Last Boss

Chapter 105 - Kebenaran sesungguhnya



Chapter 105 - Kebenaran sesungguhnya

2Keringat dingin mengucur deras dari tubuh para manusia, menatap tak percaya melihat sosok yang tak diduga datang ke wilayah manusia. Ketegangan diluar dinding Ibukota semakin menjadi begitu tiba-tiba pasukan kecil Kekaisaran dengan bendera kebesaran mereka hadir ditengah-tengah konflik Kerajaan Abyc yang menolak Pangeran Raudels naik takhta. Keberadaan Iblis selalu dipandang buruk dan menakutkan oleh para manusia, keberadaan mereka juga bisa memperburuk setelah sebelumnya sang Pangeran menuduh para petinggi yang berkhianat bekerja sama dengan Kekaisaran, meski itu sama sekali tidaklah salah.     

Permintaan para petinggi Kerajaan Abyc untuk menjadi aliansi Kekaisaran Iblis sangatlah membuat Void terkejut, namun sang Kaisar itu berpikir matang dan meminta waktu untuk memberikan jawaban. Hingga, hari ini Kekaisaran melangkahkan kakinya menuju Kerajaan Abyc untuk sebuah kunjungan dengan izin yang sudah mereka dapatkan secara pribadi dari seseorang yang Jenderal Helsper sendiri sudah mengenalinya.     

Mata sang Jenderal terbelalak kala dirinya membaca isi surat yang mengizinkan untuk Kekaisaran memasuki wilayah Kerajaan Abyc dan juga melakukan sebuah operasi tanpa mengganggu keamanan di Kerajaan Abyc.     

"Tapi ... Bagaimana?" tanya sang Jenderal sembari menatap Edward dengan raut wajah keheranan.     

Dua komandan pasukan yang berada di kedua sisinya mendekat dan ikut membaca isi surat itu "Huh!?" raut wajah dan suara kebingungan mereka begitu tampak dan terdengar jelas. Persis seperti sang Jenderal, mereka juga tak percaya jika melihat siapa orang yang menandatangani surat itu.     

"Meskipun kalian menganggap kami busuk atau sosok yang kejam, tapi kami juga memiliki kebanggan dan harga diri. Atas nama Kekaisaran dan penguasa mutlak para Iblis, saya bersumpah tidak memberikan keterangan palsu kepada surat itu," ucap Edward tegas seraya memasang wajah serius dan terus menatap Jenderal dan dua komandan pasukan di sampingnya. Namun tak lama seringai tipisnya muncul kembali–mengembalikan wajah ramah yang sejak awal ia tunjukkan     

Dirinya bersumpah atas negerinya dan sang Kaisar atau tepatnya atas dirinya sendiri, manusia di depannya itu  tahu jika para Iblis tidak diizinkan melakukan hal seperti itu sebab akan membawa pengaruh buruk untuk nama sang Kaisar. Tetapi Edward yang berani melakukan itu membuktikan kesungguhan atas segala ucapan yang Edward berikan kepada sang Jenderal     

"Lalu tuan-tuan yang mencoba mengepung saya, tolong lepaskan tangan kalian dari pedang kalian. Seperti yang saya katakan, kami Kekaisaran tidak memiliki niat untuk mengacaukan Kerajaan manusia. Saya sendiri tidak masalah, sih. Tapi saya takut kalian melakukan gerakan yang sia-sia yang akan semakin memperburuk suasana malam ini," tambah Edward memperingati dua petinggi lainnya yang diam-diam mengepung Edward dari dua arah.     

"Kalian ...," Jenderal Helsper memberikan isyarat kepada mereka berdua untuk tetap tenang dan melepaskan pedang mereka. Dua lelaki itu pun menuruti perkataannya lalu kembali mendekati sang Jenderal.     

Sang Jenderal menghela napasnya berat "Begitu ya," gumamnya memahami sesuatu, lalu menggulung surat itu kembali dan memberikannya "Memang benar itu adalah surat resmi, jika sudah seperti itu maka saya tidak akan berbicara banyak. Hanya saja saya berharap anda menepati ucapan anda," tambahnya dengan raut wajah yang begitu serius.     

Terkekeh singkat Edward mendengarnya "Tentu saja, saya juga bersumpah atas tanduk saya," ucapnya seraya menyentuh tanduk hitam nan lancip di atas kepalanya "Mungkin anda pernah mendengar, tanduk bangsa iblis adalah bentuk harga diri, kepercayaan, dan bukti keberadaan kami. Jadi saya tidak main-main dengan sumpah saya ini," tambahnya seakan ia tengah berusaha terus mendapatkan kepercayaan dari sang Jenderal.     

"Begitu," balas sang Jenderal dengan senyuman tipis di wajahnya     

"Tunggu! Tunggu! Apa yang kalian bicarakan!?"     

Tiba-tiba sang pangeran menyela pembicaraan mereka dengan raut wajah rumit yang terlukis jelas di wajahnya.     

"Begitu! Kalian ternyata saling bekerja sama menjatuhkan ku!" terusnya lagi kembali menuduh para pemberontak bekerja sama dengan Kekaisaran Iblis.     

Edward menghela napasnya dengan ekspresi lelah, dirinya berbalik kemudian melangkah mendekati pangeran yang tak diakui oleh rakyatnya itu sembari berbicara kepadanya:     

"Astaga, pangeran. Pendengaran anda masih baik-baik saja, bukan? Saya sudah berkata berkali-kali kepada anda jika kami Kekaisaran iblis tidak ikut campur dengan urusan anda yang ditendang dari takhta anda sendiri. Kami datang untuk tujuan lain."     

Langkah Edward terhenti ketika ia hanya beberapa langkah lagi mendekati sang pangeran–jarak renggang yang sama seperti yang ia lakukan menghadap kepada Helsper. Raut wajahnya tampak begitu marah, dirinya juga sedikit menjauh kala Edward sudah berada di depannya sembari terus tersenyum ramah.     

Mata Edward kemudian teralih kepada sosok pria berjanggut lebat dengan rambut yang dipotong pendek, dirinya memakai zirah lengkap. Dia berada disebelahnya, raut wajah yang begitu tegas namun tak tampak dirinya membenci atau merasa sinis dengan kehadiran Edward.     

Tanpa dipinta sosok itu pun langsung berbicara "Maaf karena mengganggu pembicaraan, saya adalah Jenderal prajurit Kerajaan Hertia, nama saya andares," ucapnya tanpa menundukkan kepala sama sekali, seakan mengisyaratkan dirinya tak menganggap Edward sebagai orang yang luhur atau dengan kata lain, dia tidak mau menghormati Edward.     

"Senang mengenal anda, saya adalah salah satu petinggi Kekaisaran Iblis, nama saya Edward," balas Edward dengan senyuman ramah di wajahnya, namun ia juga sama, tidak menundukkan kepalanya kepada Andares. Namun alasan Edward berbeda, mata Edward melihat segalanya hingga ia tak ingin melewatkan kesempatan untuk mempelajari kemampuan Andares 'Luar biasa, walau manusia biasa tetapi dia berada di tingkatan yang sama seperti Belial. Dia akan menjadi lawan yang merepotkan,' batinnya setelah melihat status atribut serta skill dan sihir milik sang Jenderal dari kerajaan Hertia itu.     

Perhatian dua orang itu kemudian bersamaan teralih kala sang Pangeran berbicara dengan sangat keras.     

"Hey, Iblis! Apa tujuan mu kemari kalau kau tidak ada hubungannya dengan masalah kami? Kalian semua mengganggu usaha ku–. Maksud saya, usaha kami untuk menyingkirkan para pemberontak! Terlebih lagi siapa yang mengizinkan Anda untuk masuk kedalam Kerajaan ini!? Apakah para petinggi itu? Begitu, kalau begitu aku menggunakan hak ku sebagai pangeran untuk mencabut izin itu!"     

Edward terkekeh cukup keras mendengar ucapan sang Pangeran yang mereasa begitu yakin dengan ucapannya, tawanya menggelegar ditengah suasana heningnya suasana. Perasaan heran dan bingung menyelimuti sang pangeran, bukan hanya dia tetapi seluruh penduduk dan para prajurit yang ada di sana juga merasa begitu kala mereka mendengar iblis berambut perak itu yang tertawa tanpa sebab.     

"Apa yang lucu! Kalian dasar iblis tak punya sopan santun! Dihadapan diriku kau beraninya tertawa lepas seperti itu!" bentak sang Pangeran disertai raut wajah murka.     

Tawa iblis itu pun perlahan terhenti dengan sendirinya "Ah astaga, maafkan saya ... Hahaha, maafkan saya, sungguh," ucap Edward tanpa rasa menyesal sama sekali "Tapi pangeran, sayang sekali surat izin itu bukan dikeluarkan oleh para petinggi Kerajaan Abyc ... Tapi, adik anda," lanjutnya dengan seringai licik di wajahnya.     

"Apa!?"     

Perasaan bingung semakin menyelimuti dua manusia itu, kerutan di keningnya menjadi tanda bukti betapa dinginnya perasaan bingung yang mereka rasakan.     

"Jangan bercanda! Aku dan adikku keluar dari kerajaan ini untuk meminta bantuan dari 3 kerajaan sekutu kami! Mana mungkin Adikku, Putri Ausele dapat mengirimkan izin kepada kalian!" bantah sang Pangeran dengan sangat yakin.     

Edward menghela napas tanpa melepaskan senyuman ramahnya "Kalau anda tidak percaya, saya tidak keberatan jika anda membaca ini," ucap Edward, kemudian dirinya memberikan kembali surat gulung yang sebelumnya Jenderal Helsper baca.     

Dengan kasar ia mengambil surat gulung itu dari tangan Edward. Iblis berambut perak itu masih memasang senyuman ramah meskipun disikapi dengan tidak sopan oleh sang Pangeran, tatapan penuh kewaspadaan dan curiga Andares berikan kepadanya terus menerus sejak ia semakin mendekati mereka berdua. Tatapan yang amat mengitimidasi Edward, meski semua itu tak berpengaruh untuknya.     

"Tidak mungkin!" sentak sang Pangeran terkejut kala ia selesai membaca surat itu "Kenapa bisa? Tanda tangan ini ... Cap keluarga kerajaan ... Tulisan tangan, kenapa ... Kenapa bisa!?" lanjutnya dengan sorot mata yang begitu terkejut dan tak percaya.     

Kemudian surat itupun Andares ambil langsung dari tangannya dan membaca isi surat itu, reaksi matanya yang membulat sesaat menjadikan tanda dirinya pula terkejut dengan isi surat yang diberikan oleh iblis itu. Surat yang berisi perizinan untuk membiarkan Kekaisaran masuk kedalam wilayah Kerajaan Abyc dengan jumlah sedikit dan juga melakukan operasi untuk menangkap sang Pangeran karena terlibat dalam kasus yang terjadi di Kekaisaran, kasus dimana sekelompok orang yang melakukan tindakan yang amat dilarang di Kekaisara. Kasus perbudakan beberapa pekan yang lalu.     

Dirinya mendengar langsung dari mulut Aulia yang mengaku sebagai pelayan pribadi sang Putri, dirinya pernah berkata jika sang Pangeran pernah terlibat dalam perbudakan gelap yang terjadi di beberapa wilayah yang tidak diketahui oleh Kerajaan dan ia juga berkata ada kemungkinan perbudakan gelap itu juga terjadi di luar Kerajaan Abyc.     

Perbudakan yang amat dilarang, para manusia yang masih memberlakukannya juga memiliki aturan tentang perbudakan. Salah satunya adalah peraturan mendapatkan budak dan budak yang boleh dijual, disana tertulis dilarang keras untuk menjadikan seseorang sebagai budak dengan cara paksa seperti menghancurkan tempat tinggal atau menculik. Mereka yang boleh dijadikan budak harus diketahui beberapa pihak dan disetujui oleh penguasa setempat.     

Tempat tinggal dihancurkan, penduduk yang diculik, Edward terpicu amarahnya kala ia mendengar jika sang Pangeran terlibat dengan hal seperti itu dan mencari tahu dari para korban tentang sang Pangeran. Hingga keputusannya saat ini adalah hasil dari jawaban semua korban yang salah satunya adalah Roxine.     

Andares pula langsung menatap sang Pangeran dengan tatapan tak percaya.     

"Bohong! Semua itu bohong! Aku tidak terlibat dengan semua itu! Lagipula semua ini aneh, adikku bersama ku sejak para pemberontak mengusir kami. Tidak mungkin dia bisa menuliskan surat izin untuk Iblis, bahkan aku yakin kalau dia bisa pun dia tidak akan mau melakukannya! Kalau tidak percaya, aku akan membawa Ausele kemari!" bantah sang Pangeran dengan suara keras "Seseorang tolong bawa putri Ausele kemari!" teriaknya kebelakang memerintah entah kepada prajurit mana "Akan kubuktikan jika semua ini hanyalah tipu muslihat kalian para Iblis!" bentaknya lagi sembari menunjuk ke arah Edward dengan penuh amarah.     

Tak lama kemudian sang Putri yang dipuja-puja oleh rakyatnya itupun turun menemui mereka semua dengan gaun yang ia angkat sedikit agar tak tersentuh tanah, rambutnya panjang pirang terurai dengan kepang dua sisi yang mengikat ke belakang kepalanya. Tatapannya yang kebingungan begitu tampak lembut seakan-akan dirinya menjadi sosok yang begitu polos.     

Edward sedikit tersentak melihat sosok yang begitu anggun di matanya, ia tak bisa berkata-kata ketika melihat sosok yang dikatakan sebagai seorang putri itu. Reaksi serupa pula diberikan oleh para prajurit Abyc serta penduduknya yang benar-benar bisa melihat sang Putri kembali setelah kabar kematiannya terdengar.     

Sang Pangeran menyeringai licik, kemudian ia merangkul adiknya dengan kasar "Lihatlah! Adikku selalu bersama ku selama ini! Jadi tidak mungkin dia menuliskan surat kepada dirimu wahai Iblis durjana!" ucapnya dengan lantang hingga terdengar ke semua orang yang berada disana.     

Sorot mata tajam Edward rasakan dari berbagai arah, merasakan kebencian dan rasa jijik mereka setelah mendengar 'Kebenaran' yang dikatakan oleh sang Pangeran.     

"Adikku, kau tidak menuliskan surat perizinan untuk mereka, kan?" tanya sang Pangeran kepada putri Ausele.     

Kemudian sang Putri hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dengan mata terpejam, tidak ada rasa beban yang tampak dari anggukkan kepalanya.     

"Lihat!" teriak sang Pangeran lagi dengan keras "Adikku sudah mengakuinya! Semua ini jelas jika Kekaisaran ada di belakang semua ini, tidak diragukan lagi! Kekaisaran ingin merebut tanah ini dengan memicu pemberontakan! Tapi aku lahir di tanah ini! Aku akan melakukan segala cara untuk mencegah hal itu terjadi!"     

"Yaaaaaaa!"     

Ucapan sang Pangeran berkobar-kobar seakan menyiarkan propaganda menambah semangat sekaligus kebencian pasukan 3 kerajaan kepada Iblis. Mereka berteriak menyerukan semangat mereka dan dukungan untuk sang Pangeran, hingga perlahan mereka pun menuruni bukit dengan perintah dari jenderal dari dua kerajaan lainnya.     

Edward melangkah mundur dan semakin menjauh dari posisi Andares–terus menatapnya tanpa mengeluarkan sepatah kata dan juga sang Pangeran yang tengah menyeringai penuh kemenangan.     

"Kalian para Iblis pergilah! Jangan mengganggu kami!"     

"Kalian hanya memperburuk keadaan!"     

"Benar!"     

Teriakan penuh kebencian juga terdengar dari mulut penduduk Abyc dan para prajurit Kerajaan Abyc, mereka kemudian bersiap untuk melakukan serangan pertahanan mereka.     

Ink Owl mendekati Edward dan berbisik "Paduka, semuanya semakin buruk."     

Namun Edward tersenyum tipis dan berkata "Tidak apa, menjauhlah. Mereka juga sudah selesai."     

Seluruh pasukan pemanah sudah siap saling menembak, para pemimpin pasukan pemanah saling memberi aba-aba. Namun dalam sekejap sebuah cahaya ungu berwarna kegelapan menembus awan dan membelahnya hingga mereka dapat kembali melihat indahnya bintang dan bulan.     

Mata mereka terbelalak dengan mulut ternganga tak percaya apa yang baru saja mereka, sorot mata mereka kembali teralih kepada Iblis berambut perak yang tengah mengulurkan sebelah tangannya yang sudah berubah menjadi calar hitam ke arah langit, kilatan ungu gelap sepintas terlihat melompat dari cakar itu, warna yang sama seperti cahaya yang baru saja mereka lihat.     

Edward meledakkan sihir bola api hitamnya dengan bantuan skill [Hells of Claws] untuk meningkatkan kemampuan sihirnya, lalu hasilnya adalah awan besar yang membumbung di langit pun ia belah dengan satu ruangan.     

"Kalian manusia sangatlah bodoh! Aku sudah bersikap ramah kepada kalian! Aku sudah menunjukkan semua bukti resmi! Tapi kalian tidak percaya sama sekali!" ucap Edward dengan lantang.     

Suaranya menjangkau hingga kedalam Ibukota membuat suasana yang tegang itu menjadi menakutkan dalam sekejap. Bahkan para Jenderal disana, kecuali Belial, merasakan gemetar yang luar biasa saat mereka melihat kekuatan yang Edward lepaskan.     

Edward menarik napas lalu menghembuskannya perlahan, kemudian matanya tertuju kepada sang putri. Sorot matanya menjadi tajam hingga membuat sang Putri terkejut dan melangkah mundur.     

Melihat celah, sang Pangeran pun langsung berdiri di depan adiknya dengan ekspresi yang begitu berani "Ja—jangan sakiti Adikku! Kau bilang menginginkan ku, kan? Kalau begitu bawa aku, jangan sakiti adikku atau bahkan rakyatku! Dasar Iblis kejam!" ucapnya sembari memasang wajah yang benar-benar ingin melawan Edward.     

Namun itu hanya topengnya, begitulah yang Edward lihat. Dirinya yang pandai bersilat lidah kini seakan-akan membuat dirinya menjadi seorang pahlawan kesiangan, namun itu efektif mempengaruhi simpatik para prajurit dan sebagian penduduk yang ada disana.     

Namun Edward menyeringai seram "Benar, pangeran, benar," ucapnya kemudian ia mengambil kedua pedangnya, perlahan pedangnya berubah menjadi warna ungu gelap seperti calarnya. Disaat yang sama, Belial, Ink Owl dan Uksia melangkah hingga berdiri di samping Edward "Kami Iblis adalah makhluk yang kejam, kami dapat menciptakan neraka di dunia ini jika kami menginginkannya, kami tidak peduli apa yang makhluk lain katakan tentang kami selama diri kami masih berdiri di tanah ini ... Kami adalah Iblis!"     

Angin berhembus dengan kencang, mengibarkan bendera Kekaisaran dengan megah. Mereka yang penuh semangat juang dalam sekejap menjadi gentar dan gemetar. Jumlah mereka sedikit, tetapi para manusia disana merasa telah takluk dibawah kekuasaan Kekaisaran Iblis.     

Kemudian Iblis berambut perak itu kembali berbicara dengan sorot mata yang semakin menajam menatap sang Pangeran "Tapi kau tahu, pangeran Raudels? Kami tidak menginginkan hal itu. Kami tidak ingin mengubah keindahan dunia palsu ini menjadi neraka, meski kami sanggup melakukannya. Meski kami kejam tetapi kami masih memiliki perasaan, kami juga bisa berpikir mana yang baik dan yang salah. Kami bisa tertawa saat bahagia, kami bisa menangis saat bersedih, kami bisa marah saat ada keluarga kami yang terluka," Edward tertawa pelan, menimbulkan jeda singkat diantara ucapannya "Lalu bagi kami, keluarga bukanlah hanya ayah, ibu atau saudara. Tapi bagi kami, keluarga adalah bangsa kami. Semua Iblis adalah keluarga ku, kami saling menyayangi dan saling melindungi. Tidak seperti kalian yang saling membunuh hanya berebut takhta, meski tahu jika orang yang dia bunuh adalah ayah kandungnya sendiri!" Edward berteriak dengan keras di akhir ucapannya  hingga berhasil mengubah raut wajah sang Pangeran menjadi marah.     

Para penduduk Abyc terdiam dan tertunduk dengan amarah yang tiba-tiba kembali meluap, ucapan Edward meraih emosi mereka semua seakan apa yang dikatakan Edward benar-benar mewakili kekecewaan mereka semua.     

"Aku kejam! Tapi tidak sekejam dirimu, pangeran Raudels! Kau membunuh ayahmu sendiri, Raja Abyc sebelumnya demi bisa naik takhta lebih cepat! Lalu aku tahu jika putri memanglah masih hidup, karena apa? Karena kau menyembunyikannya demi membuat penduduk tidak bisa memiliki pilihan lain untuk membiarkan mu menjadi Raja berikutnya, benarkan?"     

Reaksi tak terduga ditunjukkan Andares dan 2 Jenderal lainnya hingga membuat mereka memberikan tatapan tajam kearah sang Pangeran.     

"Ti—tidak, bukan begitu! Semua itu bohong!" bantah sang Pangeran panik.     

Gerak geriknya, reaksi para Jenderal 3 kerajaan membuat Edward tersenyum mengejeknya "Oya? Jangan bilang kau membohongi mereka? Astaga, benar-benar tidak dipercaya. Aku, Iblis yang kejam sekalipun berpikir beberapa kali bahkan tidak berani membohongi aliansi ku sendiri," ucap Edward seraya geleng-geleng kepala seakan tak habis pikir dengan perbuatannya hanya untuk mengejeknya.     

Sang Pangeran kembali membantah "Ti—tidak! Jangan dengarkan dia, Tuan Andares. Dia hanya mencoba mempengaruhi anda, saya yakin penduduk yang lainnya juga begitu!"     

"Jangan bicara bodoh! Pangeran Raudels!" bentak Helsper, dirinya mendekat bersama dengan 4 komandan pasukan lainnya disertai ekspresi yang amat murka "Kematian raja adalah alasan kami melakukan kudeta! Kami tidak terima jika Raja dibunuh oleh anaknya yang tak tahu diri yang hanya memikirkan takhta!" tukas sang Jenderal dengan amarahnya yang meluap-luap.     

Dirinya melangkah mundur, mati kutu tak lagi bisa berbicara. Namun ia masih memiliki serangan terakhir yang bisa ia gunakan.     

"Ti—tidak! A—adikku, tolong katakan kepada mereka kalau semua itu salah."     

Edward memotong ucapannya "Hayoo, bukankah sebelum itu adikmu sudah dinyatakan tewas? Dia tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya, kan? Meski dia diberitahu olehmu, itu sama saja seperti penduduk lainnya yang diberitahu oleh mu, benar? Lagipula, dia bukanlah adikmu, kan?" ucapan Edward semakin membuat semuanya bingung, kecuali mereka yang sudah sadar.     

"A—apa maksudmu! Dia adalah adikku! Aku tidak mungkin salah–."     

"Kau benar-benar membuatku kecewa, Kakak."     

Seorang gadis tiba-tiba muncul dari belakang Jenderal Helsper, dirinya menggunakan jubah coklat dan kemudian berjalan dan terus mendekati Pangeran Raudels.     

"Si—siapa kau!?"     

Gadis itu membuka tudung jubahnya, menunjukkan wajah yang benar-benar mirip dengan sang putri namun rambutnya dipotong sangat pendek, membuatnya tampak berbeda daripada sang putri biasanya.     

"A—apa? Tunggu, bagaimana bisa!?"     

Gadis itu menghela napasnya dan kembali menatap sang Putri yang sudah menangis lebih dulu.     

"Aulia, kau boleh melepaskannya, terima kasih," ucap gadis itu kepada sang Putri sambil tersenyum.     

Gadis itu perlahan menarik rambutnya dan kemudian terlepas dari kepalanya, dibalik itu rambut sesungguhnya yang ia ikat agar tidak jatuh kemudian terurai begitu ia melepaskan panjang itu. Rambut gadis yang diduga sebagai putri itu hanya memiliki rambut pendek sebahu dengan warna coklat.     

'Identitas dia yang sesungguhnya adalah pelayan pribadi sang Putri, bernama Aulia. Putri Ausele sejak awal sudah tahu jika Kakaknya akan berkhianat dan ia akan menjadi target pertama, tetapi pelayan pribadi yang punya wajah yang begitu mirip menunjukkan kesetiannya dan rela menggantikan putri. Sementara itu putri menunjukkan waktu yang tepat untuk muncul, seperti yang dia katakan sebelumnya kalau dia diam-diam mencari bukti lebih banyak dengan identitasnya yang baru sebagai Aulia. Astaga, benar-benar skenario yang merepotkan,' batin Edward yang telah mengetahui sejak awal.     

Saat dirinya pertama kali bertemu dengan Aulia atau tepatnya sang Putri Kerajaan Abyc, dia sudah tahu jika itu adalah Putri Ausele sebab ia melihat nama dan gelar dari layar sistemnya. Semua yang ia ceritakan adalah sungguhan, hanya peran putri dan pelayan saja yang ditukar.     

Sang Pangeran melangkah mundur menjauh dari semua orang. Amarah dan rasa takutnya bercampur hingga menunjukkan ekspresi yang begitu jelas di wajahnya.     

"Tidak! Tidak! Tidak! Ini tidak mungkin! Kalian semua mempermainkan ku! Kalian ... Kalian akan terima balasannya, Hugoo!"     

"Hugo? Dia sudah tewas."     

"Huh!?"     

Setelah membantah, sang putri memunculkan sesuatu dari ruang dimensinya. Sesuatu yang tertutup kain coklat dengan cairan warna merah yang menembus kain itu. Putri Ausele melemparkan benda itu kepada Kakaknya, lalu kain itu pun terlepas.     

"Waaaaaaaaaaaaaaa!"     

Sang Pangeran menjerit sejadi-jadinya hingga akhirnya tak sadarkan diri. Edward menatap rendah benda yang menggelinding itu, benda itu adalah kepala dari seorang petinggi yang pernah menemuinya di Kekaisaran Iblis.     

Malam yang menegangkan itupun dalam sekejap berubah menjadi suasana haru yang tak tertahankan, sebab putri yang penduduk Abyc cintai kembali lagi dan menjadi pemimpin mereka yang direstui oleh para petinggi maupun rakyatnya.     

To be continue     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.