BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Ritual Pertarungan Berakhir



Ritual Pertarungan Berakhir

0Saat hendak kembali menyerang Raja Wedden, Nimfa itu melihat sesuatu yang berpandar dari saku sang Raja. Mulutnya menganga seolah terpesona dengan keindahan cahaya berlian itu.     

Raja Wedden mengetahui ketertarikan wanita itu terhadap berlian di sakunya. Dia juga tahu kalau itu adalah berlian yang sangat berarti bagi si penjaga hutan.     

"Aku bisa saja mengambalikannya padamu namun kau harus bebaskan Leidy," ujar Raja Wedden.     

"Tidak bisa. Itu adalah peranjian yang berbeda," jawab wanita itu dengan tatapan yang masih tajam.     

Detik berikutnya, wanita itu memaksimalkan kekuatan hingga ia berubah menjadi sosok yang tinggi besar dan hitam. Seperti asap tebal yang tidak dapat disentuh namun bermata merah dan seolah siap untuk menerkam siapapun yang akan dia temui.     

Tanpa aba-aba, makhluk itu segera menyerang Rja Wedden hingga membuat sang Raja Selatan kuwalahan.     

Dengan gesitnya Raa melawan balik dengan senjata uga kekuatan sihirnya.     

Dua energy yang saling bersinggungan sungguh menyebabkan cuaca yang tidak baik. Itulah yang dirasakan oleh semua orang yang ada di sekitar putri Leidy. Egara hendak sekali membantu Raja, namun keselamatan Leidy tidak kalah penting. Dia mencoba untuk memberi pagar pelindung bagi tubuh Leidy dengan kekuatannya.     

Angina kencang kembali bertiup, kali ini lebih mengerikan karena para penjaga hutan juga keluar dari kandang dan berkeliaran mengganggu Egara, Corea dan Cane yang sedang menjaga Leidy.     

Egara, Corea, dan Cane berpegangan semakin erat. Namun rupanya para penjaga hutam mengincar Raja Raddone yang terlupakan oleh Egara untuk mendapat perlindungan.     

Dengan secepat kilat, penjaga hutan merasuk ke tubuh Raja Raddone dan menyerap energy pria itu. Kejang, hingga muntah darah.     

Egara merasa bersalah, dia kebingungan karena tidak mungkin melepas pegangan tangannya dan membiarkan Leidy menjadi sasaran empuk para hantu hitan.     

Cane memandangi sekitar, pandangannya tertuju pada satu cawan air suci yang berada tidak begitu jauh dari tempatnya berdiri. Dia memberi isyarat pada Egara dan Corea untuk bergeser sedikit.     

Hanya bermodal keberanian dan beberapa kali bertarung di hutan, Cane menendang cawan air itu kencang ke arah Raja Raddone.     

Pletak!     

Tepat mengenai bagian kepala dari sang Raja Barat. Semua orang sempat terkejut, namun beruntung air suci itu mampu mengusir hantu hutan dari tubuh Raja Raddone.     

Raddone terjatuh di tanah dengan keadaan yang sangat lemah.     

Angina yang masih bertiup kencang dengan para hantu yang berkeliaran membuat orang-orang terlalu takut untuk mendekat dan memberikan pertolongan.     

BRUK!!     

Semua orang dikejutkan dengan suara nyaring.     

Raja Wedden terpental cukup jauh hingga menabrak meja sesaji ritual lalu terjatuh diatas tanah.     

Dalam keadaan yang cukup mengerikan, Raja Wedden mendapatkan banyak serangan dan luka pada seluruh tubuhnya.     

Bebarengan dengan terpentalnya Raja Wedden, angina kencang mereda dan semua hantu hutan berterbangan kembali ke hutan.     

Keadaan menjadi hening untuk beberapa saat. Segera saja para prajurit menghampiri Raja Raddone dan memberikan pertolongan, sebagian lagi memberikan pertolongan pada Raja Wedden yang keadaannya tidak kalah menyedihkan.     

Egara, Corea, dan Cane masih dengan Leidy. Mereka bertiga tidak dapat mengalihkan pandangan dari Raja Wedden namun mereka juga masih memiliki tanggung jawab di hadapan mereka.     

Mereka tidak lagi bergandengan. Corea dan Cane segera terduduk karena merasa sangat lelah walau hanya terlihat seperti main-main.     

Seorang wanita berpakaian serba putih berlari kecil menghampiri putri Leidy bersama dengan seorang pelayan kerajaan.     

Dia adalah Famara, semua roang mengetahui dia adalah pendamping Raja Raddone. 'Pendamping' yang dalam arti sesuangguhnya, yaitu permaisuri.     

Corea hanya mengalihkan pandangannya, lau dengan dibantu oleh Egara dia berdiri dan ikut mengecek keadaan putri Leidy.     

"Aku akan mengecek keadaan Raja Wedden," ujar Cane.     

Egara dan Corea mengangguk bersamaan.     

Tubuh putri Leidy tidak lagi terlihat pucat, bahkan saat disentuhpun sudah tidak lagi dingin. Egara mengecek denyut nadi pada lengan Leidy. Normal.     

Dia menatap Corea dan mengangguk sebagai isyarat kalau keadaan putri Barat itu baik-baik saja.     

Corea ikut mengangguk pelan, namun terlihat tidak begitu berminat.     

"Prajurit! Tolong bawa tuan Putri ke dalam! Dia harus mendapatkan perawatan khusus." Famara memanggil praurit yang berada di skitar.     

"Ah kalian … aku sangat berterimakasih. Mari masuk, kalian juga membutuhkan perawatan khusus untuk memulihkan tenaga," ujar Famara ramah pada Egara dan Corea.     

Egara melirik Corea sejenak, lalu dia mengangguk dan menggandeng Corea yang masih lemas.     

*     

Seluruh pasukan Kerajaan Selatan yang semula hanya menunggu di gerbang utama kini dipersilahkan untuk masuk dan mendapat jamuan yang layak.     

Namun mereka dikejutkan dengan keadaan Raja mereka yang sebelumnya baik-baik saja menjadi terluka parah.     

"Hey, apa yang terjadi?" Ley maju meminta penjelasan ketika melihat Raja di dalam ruang perawatan.     

"Ini sedikit rumit, tapi Raja Wedden baik-baik saja," ujar seorang prajurit Barat bernama Polane.     

Ley sangat tidak menyukai jawaban itu, sama sekali tidak menjelaskan apapun.     

"Raja kemari untuk menolong putri kalian, tapi kenapa dia menjadi yang terparah?" sahut Raseel yang juga tidak terima.     

"Ah aku meminta maaf karena hal itu, tapi karena memang seperti itulah keadaannya. Tapi kalian juga perlu tahu kalau Raja kami juga terluka parah. Jadi, kukira kalian tidak perlu semarah ini. Kalian nikmati saja dulu hidangan dari Kerajaan dan tunggu kabar hingga Raja boleh kalian kunjungi," sahur Polane lagi. Pria itu lalu sedikit mengangguk dan pamit undur diri.     

Hatt mendengkus kasar. Mereka semakin kesal karena merasa sama sekali tidak berguna dalam peristiwa kali ini.     

Pandangan Hatt tertuju pada Cane yang baru keluar dari ruang perawatan Raja Wedden. Segera saja dia menghampiri peri hutan itu dan menanyakan banyak hal.     

"Bisakah kau beritahu kami apa yang terjadi? Kenapa Raja menjadi seperti itu? Apakah dia meengorbankan diri untuk putri Leidy?" tanya Hatt tanpa jeda.     

Cane mehela napas panjang. "Tenanglah," ucapnya. "Raja selalu melakukan yang terbaik, bukan? Beliau tidak hanya menyelamatkan putri Leidy, namun menyelamatkan kita semua."     

"Jadi … dia dungguh mengorbankan diri?" sambung Ley.     

Cane menggeleng. "Kurasa Raja sudah tahu semua konsekuensinya. Beliau melakukan yang terbaik untuk negeri Persei," ujar Cane. "Kalian beristirahatlah. Raja akan baik-baik saja."     

"Ah kau meremehkan kami?" sahut Raseel. "Kami bahkan tidak melakukan apapun sejak tiba kemari. Lalu tiba-tiba kami dijamu dengan berbagai hidangan sementara Raja terluka parah. Ini sangat tidak adil," imbuhnya dengan nada tinggi.     

Cane tertawa samar. "Ya, lantas apa yang akan kalian lakukan? Pertarungan itu … ah maksudku, ritual itu sudah berakhir. Kita hanya perlu menunggu kabar baik dari semua roang yang terluka," ujarnya.     

"Dimana Egara?" tanya Ley berganti topic.     

"Emmm …." Cane mengedarkan pandangannya ke sekitar. "Disana. Kurasa dia juga membutuhkan perawatan."     

Semua orang segera mengikuti arah pandang Cane. Terlihatlah Egara yang sedang duduk di sebuah bangku di dekat para pelayan yang kesana kemari membawakan berbagai ramuan obat. Tidak sendiri, Egara sedang bersama dengan Corea yang sedang sibuk menempelkan beberapa ramuan untuk bengkak di lengan ketua pasukan Selatan itu.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.