."
Kata-katanya tertahan akan sesuatu, dia memalingkan wajah yang nampak kesal akan sesuatu pula nampak jelas terlihat. Void memejamkan matanya, lalu ia memegang sebelah pundak Adler yang membuatnya kembali terkejut dan menatap wajah Void.
"Begitu, sepertinya Kerajaan anda memiliki masalah tersendiri. Kalau begitu kita kesampingkan hal itu nanti dan sekarang kita membahas masalah yang sedang terjadi, Owl."
Ink Owl memenuhi panggilan itu dan mendekati Void, langkah burung hantu itu berhenti dibelakang Void dan bertanya "Ya, paduka?"
"Berikan aku informasi yang diberikan Jenderal Felis dan Asgorth," pintanya.
Dua Jenderal Iblis dikirim untuk membantu pasukan Dwarf, mereka bernama Felis yang berasal dari Ras Ajin hewan kucing dan Asgorth berasal dari Ras naga–berbeda dari ajin, Ras Naga adalah ras yang agung dan sudah sangat langka keberadaanya, jauh lebih langka dibandingkan Ras ajin serigala perak.
"Baik paduka," Ink Owl memunculkan kertas secara tiba-tiba di tangannya.
'Oh benar, aku lupa mencari tahu sihir apa itu,' batin Void setelah melihatnya.
Dua lembar kertas Message yang dikirm belum lama dari masing-masing Jenderal di wilayah Dwarf–Meski dikirim kesana bersama, tetapi mereka berjaga di titik yang berbeda.
"Paduka Void, Jenderal Felis berkata jika pasukan Uridonia mulai habis-habisan dan mengirim ketapel raksasa untuk menyerang Dwarf dari jarak jauh dengan batu besar. Lalu dari Jenderal Asgorth, di titiknya berjaga sekarang dalam kondisi aman setelah beberapa jam sebelumnya pasukan Uridonia memaksa menerobos tetapi beliau bersama pasukannya dan pasukan Dwarf berhasil menahan serangan itu. Beliau juga meminta izin untuk masuk ke wilayah Uridonia dan menyerang ketapel yang Kerajaan Uridonia gunakan. Mungkin ketapel itu adalah ketapel yang digunakan untuk menyerang Jenderal Felis, paduka."
Wajah bersalah dan bingung Adler kini nampak, dirinya sendiri juga tak mengerti apakah hal ini bisa dihentikan atau malah akan semakin buruk.
"Hmm," bergumam sesaat Void tengah berpikir akan laporan itu "Kalau aku mengizinkan Asgorth melewati perbatasan, aku khawatir jika kesalahpahaman semakin parah. Nantinya Kekaiaran akan dianggap benar-benar menyerang, kan? Tapi ... Ya aku tidak keberatan."
Adler mengangkat wajah tak percaya, kata-kata itu memungkinkan Kekaisaran untuk melakukan Invasi balik kepada Kerajaan Uridonia, dirinya bisa berkata tidak tetapi begitu melihat wajah sang Kaisar yang serius dirinya tak bisa berkata apa-apa.
"Bagaimana, Tuan Adler? Semua ada dikeputusan anda. Anda bisa menyelamatkan Kerajaan anda dan memperbaiki hubungan kami semua, tapi bisa jadi apa yang anda lakukan nantinya akan semakin memperburuk hubungan bukan hanya dengan Dwarf tapi dengan Kekaisaran."
Adler terdiam mendengar kata-kata itu, kata-kata yang jelas memiliki pesan tersirat untuknya pribadi dari sang Kaisar agung di depannya.
"Asal anda tahu saja, Tuan Adler. Saya pribadi masih berharap bisa berhubungan baik dengan Kerajaan manusia. Saya bisa membantu anda jika anda ingin, bagaimana? Semakin lama anda menjawab, semakin buruk untuk Kerajaan anda karena keputusan yang saya buat?"
Dirinya sama sekali tak masalah jika harus berhubungan dengan Iblis, tetapi sebagai menteri ia tahu jika hal ini akan memberi dampak cukup besar untuk Kerajaannya. Tetapi ia tidak memiliki pilihan lain, karena pada akhirnya Kekaisaran akan tetap menginjakkan kaki di tanah Kerajaan Uridonia.
"Saya mengerti paduka, tolong bawa saya kembali ke Kerajaan Uridonia dan tolong ikutlah bersama saya untuk meluruskan semua kesalahpahaman ini."
Void menyeringai puas mendengar jawaban manusia itu sembari tertunduk 'Dapat,' begitu isi hatinya, lalu ia pun membisikkan sesuatu ke telinga Ink Owl dan kemudian tak lama burung hantu itu pergi ke suatu tempat di wilayah Kerajaan Uridonia. Menatap kembali perwakilan Uridonia itu, Void mengulurkan tangannya seraya berbicara "Terima kasih atas keputusan anda, Tuan Adler. Kekaisaran Iblis tidak akan pernah mengingkari kata-katanya, sekarang ayo kita temui Raja anda."
"Eh? Sekarang?"
"Tentu saja, lebih cepat lebih baik. Scintia, Roxine, ayo kemari, kita akan mengunjungi Kerajaan Manusia hari ini," ucap sang Kaisar sembari tersenyum kepada dua perempuan di dekat kursi singgasana, kemudian mereka mendekat meski keraguan terlukis di wajah mereka "Lalu kalian semua siaga, lakukan patroli rutin kalian di Istana seperti biasanya. Meski saat ini pemberontakan telah berakhir, tetapi Lucifer sialan itu masih menghilang."
"Baik!" Sahur serempak para prajurit, kemudian seluruh prajurit di ruang itu bersama-sama keluar melakukan perintah sang Kaisar.
"Uksia, kau tau dimana Raja Uridonia, bukan?"
"Eh?"
"Ya, Tuan."
"Kalau begitu bisa bawa kami semua kesana?"
"Tentu paduka, tapi saya hanya mampu melakukan teleportasi bersama dengan total 5 orang."
"Ah begitu, kalau begitu Lizzy jaga Istana."
Lizzy tersentak seketika, wajahnya langsung murung dan berjongkok sembari membelakangi mereka. Mengeluarkan rintihan sedih dan kecewa.
"Tu--tunggu dulu, paduka!" Adler menyeka mereka dengan wajah keheranan.
"Ada apa, Tuan Adler?" tanya Void.
"Anda bilang ke tempat Raja saya? Maaf jika tidak sopan, tapi apa anda tahu dimana Istana Kerajaan Uridonia?" tanya balik Adler.
Void pun menjawab "Ah ... Panjang ceritanya, jadi nanti saja. Lalu Raja Uridonia sedang tidak ada di Istana, kan? Uksia?"
Uksia mengangguk seraya menjawab "Benar paduka, seharusnya saat ini Raja Uridonia berada di tempat persembunyiannya. Saya akan membawa anda sekalian kesana."
"Bahkan anda tahu tempat persembunyian Raja saya?"
"Kalau begitu ayo berangkat, Uksia."
"Eh? Tung–."
Belum selesai berbicara, mereka bersama-sama berteleportasi menuju suatu tempat di wilayah Kerajaan Uridonia. Mereka tepat berteleportasi ke depan sebuah bangunan atau tepatnya rumah kayu berlantai dua tanpa ada hiasan khusus selain pot pot yang ditanami hiasan bunga di depan rumah itu, berada ditengah hutan dimana tidak ada bangunan lain disekitar mereka. Namun satu hal yang membuat tempat itu Istimewa adalah, tempat itu dikelilingi oleh begitu banyak prajurit. Bahkan di area dekat mulut hutan juga terdapat beberapa prajurit berjaga.
"Wah," Void sangat terkagum, belum ada 5 menit mereka menginjak tanah, prajurit-prajurit itu seketika langsung siaga dan berbaris menjaga rumah itu serta mengelilingi mereka dengan tombak tajam di tangan yang mengacung kepada mereka.
Scinita dan Uksia langsung mengeluarkan senjata mereka, bersiaga penuh mereka begitu dikepung pasukan Uridonia. Roxine juga begitu, namun ia langsung berada dalam gendongan Void.
"Siapa kalian?! Lalu ... Haa Iblis!?" bentak salah satu prajurit di depan Void
Mereka semakin mendekat dengan tombak mereka begitu melihat tanduk hitam dikepala Void, Scintia dan Uksia.
"Astaga, tenanglah wahai manusia. aku disini bukan untuk mencari masalah dengan kalian. Aku hanya datang untuk mengembalikkan beliau," ucap Void, kemudian dia menyingkir dari hadapan Adler yang tepat tertutup dibelakangnya.
Adler melangkah mendekat menunjukkan sosoknya dengan wajah serius, semua prajurit sontak terkejut melihat salah satu menteri Kerajaan Uridonia yang telah dinyatakan tewas itu karena kabarnya dibunuh oleh Iblis.
"Tu--tuan Adler!? Ti--tidak mungkin ... Bukankah anda sudah tewas karena Iblis?" tanya prajurit itu.
Adler menggelengkan kepala "Itu tidak benar, memang ada yang berniat membunuh saya tetapi Iblis bukanlah pelakunya. Tapi ... Prajurit Uridonia sendirilah yang ingin memenggal kepalaku!" Tegas Adler didepan para prajurit itu.
Jelas tak percaya mereka mendengar hal itu, saling berbisik dan bertanya satu sama lain meski tak menemukan jawaban yang benar.
"Tapi aku yakin, prajurit itu berada dalam pengaruh Jenderal sekarang. Jadi aku yakin jika prajurit Uridonia tidak benar-benar melakukan itu."
Namun sayangnya meski Adler telah menambahkan ucapannya, para prajurit itu tidak percaya jika sang menteri masih hidup. Mereka semakin mendekatkan tombak mereka kepada Adler.
"Kami tidak bisa percaya, bisa saja anda adalah Iblis yang menyamar, kan?"
"Apa!? Tentu tidak!"
"Jangan berbohong!" Prajurit itu memberikan aba-aba kepada semua prajurit untuk menyudutkan mereka secara perlahan.
Situasi buruk, Scintia dan Uksia semakin diaga dan bersiap menghabisi mereka semua. Namun Void berkata "Tahan sebentar," yang membuat mereka tak bisa menyerang para prajurit.
"Paduka, jika terus seperti ini saya tidak bisa menahan diri lagi."
"Sebentar."
Prajurit semakin dekat, hanya beberapa senti lagi tombak prajurit Uridonia akan menyobek wajah Adler. Namun apa yang Void tunggu tiba juga ...
"Semua prajurit, tahan tombak kalian!"
Seorang pria tua dengan jubah berwarna hijau tua dan mahkota emas dikepalanya keluar dari rumah itu. Sang Raja Uridonia, tiba disaat yang tepat
To be continue