Sebuah Penentuan
Sebuah Penentuan
Raja Gael menoleh dan menatap pria botak itu.
"Kau tidak berani berhadapan dengan kami, 'kan? Makanya kau memerintahkan prajurit untuk turun tangan!" teriak Vernon lagi.
Gael nampak mengerutkan dahinya, lalu dia tertawa samar. "Benar. Aku memang takut dengan kalian. Aku tidak mempunyai nyali," ujarnya.
"Mari bertarung saja! Jika aku kalah, maka kau boleh mengeksekusi mati diriku untuk pertama kali!" Vernon membentak sang Raja. Dahinya berkedut, cidera di kepalanya seolah melarangnya untuk melakukan banyak hal.
"Aku tidak suka bertarung dengan orang yang lemah. Maaf."
Vernon kesal, beberapa pencuri lain saling bergumam. Sebagian juga mengucapkan tantangan pada sang Raja hanya saja tidak nyaring.
"Aku memiliki sebuah penawaran terakhir yang bagus untuk kalian. Tapi itu jika kalian tidak ingin dieksekusi," ucap Raja Gael.
Sang Raja mengedarkan pandangannya, dia sempat bertukar pandang dengan Seredon sejenak.
"Katakan dimana kalian menyimpan semua harta jarahan kalian? Katakana siapa anggota kerajaan yang terlibat!"
Seredon tertarik dengan pertanyaan sang raja. Kalimat 'Anggota Kerajaan' membuatnya sedikit menyunggingkan senyum.
"Apa yang akan kalian lakukan jika kami mengakuinya sekarang?" ujar Seredon membuat semua orang segera menatapnya.
"Aku akan membebaskan kalian. Ah tidak. Aku akan menjadikan kalian tahanan kerajaan dengan menjadikan kalian pekerja. Kurang lebihnya begitu," jawab Raja Gael. "Kau akan mengakatan kebenaran?" tanyanya lagi.
"Tidak mengenai tempat penyimpanan harta karena aku bukan bagian dari mereka. Tapi kurasa aku mengetahui siapa anggota kerajaan yang terlibat," ujar Seredon. Dia masih dengan duduk santainya sambil mengelus Kiming si kucing hitam.
"Hey kau berandal! Diamlah! Kau tidak tahu apapun tentang kami!" sentak salah seorang anak buah Vernon yang memiliki lebam di mata kirinya.
"Kami kehilangan semua harta karena dijarah dengan tidak adil. Kami tidak dibantu oleh anggota kerajaan siapapun. Kami sudah mengatakan ini sejak awal," ujar pria itu lagi.
"Hey, kau masih ingin menutupi semuanya? Jangan bersikap dia akan menyelamatkan nyawa kalian karena telah kalian bela!" ucap Seredon. Dia menatap tajam pria lebam itu.
"Katakan apapun yang kau tahu, bocah!" sentak Raja Gael pada Seredon yang memancing keributan.
Semua orang kembali diam.
"Dia pajurit kepercayaanmu. Logne. Aku yakin dialah orang yang membantu mereka semua. Entah apa yang dijanjikan olehnya sehingga mereka semua berkenan untuk menutupi hal ini."
Raja Gael mengerutkan dahi, tatapannya semakin tajam pada Gael.
"Dia semula adalah perampok ulung, jauh sebelum dia menjadi salah satu dari prajuritmu. Dia adalah pimpinan dari para pecundang di desa. Tetapi aku tidak tahu kenapa dia bisa menjadi prajurit kerajaan pembela kebenaran padahal dia sangat buruk."
Kalimat Seredon sangat aneh terdenagr oleh Raja Gael. Namun kalimat itu membuat sebagian tersangka mehela napas panjang.
"Kau mengatakan kebenaran?" Tanya Raja Gael yang berjalan mendekat.
"Tentu."
"Kenapa selama ini kau diam?"
"Aku menikmati kepolosanmu sebagai Raja yang tidak dapat melihat sikap asli para prajuritmu," sahut Seredon. Ia berhasil membuat Raja Gael tersentak dan kesal.
"Kalau begiu, kau yang pertama akan dieksekusi!"
Ketegangan semakin terasa di ruang tahanan itu. Tidak ada satupun yang dapat menebak isi kepala Raja yang berdri di hadapan mereka saat ini.
"Kalian menemukan kelompok pencuri yang lain?" tanya Logne.
"Pasukan dari sisi tenggara kerajaan berhasil menangkap kelompok baru, Ketua. Masih dalam penyelidikan apakah mereka juga komplotan pasukan Vernon apakah bukan."
"Ada apa? Apa ada yang salah denganku?" Selina mengetahui rasa ingin tahu Vido yang sesekali meliriknya.
"Ah tidak. Maaf, aku hanya masih sangat bersemangat jika mengingat kau adalah seorang penyihir."
"Kenapa? Apakah aku tidak cocok menjadi penyihir?" tanya Selina dengan senyumnya.
"Benar," angguk Vido. "Dalam kepalaku, seorang penyihir itu wanita tua yang mengerikan tetapi kau terlihat sangat muda dan cantik," imbuhnya.
"Begitukah? Kurasa itupun yang ada dalam benakku saat mendengar tentang Raja Gael," sahut Selina ramah.
"Ah benar juga," ucap Vido lirih.
"Kurasa saat ini negeri kita memang sedang dipimpin oleh orang-orang muda, 'kan?"
"Benar, hanya negeri Utara yang masih dipimpin seorang Raja yang tua."
"Kurasa akan segera terganti oleh putra cantiknya itu," sahut Selina.
Vido tertawa lirih dan mengangguk.
Para pasukan keamanan kerajaan masih disibukkan dengan para tamu dari kerajaan lain yang berdatangan juga persiapan eksekusi yang belum siap sepenuhnya.
Raja Gael belum menemui para tamu, dia masih disibukkan dengan persiapannya dan perbincangan dengan Logne.
Raja Gael terpikirkan kalimat dari Seredon mengenai keikutsertaan Logne dalam aksi perampokan di Kerajaan. Namun Raja masih diam dan menyelidiki dengan tenang.
Vido bersama dengan Selina masuj ke ruangan sang Raja yang sedang bersiap untuk keluar. Mereka disambut oleh beberapa penjaga juga pelayan yang ada di ruang Raja.
"Permisi, Raja. Nona Selina telah tiba," ucap Vido menghadap Raja Gael.
Sang Raja berbalik dan segera memindai sosok penyihir cantik di hadapannya dari ujung kaki hingga ujung kepala, lalu mengangguk pelan.
"Kau sudah melakukan sesuatu?" tanya Raja.
"Maaf?" Selina memekakan pendengarannya.
"Cuaca yang kurang baik ini, bisakah kau merekayasanya menjadi cerah?" ujar Raja Gael lagi.
Selina terdiam sejenak.
"Ah kurasa kau harus bertemu dengan Raja Wedden untuk berkolaborasi," gumam Raja Gael.
"Raja, sepanjang perjalanan aku menuju tempat ini. Aku tidak melihat ada kekuarangan suatu hal apapun di Kerajaan. Kau yakin sedang membutuhkanku?" tanya Selina.
Raja Gael menarik napas panjang. Mendadak dia tidak dapat berpikir jelas mengenai jawaban untuk pertanyaan dari wanita penyihir itu.
"Kau ingin aku merekayasa cuaca? Ataukah memperbaiki sesuatu? Atau menghidangkan jamuan untuk para tamu?"
Raja Gael melirik wanita itu. "Kau pikir upacara eksekusi memerlukan jamuan? Apa mereka akan menikmati sebuah pertunjukan kematian?" ucapnya dengan mengerutkan dahi.
"E eh, tidak ada seorangpun yang memberitahuku mengenai upacara eksekusi …," ucap Selina lirih.
Raja Gael mendengkus. Dia melirik Vido.
Baru dia ingat kalau kedatangan Selina memang bukan undangan menghadiri hari eksekusi kelompok perampok. Namun hanya untuk berbincang dengan Raja mengenai kekuatan yang dimilikinya.
"Ah maafkan aku. Kurasa untuk perbincangan harus kita tunda terlebihdulu. Aku akan disibukkan dengan para tahanan juga para tamu yang datang. Tetapi karena kau sudah jauh-jauh datang kemari maka aku meminta bantuan untuk rekayasa cuaca, juga membuat para tahanan tidak ribut menjelang eksekusi. Kau bisa melakukannya?" Raja Gael berdiri dan membenarkan jubah Kerajaan
Raja juga berjalan mendekati Selina yang masih berdiri di dekat pintu bersama Vido.
Selina mengangguk. "Akan kucoba semampuku, Raja." Ia tersenyum dan segera mendekatkan diri pada jendela ruangab Raja untuk melihat seluruh halaman kerajaan dengan cuaca yang kurang begitu menyenangkan.
***