Terbaru Lagi X
Terbaru Lagi X
Semua orang segera bangkit dari tempat duduknya saat melihat Egara menancapkan pedang kearah Raja Gael.
Raja Gael mengerang kesakitan, jantungnya berdugup kencang namun dia seketika menjadi sangat lemas.
Beruntung, Egara tidak benar-benar menyerang Raja Timur itu. Egara menyerang bagian pinggang Gael yang berhasil ditangkap dengan spontan olehnya hingga telapak tangannya bercucuran darah.
Egara masih membairkan pedangnya dicengkeram kuat oleh Raja Gael, dia sangat gemas dan ingin menyudahi kesombongan Raja Timur itu, namun dia juga tahu kalau dia tidak akan melakukannya hanya karena masalah pribadi.
"Kau gila, Egara!" teriak Vido yang bergegas menuju arena pertarungan. Pangeran Ren dan Raja Raddone seketika berdiri hendak menarik prajurit Timur itu, namun Raja Wedden terlebihdulu melepaskan sihirnya untuk menahan langkah Vido dengan membekukan tubuh pria itu.
"Pertarungan ini selesai!" teriak Raja Wedden dengan wajah yang memerah. Tatapannya tajam terarah pada Egara yang masih belum berhenti memandangi Raja Gael yang kesakitan.
Pedang itu telah dilepaskan oleh Raja Gael, darah di telapak tangannya mengalir deras dan membuat semua orang merasa ngeri karena itu.
Napas Egara masih ersengal, dia enggan beralih dari tempatnya berdiri hingga Raja Wedden memerintahkan para prajurit untuk memberikan perawatan pada Raja Timur itu dan mengembalikan keadaa Vido seperti semula.
Raja Gael hanya diam, peluhnya membasahi seluruh tubuh dan membuatnya tidak baik-baik saja.
Pangeran Ren menahan senyum puasnya, dia hanya kembali duduk menikmati makanan ringan.
"Apa kau gila?" Raja Wedden menghampiri Egara.
"Hanya luka di telapak tangan. Itu tidak parah," sahut Egara yang tahu arah pembicaraan Raja Wedden.
Raja Wedden menarik napas panjang, dia memijat pelan dahinya lalu memerintahkan Egara untuk segera beristirahat dan membersihkan diri.
Egara meninggalkan arena, tidak seorangpun ia tatap dan hanya fokus pada jalan yang ia lewati. Pedangnya yang masih bersimbah darah ditinggal di arena, masih tergeletak dan mulai disapa debu senja.
*
*
Pertarungan antara Raja Gael dengan Egara itu masih menempel jelas di ingatan Raja Wedden. Bahkan sudah menjelang pagi, Raja Wedden tidak kunjung beristirahat setelah seharian berkegiatan.
Benar kata para rekannya, tidak ada yang salah dengan yang dilakukan oleh Egara karena bertarung antara dua pria adalah hal biasa, terlebih keduanya sudah sekarang memiliki posisi yang sama sebagai Raja yang hanya ingin melatih kekuatan masing-masing.
Hanya saja Raja Wedden masih merasa cukup ngeri jika harus ada darah yang bercucuran sebagai akhirnya.
Raja Wedden kembali mencari Buku SIhir untuk dibaca ulang. Per lembar ia buka dan baca dengan hikmat, namun tidak kunjung ia temukan lembar yang ia inginkan.
"Apakah aku bisa menghilangkan amarah seseorang?" gumamnya.
Wedden menarik napas panjang. "Sial, kenapa aku menjadi khawatir dengan sikap Egara. Padahal sejak awal dia memanglah pribadi yang kasar dan brutal. Seharusnya kejadian seperti tadi tidak mengejutkan untukku," gumamnya dengan sesekali menggelengkan kepalanya.
Beberapa saat kemudian dia teringat dengan jadwal pembangunan Kerajaan Baru yang harus segera dilaksanakan.
Raja Wedden membenarkan posisi duduknya diatas tempat tidur. Kedua kaki disilakan olehnya dengan Buku SIhir terbuka dan suasana ruangan yang sangat sepi.
Dia mencoba untuk fokus, dalam diamnya, Raja Wedden terlihat berkomat kamit mulai melafalkan mantra. Kali ini dia akan melakukan pendekatan dengan alam karena dia akan membangun Kerajaan baru.
Raja Wedden membutuhkan banyak bala bantuan, sehingga dia ingin menyerukan pada alam untuk dapat memberikan padanya bantuan berupa kekuatan maupun tenaga untuk pembangunannya.
Para gnome, tidaklah sulit untuk dimintai bantuan. Para Nimfa juga sudah setuju, Raja Wedden hanya sedang berharap kalau para Nimfa itu menepati janji dan dapat benar-benar melakukan tugasnya dengan baik.
Semakin khusuk Raja Wedden dalam bacaannya, suasana alam di luar berubah tidak keruan. Tidak menjadi cuaca buruk, hanya saja ada perubahan keadaan langit yang terlihat menarik untuk sebagian orang.
Para prajurit yang masih berjaga di luar, terheran-heran dengan peristiwa langit itu. Semula terlihat hujan meteor, namun kemudian semburat cahaya warna warni yang menambah cantiknya kemerlip bintang yang bertaburan. Lalu berikutnya, langit menjadi sangat gelap, namun tidak lama kemudian kembali menjadi cerah dan indah.
Interaksi antara kekuatan Raja Wedden dengan kekuatan alam sedang baik kali ini. Raja Wedden masih terus melakukan ritualnya hingga matahari terbit.
Seluruh negeri Persei telah berhasil ia beri pelindung sihir. Dia juga sempat mengintip kabar untuk negeri lain, hanya saja dia tidak dapat merasakan energi apapun disana.
Semburat putih dan oranye sudah semakin jelas di ufuk timur sebagai tanda hari akan segera berubah menjadi pagi. Raja Wedden masih belum ada keluar kamar untuk melakukan olahraga kecil dan peregangan otot.
Para tamu telah bangun dan sebagian bahkan telah memulai kegiatan mereka untuk persiapan perjalan pulang kembali ke wilayah masing-masing.
Raja Soutra dan Pangeran sedang berbincang di halaman depan sambil melakukan peregangan. Para prajurit telah menyiapkan kuda dan banyak perbekalan. Sementara Diya masih belum terlihat, Pangeran Soutra hanya menduga kalau pengawalnya itu sedang bersama dengan prajurit wanita lainnya.
Kali ini Ren masih akan tinggal di kerajaan Northan, sama dengan putri Leidy yang telah mempertimbangkan tawaran untuk kembali bergabung dengan prajurit wanita kerajaan.
Sementara Raja Gael, dia akan tetap kembali ke wilayah Timur dengan keadaan tangannya yang belum dapat melakukan banyak kegiatan.
Raja Raddone bersiap bersama dengan Famara. Semula ia hendak tinggal untuk belajar ilmu sihir, namun dia merasa suasana diantara Raja Weddend engan Egara sedang tidak begitu baik sehingga membuatnya untuk menunda pelajarannya itu. Lagipula, Raja Raddone akan banyak belajar dari buku peninggalan sang ayah.
Egara pergi ke ruangan Raja Wedden. Dia mengetuknya perlahan, namun sama sekali tidak ada respon. Dia hendak kembali mengetuk, namun kemudian menyentuh permukaan pintu kamar Raja dan merasakan energy yang sangat kuat di dalam sana.
Egara memutuskan untuk tidak mengganggu. Dia tahu Raja sedang dengan dunianya sendiri yang tidak boleh diganggu untuk sementara waktu.
Matahari sudah semakin tinggi, para pelayan bahkan telah menyiapkan makanan untuk apra tamu. Namun Raja masih belum juga keluar. Egara melarang siapapun untuk mengganggu Raja Wedden, dan hanya menyuruh semuanya untuk menunggu.
Egara menjelaskan mengenai energy Raja Wedden pada para tamu, tidak seorangpun yang menjawab atau menentang karena memang sudah seharusnya Raja Wedden memiliki waktunya sendiri.
Setelah semua tamu telah selesai makan, Raja Wedden terlihat keluar dari kamar dan segera menghampiri mereka. Terlihat sangat lelah, kedua mata Raja bahkan menghitam dengan tatapan yang sangat sayu.
Tidak banyak percakapan, para tamu hanya ingin bertemu untuk berpamitan dan kembali ke wilayah masing-masing. Kini semua Raja memiliki tugas masing-masing untuk memperkuat seluruh negeri. Tidak akan ada jadwal untuk pertemuan lagi, hanya saja Raja Wedden akan mengunjungi masing-masing wilayah dalam beberapa periode sekali.
***