BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Hari Baru



Hari Baru

3Matahari sudah mulai tinggi ketika sebagian dari prajurit dari wilayah Barat telah tiba di Selatan. Hanya para prajurit, Raja dan anggota Kerajaan lain masih dalam perjalanan dan diperkirakan akan tiba ketika tengah hari.     

Sangat sesuai dengan jadwal, Egara penasaran kapan mereka mulai melakukan perjalanan hingga tiba di hari yang ditentukan oleh Raja Wedden. Barat dan Selatan memang tidak jauh, namun sehari tidak akan cukup untuk melakukan perjalanan dengan berkuda. Kecuali dengan dibantu oleh sihir Raja Wedden seperti saat pengantaran Putri Leidy dahulu.     

"Sejak kemarin. Raja telah membuka jalan dan memperbaiki seluruh rute yang akan dilewati sehingga perjalanan menjadi lebih lancar dan lebih cepat dari yang sebelumnya," begitu jawaban dari seorang prajurit yang ditanya oleh Egara.     

Kerajaan Northan tidak sibuk, hanya para pelayan yang harus menyiapkan banyak hidangan untuk para tamu.     

Sementara para prajurit hanya melakukan pengamanan serta penyambutan dari pasukan yang akan tiba. Sebagian prajurit Utara juga ikut membantu pengamnan karena mereka telah dulu tiba bersama dnegan Pangeran Utara, sehingga mereka memberikan bentuk kerja sama kepada prajurit Selatan yang telah bersama dengan mereka berlatih beberapa waktu terakhir.     

Egara cukup sibuk, dia juga mulai banyak minum untuk menahan lelahnya. Raja Wedden masih belum keluar dari ruangannya, sementara para pria lain baru saja bangun dan sedang mempersiapkan diri untuk ikut menyambut tamu Raja.     

Berbeda dengan rekan lain yang bersiap, Pangeran Ren justru kembali merebahkan tubuhnya karena masih belum sepenuhnya nyaman. Dia menemani Hatt di ruang perawatan dan membairkan rekan lainnya untuk pergi.     

"Pangeran tidak akan menyambut Raja?" Diya mengunjungi Pangeran untuk mengetahui keadaannya.     

"Mereka tidak akan tiba sepagi ini," sahut Ren masih dengan mata yang terpejam. "Aku akan menemui Ayah nanti. Kau pergilah."     

Diya hanya mengangguk samar dan mematuhi perkataan Pangeran Ren. Diya kembali bersama dengan Corea dan Cane membantu para pelayan untuk menyiapkan ruang pertemuan dan hidangan.     

Walau telah beristirahat cukup, tubuh Hatt masih sangat nyeri bahkan dia belum mampu menggerakan lengan kirinya dengan nyaman. Beberapa kali dia mengumpat lirih karena lupa dengan keadaannya hingga membuatnya bergerak dengan sembarangan.     

Masih sangat bengkak, rupanya bisa dari ular itu sangat mengerikan. Beruntung Hatt segera mendapatkan perawatan yang tepat hingga dia masih dapat diselamatkan.     

"Hey Pangeran!" panggil Hatt pada Ren yang masih terbaring di tempat tidurnya, berjarak cukup jauh dari tempat Hatt.     

Pangeran Ren membuka matanya dan menoleh pada peri lembah itu.     

"Bisakah kau kemari dan membantuku untuk memperbaharui ramuan di lenganku? Tubuhku sangat kaku dan tidak dapat bangun," ujar Hatt dengan ekspresi menyedihkan.     

Pangeran Ren berdecak. Dia sedang tidak ingin diganggu, namun jika dia tidak memberikan bantuan pada Hatt, dia akan terus diganggu karena ocehan pria itu.     

Pangeran Ren turun dari tempat tidurnya menuju tempat tidur Hatt. Namun dia kembali dibuat kesal akrena ramuan yang diminta oleh Hatt masih belum tersedia.     

"Jadi … kau menyuruhku untuk semua ini?" Pangeran Ren mengerutkan dahinya.     

"Aku tidak menyuruh, hanya meminta tolong karena pelayan tak kunjung datang," sahut Hatt dengan polosnya.     

Beruntung Pangeran Ren paham dengan berbagai ramuan berdasarkan pengalamannya selama berburu di hutan juga pengalaman perjalanan panjang saat menadi rekan Raja Wedden dahulu.     

Pangeran Ren mencari stok dedaunan untuk obat, dia lalu menumbuknya dengan sangat baik dengan sedikit campuran air karena daunnya sudah setengah kering. Tanpa banyak basa basi lagi, Ren segera melepas ikatan perban pada lengan Hatt dan membersihkannya.     

Sangat terampil, Hatt bahkan memujinya namun hanya dalam hati. Dia tahu kalau Pangeran Utara itu sangat sensitive dan bisa saja dia akan marah dan tidak lagi membantunya mengobati luka.     

"Argh!" tiba0tiba saja Hatt berteriak nyaring. Dia kesal sekali karena lengannya itu ditekan oleh Ren yang hanya menatapnya tanpa ekspresi.     

"Sial! Itu sakit!" umpat Hatt yang hanya mampu menggerutu.     

"Ah kukira kau adalah pria yang kuat," ujar Ren. "Jika para nimfa itu mengetahui kelemahanmu begini, apakah mereka masih akan menggodamu?" celetuknya lagi.     

"Aku lemah karena memang sedang sakit. Apa kau lupa kalau aku mampu bertarung dengan baik selama ini?" sahut Hatt tidak ingin diremehkan.     

"Aku ingat. Aku juga ingat kalau kaulah yang paling ceroboh diantara semua anggota pasukan."     

Hatt semakin geram. Dia lalu menatap Pangeran Ren lekat dengan napas yang tidak stabil. "Hey aku tidak akan merestuimu untuk mendekati adikku," geram Hatt.     

"Eh? Kenapa kau melibatkan Corea? Dia adalah wanita yang mempesona dengan kekuatan dan kemampuannya. Bukankah sangat wajar jika aku menyukainya?"     

"Tidak."     

Pangeran Ren menatap Hatt. "Lagipula … aku mendekati dia ataupun tidak, itu tidak ada hubungannya denganmu."     

"Aku adalah kakak laki-lakinya. Aku berwenang atas pilihan adikku," uajr Corea.     

Pangeran Ren tertawa samar. "Baiklah, Kakak. Kau memang kakak laki-laki yang baik. Tapi kau harus tahu jika aku menyukai seseorang, aku tidak peduli apapun penghalangnya maka aku akan tetap menyukai dan berusaha untuk mendapatkannya."     

Hatt mendengkus. Baru kali ini dia berbincang banyak dengan pria berambut merah muda itu, dan sungguh sesuatu yang tidak ingin dia lakukan lagi di kemudian hari. Paras cantiknya sangat tidak sesuati dengan sikapnya yang sombong, kasar dan menyebalkan.     

Ketika Pangeran Ren telah selesai dengan bengkak di lengan Hatt. Corea masuk ke ruang perawatan dengan membawa baki berisi ramuan dan buah-buahan yang akan dia berikan pada kakaknya.     

"Wah apakah aku terlambat?" ujar Corea yang mendapati Pangeran Ren berberes setelah mengobati Hatt.     

"Tidak," sahut Pangeran Utara itu seketika.     

"Aku membutuhkan itu juga untuk luka di kakiku. Kau bisa memberikannya padaku saja, Nona." Ren kembali duduk di tempat tidurnya.     

"Jangan! Kau simpan saja untukku siang nanti," sela Hatt kemudian.     

Corea segera mengecek bengkak di lengan kakakknya itu, dia juga memberikan buah apel untuk makan pagi Hatt yang masih belum dapat bangun itu.     

"Ini bagus," puji Corea. "Kurasa Pangeran berbakat dalam banyak hal," imbuhnya lagi.     

Corea kemudian menuju Pangeran Ren yang telah membuka perban pada kakinya sendiri. Luka yang cukup dalam namun tidak lebar. Corea hanya menduga kalau itu disebabkan oleh ranting pohon yang tidak sengaja melukainya yang sedang sibuk bertarung.     

"Jika sakit, katakana saja." Corea memberikan perawatan dengan sangat lembut.     

Pangeran Ren mengangguk. Dia juga sedikit melirik Hatt yang sedang makan buah apel dengan menatap Pangeran Utara itu, dia kesal.     

"Kau tidak ada rencana berkunjung ke Utara?" tanya Pangeran Ren.     

"Tidak. Aku hanya akan melakukan tugas atas perintah dari Raja," jawab Corea.     

"Tapi Raja berasal dari Utara. Kenapa kalian tidak melakukan kunjungan?"     

Corea masih fokus dengan ramuan dan luka Pangeran Ren. "Mungkin nanti, aku akan menanyakannya lagi pada Raja."     

"Emm," Pangeran Ren mengangguk. Dia memandangi wajah Corea dari jarak yang lebih dekat.     

Aneh sekali. Pangeran Ren tidak lagi merasa gugup ataupun antusias ketika dia hanya berjarak beberapa centi dengan peri lembah itu.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.