BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Harta Karun di Kerajaan Kegelapan



Harta Karun di Kerajaan Kegelapan

0Tuk tuk tuk.     

Egara terkejut. Dia sedikit mengangkat kepala untuk melihat di sekitar, memastikan darimana sumber suara langkah kaki itu berasal. Namun dia tidak menemukan siapapun, hanya pria tua yang tadi menyapanya yang masih menatap langit-langit sambil bergumam tidak jelas.     

Egara berpikir dia mulai berhalusinasi. Namun dia kembali kembali mendengar langkah kaki itu ketika ia berbaring. Dia bahkan hingga menempelkan telinga pada lantai tanah untuk memastikan kalau itu bukanlah suara detak jantungnya sendiri.     

Grek!     

Gerendel pintu sel dibuka dengan sangat nyaring.     

Deg deg deg.     

Kali ini Egara mendengar detak jantungnya sendiri.     

Dia sangat ingin mengintip, namun dia tidak ingin berakhir sebagai mayat yang mati sia-sia hanya karena ingin tahu siapa yang datang berkunjung.     

Hening sejenak. Egara menjadi semakin penasaran, namun detak jantungnya tak kunjung mereda dan justru menjadi semakin kencang dan tidak terkendali.     

Terdengar suara kibasan jubah besar tidak jauh dari tempatnya merebahkan tubuh.     

BLAM!     

Kali ini tidak dapat berpura tidak mendengar. Ledakan yang tanpa sebab itu mengejutkan Egara dan membuatnya segera bangkit dan memandang kea rah sumber suara.     

'Sial.' Umpatnya menyesali tindakannya.     

Tepat di hadapannya, berdiri dengan sangat penuh aura mengerikan sesosok pria berjubah hitam bergaris merah dengan ditutupi oleh api biru dengan sebuah pedang besarnya yang berkilau.     

Pandangan Egara tidak terlepas dari sosok itu untuk beberapa saat. Dia hanya menduga-duga apakah pria bertudung api itu adalah Raja Kegelapan yang akan mengambil nyawanya.     

"Para pemuda yang pemberani," ujar pria itu dengan suara lantangnya yang terdengar sangat berat. "Keluarlah kalian dan ikutlah denganku," ucapnya lagi.     

Egara sempat mematung, namun dia kembali tersadar setelah seseorang menepuk bahunya.     

"Kenapa kau terbangun?" tanyanya. Seorang pemuda berambut hitam yang entah dari desa mana.     

Egara memandangi sekitar, hanya dirinya dan beberapa pemuda lainnya yang terbangun. "Kenapa kita terbangun?" tanya Egara balik membuat pemuda lain hanya saling pandang dan menggeleng.     

Sesuatu terjadi diluar dugaan Egara muda. Ternyata dia dan para pemuda lainnya dipilih untuk dijadikan prajurit kegelapan. Rader, putra Raja Kegelapan yang menunjuk mereka secara langsung.     

Tidak membutuhkan pelatihan panjang atau apapun, para pemuda segera dibariskan dan diberikan jubah lalu pakaian perang dan senjata masing-masing.     

Masih dengan kepolosannya yang bingung, para pemuda lalu diberikan secawan air untuk meredakan dahaga yang mereka rasakan selama beberapa jam lalu.     

Semua rekannya meminum banyak, namun tidak dengan Egara. Dia hanya berpura meneguk dan menumpahkan sedikit hingga membasahi ujung bibirnya. Dia lalu mengusapnya dengan telapak tangan seolah dia benar-benar telah meneguknya.     

Hanya dalam hitungan detik, Egara merasakan ada perubahan pada semua pemuda yang bersamanya. Mereka menjadi lebih diam dan hanya menjawab dengan kata 'Siap' ketika Rader memerintah.     

Egara mencoba untuk menyesuaikan, walau sebenarnya dia tidak tahu apakah dia akan baik-baik saja dengan ini.     

Sempat diliriknya cawan berisi air yang masih tergeletak tidak jauh tempatnya, dia sedang menimbang apakah dia meminumnya saja agar sama dengan yang lain. Namun dia kehabisan waktu untuk berpikir karena Rader telah memberikan perintah untuk mereka bertugas menjaga kerajaan serta sebagian lagi untuk penyerangan yang telah direncanakan untuk pencarian musuh besar.     

Egara terpaksa harus menahan hausnya, dia berusaha untuk mencuri kesempatan untuk minum ketika dia melihat jamuan di atas meja tamu di dalam kerajaan.     

Seringkali Nimfa penjaga hutan, lalu Satir dan makhluk lainnya berkunjung dengan tujuan yang tidak diketahui oleh Egara. Seringkali mereka mendapatkan jamuan yang tidak banyak, namun sering kali tidak dihabiskan. Saat itulah Egara beraksi. Akses memasuki wilayah Kerajaan dia manfaatkan sebaik mungkin karena dirinya memang ditugaskan untuk menjaga Raja, lebih tepatnya ruangan Raja karena tidak seorangpun yang dapat bertemu Raja dengan mudah.     

Hari berganti hari. Egara tidak begitu kesulitan untuk menjalankan tugas, karena walau dia menjadi prajurit kegelapan, tugasnya terhitung mudah dan tidak berhadapan langsung dengan peperangan. Hanya sesekali harus melawan sesame prajurit saat sedang berlatih.     

Egara berpatroli mengelilingi Kerajaan. Dia sudah banyak tahu mengenai sejarah Kerajaan yang dulunya kekuasaan Raja peri Rapher Elfkinn ini. Sejenak dia mengagumi kehebatan Raja Kegelapan yang mampu merebut kekuasaan Raja Rapher, namun dia juga sangat penasaran kenapa keturunan sang Raja peri tidak mampu mempertahankan wilayah yang telah berabad-abad diperjuangkan.     

Langkah Egara tertuju pada sebuah dinding besar yang polos. Tidak ada yang menarik, hanya saja dia merasa perlu menyentuh dinding itu.     

Suatu hal yang kembali membuatnya terkejut adalah, ternyata dinding itu merupakan sebuah pintu rahasia yang mengarah ke suatu tempat. Saat disentuh oleh Egara, lebih tepatnya sedikit didorong olehnya, pintu itu terbuka memberikan celah untuk tubuh kurusnya masuk.     

Ruangan lain yang sangat luas. Seperti sebuah kamar rahasia seorang Raja namun terlalu lama tidak terjamah. Rasa ingin tahu Egara muda sangat tinggi, dia terus menjelajah hingga kembali menemukan satu petak batu yang berbeda dari yang lain pada bagian lantai.     

Egara kembali mendorongnya, namun ternyata itu adalah pintu rahasia lagi yang harusnya diangkat. Tanpa pikir panjang Egara masuk ke ruang bawah tanah itu dengan menuruni tangga yang cukup panjang hingga bawah.     

Kembali menemukan sebuah ruangan yang snagt menarik. Seperti perpustakaan, ruang khusus seorang raja yang masih tertata rapi namun berdebu karena terlalu lama diabaikan.     

Ke sana dan kemari, Egara menjelajah tiap sudut ruangan dengan baik. Hingga dia berhenti ketika menemukan banyak keranjang bayi yang ada ruangan kecil yang berbeda.     

Hal itu membuat Egara mengerutkan dahi seketika. Hanya berpikir kenapa di ruangan khusus Raja terdapat banyak keranjang bayi?     

Egara mendekat, namun tidak ada yang istimewa disana. Justru di sisi lain ruangan itu yang menarik perhatiannya. Sebuah buku bersampul coklat dengan kuncian batu rubi yang berkilau bertengger diatas sebuah meja dengan ditemani secarik kertas juga pena dan tinta yang telah kering.     

Langkahnya semakin dekat, dia memberanikan diri untuk menyentuh buku besar nan tebal itu. Belum sempat ia menyentuhnya, dia kembali mendengar suara langkah kaki yang mendekat.     

Seketika jantung Egara berdebar kencang, namun mereda setelah ia dengar langkah itu kembali menjauh.     

Segera saja Egara menghampiri buku besar itu dan membukanya. Semula dia bingung karena tulisan pada buku itu bukan bahasa yang biasa ia gunakan. Namun cap dibawah kalimat pembuka membuatnya tercengang.     

Cap kerajaan Northan. Jelas sekali. Egara segera mengetahui kalau buku itu adalah buku bersejarah, peninggalan masa raja Rapher yang tersisa diantara Kegelapan yang berkuasa.     

Egara mengambil secarik kertas dari tempat yang berbeda, lalu ia juga menggunakan pena untuk menyalin kalimat pembuka pada buku besar itu. Pada setiap goresan penanya, dia merasakan adanya sesuatu yang mengalir dalam tubuhnya. Semangat dan kekuatan, juga rasa ingin tahu yang memuncak.     

Setelah selesai, dia mengembalikan semua pada posisi awal dan bergegas untuk pergi.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.