BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Bertemu Dalangnya



Bertemu Dalangnya

2Logne pergi dengan diantar oleh beberapa prajurit berjubah hitam menuju desa. Jam untuk bertamu telah selesai, Logne kembali dengan perasaan serta pikiran yang masih belum tenang.     

Dia teringat secuil memori saat ia dan Nig masih dalam pendidikan yang sama. Berlath dan bertarung dengan pelatih yang sama, juga dengan lingkungan yang sama. Namun Niglah yang mendapat tugas untuk memimpin pasukan perbatasan hutan TImur.     

Logne jelas masih mengingat sosok Nig yang baik baginya. Walau sangat kejam saat bertarung, namun Nig benar-benar setia kawan.     

Logne lalu kembali teringat sosok Dayi yang kini merupakan pengganti Nig. Pria dengan kepribadian yang sangat berbeda dari teman baiknya itu.     

Suaranya yang lebih berat, tatapannya yang sangat tajam juga seringkali terdengar merendahkan rekan yang lain. Membuat Dayi kurang disenangi prajurit lain, namun memang tidak perlu dipertanyakan lagi kemampuannya untuk bertarung. Lencana istimewa dar Raja, adalah hal yang sulit untuk dsaingi oleh siapapun.     

..     

..     

"Itu bukan kalian, 'kan?" ucap Logne tiba-tiba dengan tatapan tajam pada Dayi.     

"Eh? Bisa-bisanya kau menuduh kami?" Dayi mengerutkan dahinya.     

"Tidak menuduh, aku hanya bertanya. Karena hanya kalianlah yang memiliki akses terhadap hutan ini secara keseluruhan."     

Dayi menarik napas panjang, dia lalu tertawa. Tidak menduga kalau pria dihadapannya itu akan mengatakan hal demikian.     

"Bagaimana jika iya?" sahut Mod yang baru saja memasuki ruangan bersama dnegan Wite. "Kami membunuh mereka dan mengambil semua harta rampasan lalu menyerahkannya pada Raja. Apa itu sebuah pelanggaran? Mereka memasuki wilayah kami, sehingga kami memiliki hak untuk itu," imbuh Mod panjang lebar.     

..     

..     

Huhh. Logne mehela napas panjang. Pikirannya masih pada percakapannya bersama dengan Dayi juga beberapa prajurit perbatasan. Dia sedang memikirkan banyak hal, salah satunya dia sedang mencurigai kalau pasukan berjubah hitam sedang merahasiakan sesuatu darinya. Sesautu yang pasti sangat luar biasa.     

..     

..     

Logne menatap Dayi lekat. "Aku tidak menginginkanmu menukar posisi ini padaku."     

"Posisi? Ah Ketua Pasukan Perbatasan dan Ketua Pasukan Kerajaan?" tanya Dayi.     

Logne tidak menjawab, namun hal itu meyakinkan Dayi mengenai pertanyaannya.     

"Kau tahu, Kawan. Aku memang tidak menginginkan posisi ini sebelumnya, tapi kau uga tahu kalau tidak ada seorangpun yang dapat menolak permintaan Raja. Aku hanya sedang menjalankan tugas dengan baik. Percayalah, aku tidak ingin bertukar dengan posisi apapun karena tanggungjawabku belum selesai." Dayi menjelaskan.     

..     

..     

Huhh.     

Kembali dengan helaan napas panjangnya. "Apakah kalimatnya dapat dipercaya?" gumam Logne.     

"TIdak melakukan apapun kepada para buronan, juga tidak pernah berharap ingin berganti posisi? Kukira dua hal itu justru yang paling jelas terlihat di wajahnya," gumamnya lagi.     

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, pasukan berjubah hitam lalu membiarkan Logne kembali setelah bertemu dengan Prajurit Timur yang setia untuk menunggu.     

***     

Benar. Raja memang pernah menyebutkan kalau mereka tidak perlu berteman terlalu dekat dengan seseorang, karena itu bisa saja akan menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.     

Logne mengangguk samar. "Kalian lanjutkan pencarian anggota pkelompok pencuri yang masih belum tertangkap. Ketua mereka, pria botak itu, harus segera mendapat perawatan agar dapat dimintai keterangan."     

"Kau ingin berada diarah yang berbeda?" tanya seorang prajurit pada Logne.     

"Iya. Kurasa aku meninggalkan belati di dalam gua."     

"Kalau begitu aku akan menemanimu, Ketua."     

"Tidak perlu. Kau lakukan saja apa yang kuperintahkan! Katakan saja apa adanya pada Raja jika beliau bertanya. Mengerti?" Logne menatap satu per satu prajuritnya.     

Mereka lalu berpisah di titik itu. Melanjutkan perjalanan juga melanjutkan untuk menyelesaikan tugas.     

Logne menunggangi kudanya lebih cepat dari semula. Dia ingin bergegas tiba di gua yang sudah dia tinggalkan cukup jauh.     

Hutan wilayah pengawasan prajurit hutan perbatasan ini sangatlah sunyi. Bahkan anginpun tidak begitu menyejukkan, hanya beberapa suara burung hutan yang terdengar nyaring saling bersahutan.     

Ia segera menegelilingi gua tempat ia menemukan sosok Vernon yang tidak sadarkan diri. Ia lalu mencoba untuk mengikuti jejak darah yang terdapat di depan pintu.     

Cukup susah karena ketika terkena rerumputan, warna darah ekring itu berbaur dan sulit dibedakan diantara getah pohon yang memiliki tekstur sama.     

Logne memenuhi hasratnya yang ingin mengetahui tentang semuanya. Dia lalu mengikat kida di dekat gua dan melanjutkan perjalanannya hanya dengan berjalan kaki.     

Semakin masuk ke dalam hutan, Logne menggenggam erat pedangnya yang siap menebas apapun yang mengganggu langkahnya.     

Langkahnya terhenti saat pandangannya menangkap sesuatu yang menarik perhatiannya di bawah sebuah pohon besar. Terlihat seperti seseorang, namun Logne tidak memiliki jawaban atas rasa pensarannya itu.     

Dia mendekat dengan berhati-hati.     

"Sial! Siapa pelakunya!" ujarnya segera setelah melihat ada sedikitnya lima mayat pemuda yang saling tersusuhn saling berdekatan satu sama lain.     

Tidak ada bau, namun Logne dibingungkan dengan tidak adanya luka di tubuh mereka. Hanya pucat dan terbujur kaku.     

Logne mencoba untuk mengecek bagian punggung semua mayat itu, dan benar saja dia menemukan lingksran hitam yang menandakan kalau mereka adalah anggota kelompok pencuri.     

Logne menarik napas panjang. Ia masih memperhatikan semua mayat tak bersenjata itu. Diamatinya dengan seksama namun benar-benar tidak ada petunjuk atau apapun yang masuk akal bagi Logne, yang dapat menyebabkan mereka mati secara bersamaan seperti ini.     

Tiba-tiba saja ia teringat dengan kalimat Mod yang tidak begitu jelas sebelumnya. Mengenai oemuda desa yang mencari rotan yang tersesat.     

"Mungkinkah mereka (Dayi dan Mod) menutupi sesuatu dariku?" gumamnya yang kendadak curiga dengan pasukan berjubah hitam.     

"Ah … mereka menghabisi semuanya lalu merampas kembali barang-barang curian itu?" Logne kembali disibukkan dengan pikirannya.     

Logne lalu kembali melanjutkan langkahnya. Dia tertuju pada area perkemahan pasukan hutan eprbatasan kali ini. Cukup jauh, namun dia sama sekali tidak mempedulikan hal itu. Dia hanya ingin segera membereskan semua masalah, juga semua rasa penasarannya.     

Sementara itu, Dayi dan Mod yang telah kembali ke perkemahannya segera meminsahkan dua pemuda desa di sebuah ruangan tahanan setelah sebelumnya diperlakukan dengan baik.     

Guide dan Frag tidak memberontak, keduanya sedang berpikir untuk kabur, namun merasa belum cukup tenaga untuk melawan pasukan bersenjata yang sangat ahli berperang.     

Dayi juga masih menunggu laporan dari ladukan yang memencar di bagian wilayah hang berbeda. Tujuan utamanya adalah mengejar ketu kelompok pencuri, namun rupanya itu lebih mudah dari yang dibayangkan sehingga Dayi mengharapkan adanya kejutan atau sesuatu yang lain dari para prajuritnya.     

Dayi menyusun dengan rapi semua barang yang semula ada di dalam buntelan milik dua pemuda desa itu.     

Lalu Dayi membandingkan dua belati yang sana persis itu. Dia telah memerintahkan Mod dan wite untuk menanyai Guide dan Frag mengenai senjata kecil itu. Karena hmitu adalah satu-satunya benda tajam yang bukan milik Raja yang mereka miliki.     

"Bisakah kalian berkata jujur saja? Aku sudah cukup lama tidak menghajar seseorang, aku khawatir tidak akan memberi ampun jika harus melakukan kekerasan pada kalian." Kali ini Mod dan Wite memberi tekanan.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.