Last Boss

Chapter 68 - Kunjungan ke Negeri Dwarf



Chapter 68 - Kunjungan ke Negeri Dwarf

2Bagian timur Kekaisaran, terdapat sebuah hutan yang begitu luas hingga membentang dari utara ke selatan. Hutan Sankta atau disebut juga Hutan Suci oleh para manusia, mereka menyebutnya begitu karena berkaitan dengan perang 500 tahun yang lalu. Memanglah Hutan Sankta menjadi tempat yang paling penting kala itu, karena jika salah satu pihak kalah–Kekaisaran atau Aliansi suci, maka mereka dapat menguasai hutan itu dan membuat pertahanan pihak lainnya menjadi sangat terancam.     

Di akhir perang, ketika semua aliansi suci tinggal mengerahkan pasukan menuju Ibukota Kekaisaran. Kabar burung terdengar jika pasukan aliansi mulai terpecah dan akhirnya mundur dari medan perang, Kekaisaran memanfaatkan momentum itu untuk memulihkan kekuatan dan menguasai kembali hutan sankta hingga 70% dari keseluruhan hutan.     

Pada akhirnya lahan hutan itu pun menjadi sengketa, Kerajaan Hertia yang menjadi pemilik sisa hutan itu–30% dari keseluruhan hutan menuntut Kekaisaran untuk mengembalikan sisa hutan mereka. Tetapi Kekaisaran menolak dengan beralasan saat aliansi terpecah, peperangan dengan Kekaisaran masih berlangsung dan Kekaisaran berhasil merebut hutan Sankta, dengan begitu ketika perang berakhir dan hampir semua kerajaan manusia memilih berdamai dari perang berkepanjangan itu menjadikan Kekaisaran memiliki 70% hutan Sankta.     

Hingga 500 tahun setelahnya, Kerajaan Hertia masih mempermasalahkan batas wilayah hutan mereka meski belakangan jarang terjadi, tetapi Kekaisaran menduga munculnya petualang yang sengaja menerobos wilayah perbatasan secara ilegal adalah salah satu cara kerajaan Hertia untuk mengklaim wilayah hutan Sankta mereka.     

"Apa? Kau sungguh yakin itu terjadi?" tanya Tenerbis, sang Jenderal Iblis yang bertanggung jawab atas wilayah timur dan perbatasan Kekaisaran dengan Hertia. Terkejut dirinya begitu mendengar kabar dari prajurit jika pos yang dibuat Kerajaan Hertia di mulut hutan, kosong tak berisi prajurit yang berjaga.     

Sesuai kesepakatan sebelumnya antara Ink Owl dan Tenerbis dengan Kota paling dekat dengan hutan Sankta jika Ink Owl dan Tenerbis meminta kepada Kerajaan Hertia untuk memberitahu pada petualang yang berada disata agar berhati-hati tidak memanjat tembok perbatasan dan melewatinya karena itu adalah perbuatan ilegal untuk masuk kedalam wilayah Kekaisaran.     

Lalu Kerajaan Hertia menyanggupinya dengan membuat pos disekitar mulut hutan untuk memperingatkan para petualang yang masuk kedalam hutan agar berhati-hati tidak memanjat kecuali dalam keadaan darurat–semisal dikejar monster ataupun hal berbahaya lainnya.     

Tetapi kosongnya pos penjaga di mulut hutan menjadi permasalahan Tenerbis karena itu melanggar kesepakatan.     

"Benar tuan, karena baru saja ada petualang yang memanjat tembok kembali dan dia berkata jika tidak ada penjaga, beberapa hari yang lalu juga saya sempat memeriksa dan memang tidak ada satupun penjaga."     

Tenerbis terdiam sesaat, petualang memanglah bukan milik siapa-siapa, mereka bebas mengelana kemana pun. Tetapi Tenerbis sedikit jengkel karena sudah beberapa kali terjadi hingga kesepakatan itu terjadi antara Kerajaan Hertia dan Kekaisaran perihal masalah petualang.     

"Baiklah, aku mengerti. Tetap awasi para petualang jika ada yang ingin memanjat. Aku yang akan mengurus sisanya."     

"Baik tuan."     

Suara langkah sepatu besi menjauh dari depan pintunya, Tenerbis menghela napas seraya memijat keningnya pelan "Astaga, menjadi hal merepotkan lagi. Mengandalkan manusia memang hal yang salah, sudah menyerahkan penjaga perbatasan sepenuhnya pada kami dengan alasan terlalu banyak monster, sekarang mereka tidak menepati perkataanya," kemudian ia menghela nafasnya lagi dan duduk kembali di meja kerjanya.     

Mengambil secarik kertas yang tertulis laporan di atasnya yang di tulis oleh bawahan Tenerbis, membacanya perlahan meski begitu pikirannya berada di tempat lain. Berita yang di bawa prajurit sebelumnya benar-benar mengganggu dirinya, ia kembali menghela nafas seraya menaruh kertas itu kembali di atas meja dan kemudian Tenerbis menghilang.     

Tenerbis berteleportasi ke sebuah pos utama perbatasan Kekaisaran dan Kerajaan Hertia. Prajurit yang ada di sekitarnya terkejut dan langsung memberi hormat kepadanya dengan mencondongkan tubuh dengan telapak tangan kanan di atas dada kiri mereka.     

Salah seorang penanggung jawab pos disana mendekati Tenerbis dan bertanya "Tuan, anda datang."     

"Ya, aku barusan mendapat laporan jika ada petualang yang memanjat lagi dan pos penjaga di mulut hutan tidak berisi penjaga-penjaga Kerajaan, apa benar?" tanya Tenerbis kepadanya.     

"Benar Tuan, dari saksi petualang dan juga prajurit kami yang kami kirim kesana tidak melihat ada penjaga satupun yang berjaga, nampaknya mereka pergi sejak kemarin lusa."     

Tenerbis memegang dagu seraya menunduk dan berpikir dalam diam. Ia tidak bisa berbuat seenaknya, memberitahu mereka lagi juga membuatnya khawatir jika Kerajaan Hertia akan salah paham. Segala tindakannya sama saja mewakili tindakan Kekaisaran Iblis dan itu pun mempengaruhi hubungan Kekaisaran dan Kerajaan Hertia.     

"Baiklah, untuk saat ini biarkan saja hingga lusa, jika lusa mereka tidak melakukan apa-apa, aku yang akan mengurusnya. Membiarkan perbatasan begitu saja dan menyerahkannya kepada kita, hanya menjaga pos untuk memberitahu petualang, sejujurnya tindakan mereka sedikit mengganggu ku. Jika mereka tidak melakukan apa-apa aku akan membawa masalah ini ke Istana. Saat ini lakukanlah patroli seperti biasanya, berhati-hati agar tidak ada yang menyusup dengan menanjat tebing, beritahu pos lain."     

"Mengerti, Tuan."     

Penjaga melangkah pergi menjauh dari Tenerbis, melaksanakn perintahnya langsung dengan memerintahkan dua prajurit untuk pergi ke pos lain–di utara dan selatan melalui atas tembok.     

"Semoga tidak terjadi hal yang merepotkan," Gumam Tenerbis kemudian ia kembali lagi ke kota-nya.     

\*\*     

Di depan Istana, kereta kuda hitam dengan setiap garis sisi tepi berwarna merah, lambang kebesaran elang berkepala dua berwarna hitam yang melebarkan sayapnya dengan latar belakang perisai warna merah tergambar jelas pada kedua pintu sisi kiri dan kanan kereta kuda. Di kawal oleh pasukan berzirah hitam lengkap dengan helm besi menutupi wajah mereka semua, sekilas seragam mereka mirip dengan apa yang selalu Astaroth kenakan, hanya saja Astaroth zirah besi Astaroth terlihat lebih tebal lalu tambahan plat besi berujung tajam mencuat ke atas di kedua pundaknya.     

Mereka juga salah satu pasukan elit Kekaisaran, pasukan yang tidak berada di garis depan tetapi pasukan itu memiliki tugas khusus untuk melindungi Istana Kekaisaran. Jika membandingkan kedudukan mereka dengan pelayan petarung sebagai sesama kelompok pasukan elite, maka pelayan petarung kedudukannya jauh lebih tinggi dibanding pasukan zirah hitam, karena pelayan petarung berada dalam komando langsung sang Kaisar sedangkan zirah hitam masih berada dalam komando Jenderal Iblis Belial.     

"Baiklah kalau begitu kami berangkat," ucap Void kepada Scintia juga Roxine.     

"Hati-hati dijalan, paduka."     

Scintia membalas, tetapi Roxine hanya terdiam menunduk merasa cemas karena Void pergi darinya. Ia belum terbiasa dengan tempat tinggal barunya, ia menganggap Void adalah alasan satu-satunya ia bisa tinggal disini. Kepergiannya membuatnya merasa tidak pantas jika dirinya yang pernah menyerang Istana Kekaisaran merasakan kenikmatan tempat yang ia serang sebelumnya.     

"Roxine," begitu namanya di panggil, gadis ajin itu mengangkat kepalanya dengan wajah cemasnya terlihat jelas "Aku akan segera kembali dengan cepat, jadi tunggu aku pulang ya," ucap Void seraya tersenyum kepadanya.     

Kegelisahannya tak segera padam, tetapi setidaknya ucapan Void membuatnya merasa sangat nyaman hingga senyuman tipis terlukis di wajah Roxine.     

"Scintia, aku menitipkan Roxine padamu."     

"Percayakan pada saya, paduka."     

Void mengangguk kemudian menyusul Ink Owl yang sudah masuk lebih dulu kedalam Kereta kuda. Kereta bergerak bersama dengan para prajurit zirah hitam yang mendahului mereka.     

Roxine terdiam melihat kereta kuda itu terus menjauh hingga akhirnya keluar gerbang Istana dan tak terlihat lagi dalam pandangannya. Roxine hanya menunduk, hingga sentuhan Scintia menyadarkannya kembali.     

"Tenang saja, paduka akan segera kembali. Ayo masuk," ucap Scintia, kemudian Roxine mengangguk perlahan lalu masuk kedalam Istana bersama dengan Scintia.     

Perjalanan panjang Void dan Ink Owl lalui. Meski tidak sejauh seperti saat berkunjung ke Negeri Elf, negeri persatuan Dwarf hanya memerlukan waktu belasan jam saja. Hal itu karena Ibukota Kekaisaran sedikit berada di utara wilayah Kekaisaran yang membuatnya terlihat cukup dekat dengan Negeri persatuan Dwarf.     

Sepanjang melalui jalanan Ibukota, keberadaan prajurit zirah hitam dan kereta kudanya begitu mencolok hingga penduduk Kota terus menatapi mereka dengan kagum. Kaca kereta itu gelap, tidak ada yang melihat siapa yang berada di dalam. Tetapi mereka tahu jika kereta itu hanya digunakan oleh petinggi Kekaisaran.     

Menyilangkan kakinya, kemudian matanya terpejam, Void menenangkan diri meski tak ada yang membuatnya gundah. Cemas melihat sang Kaisar begitu, Ink Owl bertanya kepadanya.     

"Paduka, apa ada yang mengganggu pikiran anda?"     

"Ah tidak, aku hanya mencari posisi nyaman saja."     

"Ah begitu, maaf mengganggu anda, paduka."     

Setelah itu suasana hening kembali, Ink Owl menoleh kearah jendela meski tingginya membuatnya hanya bisa melihat separuh dari bangunan-bangunan yang mereka lewati. Void masih terdiam, ia berbohong jika tidak ada yang mengganggu pikirannya, ada tetapi tidak mungkin ia membicarakannya dengan Ink Owl.     

Setelah kejadian akhir-akhir ini, Void merasakan kejanggalan antara dunia dari game Aester World dan juga dunia ini yang seharusnya sama meski mengambil latar 20 tahun sebelum perang terjadi. Skill Body Inspect, lalu gadis ajin serigala perak yang seharusnya sudah punah masih ada di dunia ini. Karena dua hal itu Void merasa bila ada yang salah dengan garis cerita yang terjadi pada dunia ini dan "dunia game" yang ia ketahui.     

Apakah karena tindakannya, membuat ia mengubah garis cerita sebenarnya? Sesuatu kemungkinan seperti itu bisa terjadi tetapi ia tidak bisa memastikan apakah itu benar ataukah salah. Suatu hari pernah terlintas dalam pikiran Void 'Bagaimana jika Kaisar sebelumnya di dalam game melakukan hal serupa seperti yang kulakukan saat ini?' Void tak tahu bagaimana kehidupan sang Kaisar 20 tahun yang lalu saat dimulai peperangan, ia tidak tahu kehidupan Kaisar sebenarnya.     

'Jika aku tahu mungkin aku tidak ada disini–.'     

Belum saatnya kau tahu alasan sebenarnya kau ku bawa ke dunia ini.     

'Tidak, kurasa tidak ...'     

Ingatannya menabrak pikirannya begitu saja, membuatnya berhamburan seketika mengacaukan apa yang sedang ia pikirkan. Membuka matanya sedikit, melirik ke arah jendela tepat ketika kereta mereka melewati gerbang Ibukota. Pemandangan bangunan berganti dengan padang rumput yang sangat luas, masih belasan jam lagi ia akan sampai ke wilayah negeri persatuan Dwarf.     

"Ink Owl, beritahu aku bagaimana kota-kota di Negeri itu?" tanya Void kepada Ink Owl tiba-tiba, penasaran dirinya belum pernah kesana.     

"Eh? Bukankah paduka sudah pernah kesana?"     

Meski sang Kaisar sebelumnya sudah pernah mengunjungi Negeri itu "A--ah ... Sudah lama aku tidak kesana, terakhir saat tiadanya pemimpin negeri itu, kan? Sudah lama sejak saat itu pastinya ada yang berubah," beruntungnya ia mengingat perkataan Ratu Elf, Sylvia, jika mereka pernah ke wilayah Dward ketika pempin wilayah Dward tidak ada.     

Ink Owl terdiam cukup lama sambil terus menatap Void yang menjadi gugup karena takut salah bicara, hingga ia menjawab "Oh benar, sudah lama ya. Hmm, sebentar saya ingat," respon Ink Owl memberikan nafas lega untuk Void "Saya tidak begitu memperhatikan sekitar, tapi saya rasa akses jalan antar kota mereka sangat baik. Mereka membuat jalan agar mudah untuk dilalui dengan menyusun batuan yang serupa dengan permukaan rata dengan kerikil-kerikil kecil, paduka."     

"Heeeh, itu menarik."     

'Seperti jalanan di Kekaisaran Roma?' batin Void mengingat sebuah Kekaisaran yang pernah berkuasa di dunianya.     

"Saya pun berpikir demikian paduka," sahut Ink Owl kembali.     

"Apa ada hal lain?" tanya Void lagi kepadanya.     

Percakapan terus berlangsung meski tidak begitu lengkap tentang apa yang ingin Void ketahui soal wilayah Dward itu. Namun kurang lebih Ink Owl menjelaskan jika wilayah Dwarf sangat terkenal dengan tempaan pedang mereka, aksesoris dan juga kerajinan tangan lainnya. Meski dipenuhi dengan orang-orang kerdil tetapi bangunan-bangunan di Negeri itu sama ukurannya seperti bangunan-bangunan pada umumnya di Kekaisaran, meski mereka juga memiliki ciri khas bangunan mereka dendiri yang biasanya bagian depan juga balkon mereka selaku ada tanaman hias, entah itu yang merambat ataupun mereka taruh dalam pot.     

Negeri Dward juga tidak begitu kekurangan dalam perihal pangan ataupun lainnya, mereka memiliki pertanian yang cukup luas di suatu wilayah mereka, sama seperti Kekaisaran yang memiliki wilayah Astaroth sebagai wilayah pertanian nereka.     

Sebuah negeri kecil yang makmur, mungkin itu yang bisa Void katakan setelah mendengar bagaimana pandangan Ink Owl tentang wilayah yang pernah terpecah menjadi tiga di masa lalu.     

Waktu berlalu, sudaj beberapa jam sejak kepergian mereka dan mereka pula sempat beristirahat sejenak di sebuah kota, meski hanya sebentar tetapi Void yang lupa belum menyamar langsung di kelilingi oleh penduduk Kota itu, para prajurit zirah hitam seketika langsung membuat barisan di sekitar Void dengan menjaga jarak untuk menahan penduduk kota yang ingin mengerubunginya.     

Hingga karena tak memungkinkan beristirahat di penginapan biasa, mereka pun beristirahat sejenak di kediaman wali kota disana. Wali kota yang begitu tampak sederhana, ia juga senang karena sang Kaisar mengunjungi kotanya.     

"Paduka, saya sangat senang karena paduka datang ke kota kami," ucap Walikota.     

Void tertawa pelan kemudian membalasnya "Begitu, apakah ada masalah di kota ini?" tanya Void dengan pertanyaan yang membuat walikota itu tampak syok.     

"Eh? Ti--tidak paduka, apa ada sesuatu?" Tanyanya tampak panik.     

Void terdiam sejenak menatapnya keheranan, tanoa disadari kesalahpahaman terjadi begitu saja antara mereka. Walikota itu menganggap jika sang Kaisar tahu ada masalah di kota ini dan bertanya kepadanya seolah-olah ingin memberitahunya tentang masalah itu. Sebenarnya Void hanya basa-basi semata.     

"A--ah! Tidak bukan begitu. Aku hanya bertanya biasa saja, semisal ada masalah atau ada yang ingin anda keluhkan katakan saja atau kirim surat ke Ibukota. Ink Owl mungkin akan mengatasinha, kan?" jelas Void meluruskan kesalahpahaman.     

Ink owl mengangguk "Benar, paduka hanya ingin tahun saja," balas Ink Owl yang juga menyadari kesalahpahaman itu.     

Sang Walikota tertawa canggung setelahnya mendengar kesalahpahamannya sendiri "Begitu, maaf karena kesalahpahaman saya, paduka," ucapnya seraya menundukkan kepala "Tidak ada paduka, tidak ada masalah berarti yang terjadi di kota ini."     

Void menyautinya "Begitu, syukurlah. Sebenarnya kami akan pergi ke wilayah Dward, tetapi kuda-kuda kami sepertinya harus istirahat sebentar, jadi kami singgah sementara, tidak apa kan?"     

"Tentu saja tidak apa, paduka!" ucap walikota terdengar begitu bersemangat, rasa senang Wakikota itu tidak dapat tertahankan hanya karena sang Kaisar datang "Paduka bisa beristirahat kapan pun di kota kami, tidak mungkin saya melarang paduka," lanjutnya lagi.     

Void tercengan sesat mendengarnya berteriak, kemudian tertawa setelahnya. Berbicara dengan penguasa kota lainnya, mendengarnya apa yang walikota itu resahkan dan juga apa saja yang terjadi di kota itu membuat Void bisa merasakan sedikit bagaimana rasanya menjadi seorang pemimpin sebenarnya. Keluh kesah harga pangan, keluhan publik, tingkat kejahatan dalam kota, semua harus mereka lihat untuk menjaga stabilitas kota.     

Setelah beristirahat, mereka pun kembali melakukan perjalanan mereka menuju Negeri Dwarf yang diperkirakan hanya tinggal 3 jam lagi mereka melewati perbatasan. Tanpa sadar Void tertidur dengan begitu nyenyak dalam posisi terduduk, ia terbangun ketika kereta kudanya terhenti. Matanya terbuka dan melihat Ink Owl yang sedang melihat keluar jendela "Owl, ada apa?"     

Ink Owl menolehkan kepalanya begitu mendengar namanya disebut "Oh paduka, anda bangun. Kita sudah sampai di perbatasan, paduka."     

Tidak lama kereta kuda kembali bergerak, mereka melewati gerbang yang cukup besar, ukurannya sama seperti gerbanh Ibukota. Dari jendela kecil belakang kereta kuda, ia melihat 4 Dwarf dengan zirah dan tombak juga diantara mereka ada yang mengenakan pedang, bersama dengan 4 Iblis berzirah ringan dengan tombak di tangan mereka semua. Sangat dekat dan akrab, seakan mereka sudah mengenal cukup lama.     

"Hubungan kita dengan Dwarf cukup baik ya," ucap Void tiba-tiba.     

"Ya ... Itu karena Dwarf adalah sekutu Kekaisaran, paduka," sahur Ink Owl.     

Void menyilangkan tangannya dan memejamkan matanya kembali seraya berbicara "Aku tahu, walau begitu aku sedikit cemas dengan hubungan Dwarf. Karena ya, kau tahu jika Dwarf memiliki pemimpin baru. Terkadang bergantinya pemimpin sebuah negeri juga bisa merubah bagaimana sikap negeri itu."     

"Oh, benar juga," sahut Ink Owl langsung.     

"Karena itu melihat penjaga perbatasan Kekaisaran dan Dwarf sedikit membuat ku tenang, mereka dekat sekali sih," ucap Void lagi.     

Ink Owl membalas seraya menoleh kebelakang "Yah, penjaga perbatasan berganti 2 tahun sekali, jadi pastinya ada ikatan yang terjalin diantara mereka."     

Ikatan yang terjalin dalam dua tahun, Void sedikit meragukan apa yang Ink Owl katakan. Ia pernah mengalami hampir 3 tahun tidak memiliki ikatan apapun dengan orang-orang seumurannya, meski memiliki ikatan akhirnya ikatan yang ia jalani hanyalah kebohongan.     

'Hubungan ku dengan mu juga kurasa bukanlah ikatan miliku. Ini adalah ikatan Kaisar itu dan juga penasihatnya, begitu pun dengan Scintia dan lainnya mungkin hanya ...,' wajah Roxine dalam sekejap terbayang dalam kepalanya, meninggalkan senyuman kecil pada wajahnya.     

"Paduka, ada apa?" Tanya Ink Owl cemas.     

'Ah begitu ...'     

"Tidak, aku hanya memikirkan Roxine, dia belum lama berada di Istana jadi aku sedikit cemas," balas Void.     

Ink Owl tertawa kecil mendengarnya "Anda benar-benar menyukai Nona Roxine ya," ucapnya.     

'Alasan ku merasa lebih nyaman bersama Roxine adalah karena aku bisa menjadi diriku sendiri tanpa harus menjadi Kaisar ... Begitu juga Ivaldi dan juga Retto. Aku menjalin ikatan dengan mereka bukan sebagai Kaisar, tapi hanya teman dan ... Seorang Kakak.'     

\*\*     

Di belakang Istana, taman belakang Istana yang dipenuhi dengan beragam bunga-bunga cantik nan indah, kupu-kupu mengepakkan sayapnya diatas bunga-bunga untuk mengambil sari bunga itu. Namun mereka dalam sekejap langsung terbang kembali begitu seorang ajin melompat hampir menerkam mereka.     

Terus-menerus melompat di atas kebun bunga Istana sambil berusaha meraih sang kupu-kupu yang terbang naik turun seakan menggoda ajin itu untuk menerkamnya.     

Sementara itu sang pelayan tengah duduk di kursi putih seraya meminum teh sambil terus mengamati gadis ajin yang tampak bahagia itu. Scintia sedikit menyungingkan bibirnya, melihat raut wajah Roxine yang terlihat begitu ceria, senyuman lebar tercetak di wajahnya dengan rona merah di wajah.     

"Dia adalah gadis yang menyerang mubdi ruang bawah tanah kan?" tanya Lizzy yang entah sejak kapan sudah berada di samping Scintia seraya ikut mengamati Roxine.     

Tak terkejut, Scintia menganggukkan kepalanya tanpa menghilangkan senyuman tipis "Ya," balas Scintia.     

"Dia gadis yang membuat ku dihukum, tapi sekarang terlihat seperti gadis biasa," ucap Uksia yang berada di sisi lain Scintia, entah sejak kapan juga ia berada disana.     

"Benar, sekarang dia terlihat sangat imut," ucap Mona, muncul disisi Uksia secara tiba-tiba begitu saja.     

Masih tak terkejut sama sekali seakan sudah tahu, Scintia meminum tehnya perlahan dan menaruhnya di tatakan kembali "Itu berbeda, mau bagaimana juga itu kesalahan kalian berdua. Kalian sudah diberi tugas dan kalian gagal," balas Scintia, membuat Uksia tersenyum kecut namun tidak dengan Mona yang terus melihat kearah Roxine seraya tersenyum.     

Lizzy berbicara dengan keras tiba-tiba.     

"Oh ya! Dimana laki-laki itu!? Siapa namanya ... Uh ... Erwad!"     

"Edward," koreksi Scintia.     

"Benar! Edward! Aku tidak melihat saat dia pergi, kemana dia? Seharusnya dia bersama paduka, kan?"     

Lizzy masih menyimpan dendamnya kepada Edward meski tidak ada alasan ia untuk melakukan itu, hanya saja emosinya telah mengendalikan pelayan cilik itu untuk membenci Edwaed. Uksia dan Mona menoleh bingung mendengar nama yang begitu asjng di telinganya.     

"Siapa Edward?" Tanya Mona.     

Mereka berdua tidak ikut saat penyergapan berlangsung, alasannya karena kaki mereka sangat sakit jika digunakan untuk berjalan karena hukuman yang Scintia berikan. Karena hal itu mereka tidak tahu apapun tentang Edward.     

"Ah, dia–."     

"Pengawal pribadi paduka!" potong Lizzy berteriak hingga menutupi suara Scintia.     

Begitu memekakkan telinga Scintia hingga wajahnya menjadi tak enak dipandang. Ia menarih cangkirnya di atas meja lalu berbalik menunjukkan wajah itu kepada Lizzy, gemetar Lizzy langsung setelah melihatnya.     

"Aaaaaaaw! Maafkan aku!"     

Scintia menarik pipinya ke atas hingga Lizzy sedikit terangkat.     

"Jangan berteriak di belakang ku, mengerti?" ucap Scintia terdengar mengancam.     

"Aku mengerti! Awku mengetti! Maawf kawn awku!"     

Kemudian Lizzy terjatuh sambil memegangi sebelah pipinya yang memerah, air mata karena kesakitan hingga keluar dari matanya.     

"Jahat."     

Gadis ajin yang sedang mengejar kupu-kupu teralih perhatiannya kepada mereka yang membuat keributan, ia pun melangkah mendekati mereka dan berdiri terdiam menatapi Roxine yang tengah merintih kesakitan.     

Melihat bayangan Roxine, Lizzy mengangkat kepalanya melihat ke Gadis ajin itu. Mereka saling menatap bingung dalam diam, seakan mengingat posisinya kembali sebagai pasukan elit, Lizzy berdiri seraya menepuk-nepuk bagian bawah pakaian pelayannya. Tinggi mereka hampir sama, Lizzy hanya lebih tinggi beberapa centi dari Roxine. Wajahnya Roxine yang kelihatan khawatir seakan memberi pertanyaan kepada Lizzy, ia tersenyum tipis dan menaruh perlahan tangannya di atas kepala Roxine.     

Takut pada awalnya Roxine dengan tangan itu, namun entah bagaimana ia menerimanya dan Roxine mendapatkan elusan kepala yang lembut dari Lizzy. Terasa halus rambut Roxine ia rasakan, membuatnya bahagia hanya karena menikmati sensasi halusnya rambut gadis ajin itu. Begitupula Roxine yang hanya diam, meski ekspresinya terlihat ketakutan tetapi ekornya yang bergerak terus mengibas kesana-kemari menunjukkan ekspresi sebenarnya.     

"Mereka bahagia?" tanya Scintia     

"Wah, manisnya," sahut Mona, menopang pipi seraya memiringkan sedikit kepalanya dengan senyuman terlukis di wajahnya.     

"Entah bagaimana ikatan mereka terjalin begitu saja, ya," tukas Uksia juga menanggapi dua gadis itu.     

Roxine mendapat tempat tinggal barunya juga teman barunya di Istana Kekaisaran.     

To be continue     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.