BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Raja Gael dan Pencuri



Raja Gael dan Pencuri

2Raja Gael dengan didampingi oleh seorang prajurit menuju penjara untuk mengunjungi pemuda yang menjadi tersangka pencurian jubah.     

Dayi sempat memperingatkan rekannya yang mendampingi Raja untuk selalu sigap, karena Raja Gael memiki emosi yang tidak terkendali. Dia khawatir kalau-kalau sang Raja akan melakukan hal yang membahayan untuk si pemuda juga untuk dirinya sendiri.     

      

Di sebuah lorong yang sepi, sebuah ruas kamar berjeruji di bagian ujung ruangan menjadi satu-satunya ruangan yang terisi.     

Raja Gael tidak suka menyimpan penjahat, jika memang kesalahannya fatal, Raja tampan nan murah senyum iyu akan segera melenyapkannya. Namun kali ini tidak. Pemuda itu masih dibiarkannya hidup karena banyak pertimbangan.     

Pemuda dengan rambut panjang itu duduk meringkuk di sudut ruangan, tanpa alas, hanya memiliki secarik kain yang ia gunakan untuk selimut ketika malam.     

Masih ada piring juga gelas yang telah kosong, semula Raja mengira kalau pemuda itu telah memakan semuanya, namun wajahnya segera muram saat ia menyadari ada makhluk lain di sana yang justru menghabiskan makanan dari tahanan ini.     

      

Seekor kucing hitam dengan mata merah terang menyala mengerang karena kedatangan rombongan Raja. Kucing itu menunjukkan sikap yang tidak suka dan siap untuk menyerang jika dia mendapatkan serangan.     

Hal itu membuat si pemuda menoleh padanya, lalu segera memandangi sosok Raja yang masih berdiri tepat didepan jeruji di hadapannya.     

Pemuda itu acuh, dia bahkan kembali meringkuk dan memejamkan matanya tanpa memberikan respon apapun pada Raja.     

      

"Siapa namamu, bocah?" ucap Raja yang suaranya menggema ke seluruh ruangan.     

"Seredon," jawab pemuda itu tanpa mengakat wajahnya.     

      

Raja dan prajurit yang mendampingi segera mengerutkan dahi. Seorang prajurit bahkan telah siap untuk menarik pedangnya.     

"Hah … apa kalian terkejut?" ucap pemuda itu lagi. "Kalian sedang berhadapan dengan hantu," imbuhnya.     

"Hentikan omong kosong ini! Angkat wajahmu dan sebutkan namamu!" perintah Raja yang merasa dipermainkan.     

Pemuda itu tertawa irih, lalu dia mengangkat wajahnya membiarkan Raja memandangi paras yang masih lebam dengan sedikit tertutup rambut bagian depannya.     

Raja mengernyitkan dahi, sialnya adalah Raja tidak mengenali sosok Seredon yag sesungguhnya, hanya mendengar dari laporan para prajurit dan melihat petinya saat dimakamkan.     

      

"Aku bukan pencuri, Tuan. Kau tidak perlu memberiku hukuman seperti ini. Apa kau kurang puas dengan membunuh Seredon yang lain?" suara pemuda itu lirih, namun tidak terdengar sedang ketakutan.     

Kucing hitam disamping pemuda itu naik ke pangkuan pemuda itu hingga dia mengubah posisi duduknya.     

"Kau tidak boleh menghukum ataupun membunuhku, Tuan. Karena jika hal itu sampai terjadi, kau akan kehilangan banyak hal dan menyesalinya seumur hidupmu." Pemuda itu terus mengoceh tentang hal yang tidak disukai oleh Raja.     

"Kau tahu jubah itu bukan yang jubah asli, 'kan? Hanya replica yang kugunakan untuk aktivitas sehari-hari," ujar Raja.     

Pemuda itu diam. Dia mengelus pelan kucing hitam yang bermanja padanya.     

"Apa tujuan utamamu kemari?" Tanya Raja Gael lagi.     

"Aku justru hendak menukarnya dengan yang asli," sahut pemuda itu. "Aku ingin menjualnya agar mendapat uang yang akan kugunakan untuk keseharian keluargaku."     

"Kau tahu itu palsu dan tidak berharga, kenapa kau tetap menahanku dan memberikan hukuman?" tanyanya pada sang Raja.     

 "Kau orang asing. Tidak ada seorangpun yang dapat masuk ke Kerajaan selain mereka yang mendapatkan hak akses," sahut prajurit pendamping Raja yang rupanya menyimak dan mulai kesal pada pemuda itu.     

"Aah begitu rupanya. Tapi … sebenarnya aku bukan orang asing. Setidaknya tidak terlalu asing untuk kalian, hanya saja mungkin kalian yang tidak mengenaliku."     

Raja Gael sedikit memiringkan kepalanya, mencoba untuk mencerna kalimat pemuda itu.     

Belum sempat menyimak lebih banyak, Raja Gael mendapat panggilan dari Logne yang menyusulnya ke ruang penjara.     

      

"Permisi, Tuan." Logne segera berbisik. Ada suatu hal yang harus ia sampaikan dan tidak boleh diketahui oleh orang lain.     

Raja Gael diam sejenak, lalu dia segera keluar dan meninggalkan ruang penjara dengan sebelumnya dia sempat menatap pemuda yang masih mengelus kucing hitam itu.     

Pemuda itu memandangi semua orang dalam diam, hanya menyimak dan memperhatikan. Sama sekali tdak berniat untuk ikut campur.     

      

"Hey, kau!" sentak Logne membuyarkan pikiran pemuda itu yang sedang kosong.     

"Bersikap baiklah jika tidak ingin mendapat hukuman dari Raja. Apa kau mengerti?" ujar Logne.     

Pemuda itu menatap lekat Logne, lalu samar ia tertawa. Dia mengabaikan prajurit kepercayaan sang Raja dan kembali fokus dengan kucing di pangkuannya.     

"Semua teman-teman pencurimu akan segera tertangkap dan kalian akan mendapatkan hukuman secara bersamaan," sambung Logne masih dengan penekanan pada kalimatnya.     

Dia lalu pergi meninggalkan pemuda itu bersama dengan si kucing hitam.     

"Hey, Prajurit! Perintahkan penjaga untuk memberiku dua porsi makan siang!" teriak pemuda dalam jeruji.     

Suara nyaringnya itu membuat Logne berhenti melangkah sejenak lalu kembali melanjutkannya dan pergi.     

Pemuda itu menggumamkan sebuah lagu rakyat Timur. Dengan menyandarkan tubuh pada dinding yang dingin, ia masih memanjakan kucing hitam yang ia berikan selimut.     

      

"Huhh apa kau tahu, Ming. Aku sangat ketakutan. Saat melihat pria itu (Dayi) aku merasa hidupku akan berakhir. Namun setelah melihat si sialan Logne, aku merasa aku akan menemukan hidupku kembali," ucapnya lirih.     

Kucing hitam menatap tuannya dengan sedikit menggerakkan telinga.     

"Sebenarnya … aku tidak menginginkan hal lain selain uang. Aku ingin menjual jubah itu, tapi itu bukanlah kain wol dan sutera asli, hanya bahan lain yang dibuat sama. Aku ingin menukarnya dengan yang asli, tapi aku bernasib sial."     

"Meow …," si Kiming, kucing hitam yang sedari tadi di pangkuan pemuda itu merespon seolah menyimak kisah tuannya.     

"Aku bodoh, 'kan? Memang." Suara pemuda itu semakin lirih.     

"Meouw."     

"Seandainya kau bisa membantuku kabur dari tempat ini. Aku ingin pergi ke Selatan untuk menemui Raja yang telah merawat adik laki-lakiku."     

"Meow."     

"Ah kau ini. Apa kau sungguh menyimakku?" pemuda itu memggenggam gemas wajah bulat kucing hitam itu.     

      

Dreg!     

Suara pintu depan terbuka dengan kasar. Pemuda yang mengaku sebagai Seredon itu diam dan menatap kearah sosok pria yang datang mendekat. Suara langkah kakinya menggema sama seperti langkah kaki Raja Gael.     

"Apakah perutmu memiliki dua tingkatan? Kukira kami baru memberimu makan satu jam lalu," ujar seorang orajurit yang merangkap sebagai penjaga penjara.     

Dia segera meletakkan baki yang berisi dua porsi makanan itu lalu mengambil baki yang kosong.     

Pemuda pencuri itu tidak mengucapkan apapun, hanya mengambil makanan dan segera melahapnya.     

"Hey, kau jangan bersikap seolah kami tidak pernah memberimu makanan," ujar prajurit itu lagi. Seredon itu masih diam.     

Kucing hitam kemudian tiba-tiba menyerang prajurit dan mengejutkannya. Kucing itu mencengkeram lengan prajurit seraya terus mengerang marah.     

      

"Aaaa lepaskan! Kucing sialan!" prajurit memukul kepala kucing hitam dengan baki kosong. Lalu ia keluar dan membawa makhluk berbulu itu.     

"Hey, lepaskan! Biarkan dia menemaniku disini!" sentak si pemuda yang membuat prajurit itu segera melepas kembali kucing hitam itu.     

      

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.