Wedden di Barisan Depan
Wedden di Barisan Depan
Arkenstone dan Peri lembah bersaudara tengah menyiapkan senjata masing-masing.
Baju jazirah melindungi tubuh seluruh pasukan lengkap dengan helm yang tidak akan membuat mereka cidera.
Pangeran Barat memimpin pasukannya. Pria yang sedikit sombong itu memisahkan barisan dari para pria Utara, namun mereka berkenan untuk dipimpin oleh Ley yang diberi kepercayaan sebagai titik tengah.
Rstusan ribu prajurit berkumpul, bersiap untuk menyerang, mengalahkan, dan merebut kembali tanah yang harus didamaikan.
Corea dan Leidy berada di barisan tengah. Mereka didampingi oleh pasukan Nig, juga pasukan Diya dan pasukan peri lain.
Jika dilihat dari jumlah pasukan, seharusnya pasukan manusia dan peri tidak kalah jumlah. Namun jika mengingat Kimanh memiliki sihir kuat, mereka masih tetap mengharapkan keajaiban terhadap Keturunan Terakhir Sang Raja Elf.
Telah tiba di Selatan, seluruh pasukan manusia dan peri disambut oleh barisan pasukan kegelapan yang wujudnya beragam.
Para gnome berada di barisan depan, kecil namun mereka juga sulit dikalahkan.
Banyak makhluk mengerikan dengan senjata rantai raksasa juga kapak besar berada di lapisan barisan berikutnya. Sebagian dari mereka menunggangi kucing sihir yang telah siap menyemburkan api kapanpun.
Ren memekakan pendengarannya, dia mendengar samar suara di dalam tanah. Hal itu membuatnya untuk selalu waspada, mengingat Kimanh juga tengah mengaktifkan gunung api dengan lahar yang sudah pasti akan melenyapkan apapun yang dilewatinya.
Grrrrr!
Terdengar sangat nyaring. Seperti erangan makhluk besar yang menggetarkan tanah.
Grrrrr!
Kembali terdengar hingga membuat sebagian pasukan manusia melangkah mundur karena terkejut.
Karena hal ini, Ley mengambil sikap. Dia segera mengangkat tangan seraya mengacungkan pedang.
"Demi perdamaian negeri Persei! Lenyapkan kegelapan! Kita harus menghadihkan kemenangan untuk diri kita sendiri!" teriak Ley nyaring segera disambut riuh oleh pasukan lainnya.
Hatt dan Raseel sesekali masih menoleh kebelakang, berharap Pria yang dibantu perjuangannya segera tiba membawa keajaiban.
"Kau mengkhawatirkannya (Wedden)?" tanya Hatt pada saudaranya.
"Hanya berharap kegelapan tidak melenyapkannya," sahut Raseel.
"Bagaimana jika …" Hatt belum selesai bicara, namun Raseel telah memberinya isyarat untuk berhenti melanjutkan kata-katanya.
"Aku percaya dia sungguh Pewaris Raja Elf. Maka pasti akan ada keajaiban untuk dirinya." Raseel kembali fokus dengan pandangan ke depan.
Ratusan ribu musuh dengan berbagai wujud dan diaelimuti kegelapan siap untuk berperang.
Saat Ren mencengkeram pedangnya, dia siap untuk benar-benar berperang kali ini. Dia memiliki janji pada sang ayah, selain itu dia juga merasa buruk jika tidak menuntaskan tigasnya untuk membantu Wedden.
Namun pendengarannya menangkap sebuah suara yang tidak biasa.
Rupanya itu adalah kemunculan Rader bersama dengan dua pria yang beberapa hari ini menghilang.
Tanpa basa basi lagi, Ren segera menghampiri Wedden yang dalam keadaan tidak sepenuhnya baik-baik saja. Wajahnya terluka, begitupun dengan Seredon yang tidak dapat bergerak dengan sempurna.
Belum sempat menyentuh Wedden, Ren dikejutkan dengan perubahan sikap pria keriting itu.
Wedden dengan percaya dirinya berdiri di barisan paling depan dan tanpa senjata.
Sementara itu Rader harua kembali menghilang. Kali ini dia berada disisi sang ayah yang siap untuk melenyapkan pasukan manusia dan peri.
"Kita menyerang sesuai dengan strategi yang diatur. Biarkan aku membantu dengan kekuatanki," ujar Wedden pada Ley dan Ren.
Raddone yang mendengar hal itu segera mendekat.
"Apa kau sudah menemukan kekuatanmu? Atau hanya berpura berani?" celetuk raja Barat itu.
Wedden melirik Raddone. "Aku hanya membutuhkan diriku untuk menyelesaikan pertarungan ini."
Ren mengerutkan dahi, ia dan Ley saling pandang tidak mengerti dwngan maksud dari Wedden.
Raddone berdecak, jelas sekali dia tidak menyukai Wedden namun dia jiga menginginkan perdamaian Negeri tanpa kegelapan.
"Pakailah ini. Setidaknya kau siap menyerang dan berada di sisi kami." Raseel menyerahkan pedangnya pada Wedden.
"Apapun yang terjadi, aku telah bersumpah untuk membawa kemenangan hari ini. Aku percaya padamu, Kawan." Raseel menepuk pelan bahu Wedden.
Pria keriting yang dipenuhi luka itu mengangguk mantap.
Ren menarik napas panjang. Lalu ikut menepuk pelan bahu Wedden. "Kau adalah Rajanya," ucapnya dengan jelas.
Hal itu membuat Wedden sedikit tersentuh. Selama ini Ren selalu bersikap kasar namun kali ini dia mendapatkan kembali dukungan dari pangeran cantik itu.
Seorang prajurit barisan belakang berlari kearah Wedden dan Seredon, ia menyerahkan baju perang pada keduanya.
Seredon mengenakan baju besi itu dengan dibantu oleh Nig. Pria penjaga wilayah Timur itu untuk pertama kalinya tersenyum pada Ser dan menepuk pelan tubuh bocah itu.
Seredon membalas senyum Nig dengan kaku, rasanya aneh sekali namun dia juga senang karena pria berambut panjang itu tidak lagi menatapnya dengan kebencian.
Sementara Wedden dibantu oleh Ley. Pria berambut marron itu mengomel karena mwnghilangnya Wedden di waktu penyusunan strategi perang. Namun dia juga merasa bangga dan berharap besar pada Pewaris Raja Elf itu.
"Apapun yang terjadi, aku akan selalu berada di pihakmu. Walau kau tidak memiliki kekuatan sekalipun, kami semua adalah kekuatanmu." Ley menatap Wedden lekat.
Namun tanpa aba-aba, dia lalu berlutut dan mengepalkan tangan beserta senjatanya di hadapan Wedden.
"Kami akan melindungimu, Rapherson!" ucapnya nyaring.
Wedden merasa gugup, terlebih saat seluruh pasukannya melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh Ley.
Raddone bahkan yang semula enggan, dia berkenan berlutut dan berjanji akan melindungi Negeri Persei dan memenangkan pertarungan juga mendukung Wedden sebagai Keturunan Raja Elf.
"Hidup Rapherson! Hidup Persei! Musnahkan kegelapan!"
Teriak Ley lantang yang segera diikuti oleh pasukan hingga suaranya menggelegar membuat Wedden merinding.
Merasa semakin berat tangfung jawabnya, namun Wedden semakin yakin pada dirinya sendiri karena dukungan dari para pasukannya.
Suara erangan dan auman nyaring terdengar dari pasukan seberang. Prajurit kegelapan sudah tidak ingin berlama-lama lagi.
Awan hitam telah menyelimuti seluruh langit dan mulai menjatuhkan butiran hujan sihir. Suara lengkingan kucing api sangat nyaring hingga memekakan telinga diiringi dengan suara langkah makhluk mengerikan dengan senjata yang sangat besar.
Wedden mencoba untuk berinteraksi dengan alam. Berbenturan dengan kekuatan sihir Kimanh, Wedden mengendalikaj angin yang datang juga air yang berjatuhan dan mengubah arahnya hanya pada pasukan lawan.
"SERAANG!"
Ley memimpin barisan semua pasukan bergerak maju dengan senjata masing-masing .
Dentingan antar senjata, teriakan lawan yang terluka, langkah pasukan kuda serta ledakan dari tembakan api dari kerajaan Kimanh menyebar di segala arah.
Tidak ada seorangpun yang nampak senang, gemetar sekaligus berani itulah yang membuat bocah seperti Tao bahkan memposisikan diri untuk dapat menang.
Wedden menyerang dengan angin, begitupun para peri lembah, namun mereka tetap menggunakan pedang untuk menyingkirkan musuh di hadapan mereka.
***