Last Boss

Chapter 118 - Hal yang berbeda



Chapter 118 - Hal yang berbeda

0Pertemuan yang tak biasa terjadi hari itu, kedatangan Ratu Abyc membawa beragam kesepakatan yang langsung dilontarkan hari itu juga mengenai kerjasama bilateral antara Kerajaan Abyc dengan Kekaisaran, Negeri Elf dan juga Negeri Dwarf.     

Mata aliansi yang terus menatap tajam kearah mantan anggota aliansi mereka tentu mengetahui pertemuan yang seakan memancing amarah mereka itu. Meski, Aliansi tak lagi memiliki hak untuk melarang tindakan Kerajaan Abyc yang bekerja sama dengan Kekaisaran.     

Beragam tuduhan mereka lemparkan untuk menggerus Abyc dengan serangan skala besar karena dianggap sebagai ancaman, sebab mereka menuduh Abyc bila kesepakatan yang dilakukan adalah kesepakatan dalam bidang pertahanan. Namun di sisi lain, beberapa anggota aliansi lainnya memiliki pendapat yang bersebrangan dengan berkata bila tindakan itu justru akan membawa kekacauan dunia, sebab Kekaisaran terlibat di dalamnya.     

Lalu, Kerajaan Meridonialis yang sempat dituduh hanya diam bersama dengan Kerajaan Nord dalam pertemuan lanjutan hari itu. Tetapi pasukan suci Meridonialis yang seakan memiliki hak bicara sendiri berada di pihak penentang dan meminta kepada Hertia–yang mengusulkan agresi militer untuk jangan menuduh sembarangan yang nantinya bisa terjadi kesalahpahaman yang sangat fatal.     

Suasana dalam ruangan pertemuan yang berada di Kerajaan Klorenia–sebuah Kerajaan kecil yang terletak di timur kaut benua, semakin memanas dan menegang. Meski hari ini juga, mereka tak menemukan sebuah solusi lain untuk mengatasi Abyc yang keluar dan bekerja sama dengan Kekaisaran serta sekutunya.     

Namun hal itu tidak terjadi di Negeri Elf. Meski beberapa jam pertemuan telah berakhir, tetapi keempat pemimpin itu masih berada di balkon Istana Negeri Elf. Secara resmi memang acara itu telah berakhir, tetapi sang pemimpin para Elf memintanya untuk tak buru-buru pergi dengan alasan dirinya baru ingin memulai acara kecil, sebuah kegiatan minum teh tanpa memikirkan segala masalah di yang membebani para pemimpin itu. Mereka berbincang tanpa mengenakan bahasa yang formal, membicarakan hal-hal yang bersifat diluar masalah Kerajaan, seolah disana mereka melupakan siapa diri mereka sebenarnya.     

"Benar, sejak dulu kepribadian Void sering sekali membuat ku sakit kepala. Dia sering kali melakukan hal-hal yang beresiko, tapi bagian menjengkelkannya semua hal yang dia lakukan itu berjalan lancar," keluh Ratu Elf dengan wajah tampak lelah memikirkan masa lalu yang diperbuat oleh Void.     

"Ah benar, saya ayah saya juga pernah mengeluh tentang paduka Void. Bukan sekali, tapi beberapa kali. Dia bahkan memaki-maki tak jelas seorang diri karena tindakan paduka Void yang benar-benar membuatnya panik. Walau begitu ... Ya, sekarang saya mengerti kenapa ayah saya seringkali marah kepada paduka Void," sahut Riedle pula memberikan sarkas yang begitu menyinggung tindakan sang Kaisar Iblis.     

"Tunggu! Kenapa kalian bicara seperti itu, tidak sopan! Lagipula akhir-akhir ini aku tidak membuat masalah!" bantah sang Kaisar seraya membela dirinya sendiri.     

"Masalah tambang?" potong Riedle, membuat sang Kaisar terdiam tak dapat membalas ucapannya "Saya tidak akan lupa, loh? Berkat anda, para petinggi di Negeri Dwarf marah besar dan nyaris kecewa dengan Kekaisaran," tambah Riedle.     

Terbungkam mulut Void, wajahnya tampak kaku disertai rasa jengkel karena tak bisa membalas Riedle.     

"Ti--tidak apa-apa, kan? Lagipula diriku menyelesaikannya dengan baik, bahkan jauh lebih baik dari kondisi sebelumnya, kan?" bantah Void lagi dengan seuara pelan dengan wajah yang sepenuhnya teralih dari Riedle.     

"Ya benar, karena itu ucapan Ratu Sylvia langsung terbukti. Menyebalkan lagi ketika anda berhasil menyelesaikannya."     

"Aaaagh! Baiklah, baiklah! Aku meminta maaf!"     

Tawa terlepas dari dua mulut perempuan disana kala melihat sang Kaisar yang jengkel hingga menyerah tak dapat melawan ucapan pemimpin Dwarf.     

Canda dan tawa yang tercipta disana menjadi sebuah bukti bagi sang Putri Abyc jika mereka begitu dekat seolah mustahil untuk menghancurkan persekutuan mereka bertiga. Dirinya kemudian tertunduk dan berbicara dengan suara kekaguman.     

"Anda sekalian ternyata benar-benar dekat, mungkin benar seperti yang dikatakan oleh paduka Void. Dibandingkan dipanggil aliansi, anda sekalian lebih mirip seperti keluarga," ucapnya Ausele sembari tersenyum.     

Mereka bertiga dalam sekejap terkejut singkat lalu ekspresi mereka dalam sekejap melemas dengan senyuman tipis di wajah mereka, meski menjadi pengecualian untuk Riedle yang selalu memasang wajah datar.     

Sylvia membalas ucapannya di awali dengan tawa singkat "Fufu~ mungkin benar seperti itu. Kami sudah menjadi sekutu sejak lama sekali. Karena itu ... entah sejak kapan setiap kami memiliki masalah, pasti diantara kami saling meminta saran dan bantuan. Mungkin ikatan yang seperti itu yang membuat kami sedikit berbeda dengan aliansi manusia."     

Begitu serius terdengar ucapan Sylvia, dirinya sedikit menundukkan kepala seakan benar-benar memikirkan segalanya hanya untuk membalas pertanyaan itu. Namun kala menyebut nama manusia, siapapun yang ada disana bisa mendengar jika itu sebuah ejekan yang tak disengaja.     

"Ratu Sylvia, jangan berbicara seperti itu."     

Hingga Void mengingatkannya baru dirinya sadar atas apa yang telah ia ucapkan, mengangkat kepala kembali dengan wajah sedikit terkejut sembari menutup mulutnya.     

"Oh astaga, maafkan aku. Aku tak sengaja mengatakannya, hanya saja–."     

Ausele menggelengkan kepala dengan senyuman pahitnya "Tidak apa, lagipula memabg begitu kenyataannya. Aliansi yang dibentuk manusia tidak pernah seerat hubungan aliansi milik anda sekalian," senyuman pahitnya menghilang begitu kepala gadis itu tertunduk "Bahkan alasan kami keluar dari Aliansi persatuan benua Ziuria, atau dalam bahasa resmi yang diambil menggunakan bahasa resmi, Ziuria Continent Union Alliance."     

"Eh?" Membulat mata sang Kaisar bersama dengan ekspresi terkejutnya kala mendengar nama aliansi ciptaan manusia itu.     

"Ada apa, paduka Void?" tanya Ausele merasa ucapannya ada yang salah.     

"A--ah tidak. Diriku hanya baru mendengar nama aliansi ciptaan manusia itu, jadi sedikit terkejut mendengarnya," ucap Void dengan sedikit gugup.     

"Anda belum tahu tentang aliansi itu?" tanya Ausele kembali dengan penasaran.     

Void menggelengkan kepalanya cepat kemudian membalas "Tidak, aku tidak tahu sama sekali tentang aliansi itu. Seharusnya sebagai mantan anggota aliansi, anda tahu beberapa aturan disana yang melarang kami bertiga untuk bersentuhan sedikit saja dengan para Kerajaan manusia yang berbatasan dengan kami. Karena itu sejak berkahirnya perang suci, sejujurnya kami tidak begitu mengetahui tentang apa yang terjadi di benua ini."     

Tutur sang Kaisar diikuti oleh anggukan dua sekutunya yang juga merasakan dampak dari aturan aliansi yang begitu memberatkan mereka.     

"Be--begitu," jawab Ausele dengan wajah sedikit murung.     

Begitu mata Void melihat wajahnya, Kaisar itu langsung membalas "Ah anda tidak pelu merasa bersalah dengan tindakan mereka, meski kami terkekang oleh dunia tetapi kami masih bisa bertahan hanya dengan mengandalkan diri kami sendiri. Terlebih anda juga sudah bukan bagian dari aliansi persatuan ... Amm ... Yaa ... Apalah itu."     

"Aliansi persatuan benua Ziuria, paduka Void," ucap Sylvia mengoreksi.     

"Ah benar, ya itu. Jadi anda tidak perlu memikirkanya."     

Kembali dibuat tertawa pelan Ausele kala mendengar koreksi yang dilakukan Sylvia hingga mengembalikan senyuman tipis yang sebelumnya menghilang. Dirinya kembali mengangkat kepala dengan tatapan lurus kearah sang Kaisar.     

"Saya mengerti, terima kasih, paduka Void," ucap Ausele diselingi pejaman mata dengan kepala yang tertunduk singkat; memberikan penghormatan kepada Kaisar Iblis itu.     

Senyuman penuh keyakinan dengan anggukan kepala pelan dilakukan sang Kaisar, hingga matanya tanpa sadar teralih kepada seorang manusia yang berdiri dibelakang Ausele. Dirinya berdiri dengan ekspresi tampak mengagumi sesuatu hingga tak sadar bila dirinya tengah ditatap oleh sang Kaisar Iblis.     

Void menyadari, lelaki muda datang memberikan beberapa lembar kertas kepada sang Ratu Abyc dan terus berdiri dibelakangnya saat ditengah pertemuan akan pembahasan perjanjian yang mereka adakan. Ausele berkata bila lelaki itu merupakan salah satu petinggi dari Kerajaan Abyc, meski tanpa diberitahu seperti itu, Void sudah tahu bagaimana sosok lelaki itu dalam pertemuan singkatnya.     

"Ngomong-ngomong, apa anda tidak lelah berdiri saja?" tanya Void tiba-tiba kepada lelaki itu, kemudian ia kembali berbicara seraya matanya melirik kearah Sylvia "Ratu Sylvia, bagaimana jika anda menyediakan kursi lagi untuk petinggi Abyc? Mau bagaimana juga rasanya pasti tidak nyaman terus berdiri seperti itu, terlebih pertemuan resminya sudah selesai."     

"Eh? Ti--tidak usah, paduka Voi–."     

"Oh anda benar, kalau begitu mungkin dengan pengawal anda juga, bagaimana? Sedari tadi mereka terus berdiri di dekat jendela, saya jadi merasa kasihan."     

Sang Kaisar langsung menoleh kearah belakang melihat keadaan dua pengwal barunya yang hanya mengenakan zirah hitam tanpa helm besi; menunjukkan dengan jelas wajah mereka yang sangat tegas. Void tersenyum singkat kearah mereka, kemudian kembali melirik kearah Ratu Elf.     

"Kalau begitu tolong, Ratu Sylvia," ucapnya sembari tersenyum.     

Sang Ratu hanya tertawa pelan, lalu dirinya menyuruh para pelayan yang ia suruh menunggu di dalam ruangan untuk mengambilkan beberapa kursi untuk dua pengawal baru sang Kaisar dan juga petinggi termuda yang dimiliki Kerajaan Abyc.     

"Jujur saja saya terkejut saat mendengar ada petinggi semuda Tuan Loyd. Mungkin jika di Kekaisaran dan Negeri Elf akan menjadi hal wajar, karena meski ratusan tahun hidup juga kami masih terlihat muda," ucap sang Kaisar dengan senyuman yang begitu percaya diri hingga tak sadar dirinya dianggap sedikit konyol "Walau ya jika dibandingkan dengan Negeri Dwarf, merwka–."     

Sorot mata tajam dan begitu menusuk dilepaskan Riedle dalam sekejap bersama dengan sebuah peringatan yang sangat berani "Jika anda mengatakan hal yang tidak sopan, saya tidak segan untuk memukul anda."     

Kedua telapak tangan Void merapat; menghadap ke arah Riedle sembari menundukkan kepalanya "Maafkan aku!" ucapnya cukup lantang, menambahkan nilai kekonyolan di mata para tamu.     

Sementara itu Sylvia hanya tertawa perlahan, lalu menyahuti ucapannya "Tapi, ya. Walau sedikit tidak bisa dipercaya, Tuan Riedle sebenarnya jauh lebih muda daripada kami berdua."     

"Eh? Sungguh?!" tanya Ausele terkejut dengan rasa tak percaya.     

"Fufu~ sungguh, lalu saya jauh lebih muda dibandingkan Kaisar Void. Sedangkan Kaisar Void sendiri, ya jauh lebih tua dibandingkan kami semua. Mungkin ya, jauh lebih tua dibandingkan makhluk hidup selain monster-monster suci," tutur Sylvia menerangkan hal yang tak bisa dipercaya.     

Bangsa Dwarf memiliki ciri fisik seperti seorang anak-anak; kecil jika harus dibandingkan dengan pria dewasa pada umumnya, namun wajah, kulit dan ciri fisik lainnya akan terus berubah–semakin menua dari tahun ke tahun bagaikan seorang manusia. Meski seperti manusia, pertumbuhan bangsa Dwarf akan berhenti ketika usia mereka mencapai 70 tahun. Lalu, seluruh fisik mereka selama masa perkembangan itu tidak menurun, sebab sejak dilahirkan mereka telah diberi berkah kekuatan serta kecerdasan tinggi sejak mereka dilahirkan. Meski mencapai usia 100 tahun, seorang Dwarf akan terus dibilang anak muda sampai mereka mencapai usia 180 tahun.     

Dengan raut wajah yang masih terkejut, Ausele bertanya dengan penuh kehati-hatian "Maaf jika tidak sopan, tapi berapa usia anda, paduka Void?"     

Sebuah pertanyaan yang akan dianggap sangat tidak sopan oleh seluruh makhluk hidup, tetapi Void hanya menunjukkan seringai tipis penuh arti.     

Void sedikit menoleh kebelakang, lalu ia memanggil kedua pengawal barunya "Ivaldi, Retto, mendekat lah," ucapnya.     

Dua penjaga dari Kekaisaran yang dikatakan sebagai pengawal pribadi sang Kaisar itu mendekat. Salah satu dari mereka memiliki warna merah gelap bak darah, wajahnya begitu serius yang terlihat jelas dibuat-buat. Sedangkan satunya, seorang prajurit dengan rambut hitam, ekspresinya yang datar seakan menunjukkan keseriusan yang benar-benar alami.     

"Maaf, Ratu Ausele. Saya merasa tidak nyaman saat menyebut usia saya, jadi akan saya serahkan kepada pengawal saya," ucap Void sembari tersenyum ramah kearahnya, kemudian matanya terpejam dan kembali berbicara kepada pengawalnya "Ivaldi, Retto, ujian untuk kalian berdua. Sebagai orang terdekat ku, kalian seharusnya sudah tahu berapa usia ku dengan tepat, kan? Maka katakanlah!"     

Mereka menyahut dengan serempak "Baik!" Lalu menjawab bersama-sama "Usia Kaisar Iblis Agung, paduka Void adalah 980 tahun!"     

"Huh!?"     

Sebuah kenyataan yang tak bisa mereka pungkiri, ekspresi terkejut yang tak bisa tertahankan terlukis dengan jelas di wajah Ratu Abyc, seakan baru terbangun dari mimpi buruknya. Sesosok makhluk yang menyaksikan segala kebenaran di benua, mengetahui kebenaran sesungguhnya yang terjadi di benua tempat mereka tinggal. Merasa kecil Ausele kala mendengar sosok yang seakan akan menyamai dewa itu, ia tak bisa lagi melihat sosok Void sebagai sosok Kaisar Iblis yang hanya memiliki usia panjang.     

"Menyuruh penjaganya mengingat sesuatu seperti itu, diriku menjadi khawatir dengan penjaga penjaga di Kekekaisaran," ucap Sylvia seakan menyayangkan hal itu.     

"Benar sekali, kenapa anda menyuruh pengawal anda untuk mengingat usia anda? Padahal diri anda abadi?" sahut Riedle dengan bertanya, merasa tak habis pikir dengan perbuatan sang Kaisar.     

Namun dengan ekspresi serta senyuman bangga, sang Kaisar membalas "Itu tidak benar, Tuan Riedle. Diriku tidaklah abadi, hanya saja diriku diberi kesempatan untuk hidup lebih lama dibandingkan makhluk lainnya. Suatu saat saya juga akan sama seperti makhluk lainnya, saya juga akan mati. Meskipun tidak tahu dengan cara seperti apa saya mati, entah karena terbunuh atau karena penyakit ... Hm?" kala dirinya membalas, pandangan matanya terpaku kepada dua manusia yang ada dihadapannya. Mulut sang petinggi sedikit ternganga, sedangkan sang Ratu tampak gelisah dengan kebingungannya "Hey, apa kalian baik-baik saja?" tanya Void kepada mereka.     

Terangkat kembali kepala sang Ratu tanpa melepas raut wajah kebingungannya "Ma--maaf, paduka Vois a--ah tidak ... Kaisar agung Void!" ucap Ausele, ekspresi dan ucapannya menjadi tegas kala mengubah julukan kehormatan Void.     

"Anda tidak perlu mengubah cara memanggil anda," ucap Void menanggapinya dengan begitu santai.     

Namun justru itu membuat sang Ratu jauh lebih kebingungan "Ta--tapi ... Bertemu dengan seseorang yang hidup sangat lama sekali seperti anda menjadi sebuah kehormatan terbesar bagi saya. Sungguh saya masih tidak percaya jika ada makhluk hidup yang hidup selama itu," ucap Ausele, kata hati tak percaya tetapi dirinya merasa tidak bisa membohongi diri sendiri kala matanya melihat kekuatan yang sangat tak wajar dimiliki sang Kaisar.     

Ratu Sylvia menyahuti ucapannya "Sayangnya itu benar, Ratu Sylvia. Sewaktu saya kecil pun saya pernah beberapa kali melihat paduka Void mengunjungi Istana ini ketika Ibu–. Maksud saya, ratu sebelumnya berkuasa di Negeri Elf."     

Ausele mengangguk dengan ekspresi serius "Saya mengerti, Ratu Elf. Saya tidak bermaksud untuk meragukan usia paduka Void," ucapnya.     

Kala mereka berbicara, para pelayan yang diperintahkan Sylvia telah kembali dengan membawa 3 kursi tambahan untuk dua pengawal sang Kaisar dan juga seorang petinggi dari Kerajaan Abyc. Begitu dipersilahkan oleh sang Ratu, mereka pun duduk meski masih tetap di belakang pemimpin mereka.     

"Ngomong-ngomong, kenapa anda tidak membawa Nona Scintia?" tanya Sylvia kepada Void.     

Void meraih cangkir tehnya namun tak langsung meminumnya. Ketika pinggiran cangkir cukup dekat di depan mulutnya, ia kemudian menjawab dengan santai "Scintia ku pinta untuk menjaga Roxine–. Ah, kami merawat gadis ajin di Istana, nama gadis itu Roxine. Dia masih sangat kecil, kami menemukannya ketika saat perbudakan ... Yah anda sudah tahu tentang masalah itu dan Roxine adalah salah satu korbannya, jadi akhirnya saya memutuskan untuk membuatnya tinggal di Istana."     

Selepas menjawab, ia langsung menyeruput habis tehnya lalu menaruh kembali cangkir kosong itu di atas tatakannya.     

"Gadis ajin ya ... Ah yang memiliki bulu dan ekor perak?" tanya Riedle memastikan.     

"Kau tau?" tanya balik Void.     

"Ya, saat kunjungan ke Istana Kekaisaran, saya sempat melihat seorang gadis ajin sedang bersembunyi di koridor bagian barat Istana anda. Saya pikir saya salah lihat, tetapi ternyata benar gadis ajin, ya," jawab Riedle menuturkan pertemuan yang tak disengaja dengan gadis ajin Kekaisaran.     

"Anda juga? Saya pun sempat melihatnya," sahut Ratu Sylvia yang melihat sosok gadis ajin sekilas kala dirinya berkunjung ke Istana Kekaisaran Iblis.     

"Begitu ya, mungkin lain kali akan ku pertemukan kalian dengan Roxine, tentu jika Ratu Ausele tak keberatan saya juga bisa akan mempertemukannya dengan anda," ucap Void seraya tersenyum ramah.     

Kemudian jawaban "Iya," yang begitu canggung Void dengar hingga membuat senyuman bahagia terlukis dengan jelas di wajahnya.     

Sosok gadis ajin yang dirawat oleh seorang Kaisar Iblis. Serempak mereka merasakan rasa penasaran yang sama. Rasa penasaran yang jauh melebihi keingintahuan akan identitas Roxine sesungguhnya.     

Kemudian Ratu Elf bertanya lebih dulu "Maaf, jika boleh tahu paduka Void, saya ingin bertanya."     

"Tanyakan saja."     

"Kalau begitu, apakah Nona Roxine disana anda pekerjakan?"     

Edward membantahnya dengan tegas "Tentu saja tidak! Dia adalah gadis yang baik dan sangat manis, mana mungkin diriku tega memperkerjakan gadis semanis Roxine!"     

Jawabannya jauh dari apa yang mereka sangka. Sebuah jawaban yang seolah keluar dari mulut orang tua yang sangat menyayangi gadis ajinnya, mereka tak tahu bagaimana harus merespon sikap sang Kaisar Agung itu, bahkan pengawalnya sendiri langsung memalingkan wajah tanpa alasan yang jelas begitu mendengar ucapan sang Kaisar.     

"Jawabannya seperti orang tua yang bodoh, astaga," Riedle berterus terang dikala yang lain menahan ucapannya "Ah jika seperti itu, apa mungkin Nona Roxine memiliki tingkatan yang sama dengan–."     

"Paduka Void, kedudukan Nona Roxine belum disetujui secara pasti oleh penasihat Ink Owl, tolong perhatikan bicara anda."     

Dalam sekejap suasana menjadi hening dengan sorot mata ketiga pemimpin selain Void tertuju kepada pengawal sang Kaisar yang selalu memasang ekspresi datar. Bahkan ketika dirinya ditatap pun, ekspresinya tak berubah.     

Void pula langsung mematung kemudian secara perlahan memudarkan ekspresi bangganya "Jangan merusak kesenangan seseorang, Ivaldi," balas Void sedikit sinis.     

"Maaf, saya hanya menyampaikan peringatan Tuan penasihat Ink Owl."     

"Tapi–."     

"Tolong jangan bicara yang macam-macam."     

Kembali terdiam Void mendengar peringatan tegas yang diberikan oleh pengawalnya, semangat yang berkobar ingin menunjukkan keberadaan Roxine langsung redup seketika dan merubah seluruh ekspresi Void.     

Namun dirinya hanya menjawab "Baiklah, aku mengerti," tanda ia menuruti ucapan Ivaldi.     

Keheningan yang panjang terjadi setelahnya, mereka hanya terdiam seraya memakan kue kering yang disediakan oleh Sylvia sejak awal.     

Hingga Riedle berbicara dengan terus terang "Bukankah Tuan Ivaldi jauh lebih tegas dibandingkan Scintia?"     

Sembari memakan kue kering, Void langsung membalas dengan suara yang begitu lesu "Benar, karena itu aku sedikit menyesal. Tetapi aku tidak bisa berbuat banyak saat kontrak pekerja telah ditandatangani Ink Owl dan Ink Owl juga melihat langsung ketegasannya, dia semakin mendukung Ivaldi dan Retto, jadi aku tidak bisa berbuat banyak."     

"Meski anda Kaisar?" tanya Riedle lagi.     

Terdiam sejenak Void sembari terus mengunyah kue kering di dalam mulutnya, lalu helaan napas pelan terdengar kemudian disusul sebuah jawaban "Membuat bawahan setia menjadi kecewa itu ... Sungguh tidak menyenangkan, Riedle."     

"Kasihan sekali."     

Seorang pengawalnya memalingkan wajah sepenuhnya seraya menahan gelak tawa, hal yang sama juga dilakukan Ausele kala seraya dirinya menyandarkan kening diantara ibu jari dan telunjuknya seakan tengah memasang pose berpikir.     

Kaisar memiliki sebuah kekuasaan mutlak, hal itu sangat mereka ketahui. Dengan kekuasaan itu, seluruh Iblis dan ras lain yang merupakan warga disana harus tunduk dengan segala perintah dan ucapannya. Namun satu hal yang tidak mereka ketahui adalah, hati seorang Iblis yang hampir hidup 1000 tahun amatlah lembut bila berhadapan dengan orang terdekatnya, hingga kekuasaan mutlaknya tak bisa ia gunakan.     

"Kalian boleh tertawa, Retto, Ratu Ausele. Lalu Sylvia."     

"Sa--saya ... Fu ... Saya tidak tertawa!"     

Sang Ratu Elf masih berusaha menjaga harga diri sang Kaisar, meski dirinya harus berbohong.     

Matahari perlahan tenggelam mendekati garis cakrawala, pertemuan itu sepenuhnya telah berakhir dengan beragam kesepakatan dengan Negeri Dwarf. Meski Kekaisaran juga ditawarkan, tetapi Void memilih untuk menunda sedikit waktu lagi sebab dirinya harus menyelesaikan beragam masalah di Kekaisaran. Lalu Negeri Elf, Sylvia juga tak bisa memberikan keputusan pasti. Karena dirinya harus membicarakan hal itu dengan para petinggi serta para tetua di Negeri Efl, sebab masih ada para Elf yang tak menyukai keberadaan manusia.     

Beberapa menit berlalu, Kereta kuda Kekaisaran juga Kereta kuda Negeri Dwarf melintasi hutan hingga pemandangan berganti menjadi padang rumput yang begitu luas seakan tak terbatas. Langit perlahan gelap dan masih perlu beberapa hari lagi untuk mereka kembali.     

To be continue     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.