Cowok Hamil

Spesial Chap {Terimakasih Takdir}



Spesial Chap {Terimakasih Takdir}

1Jamal berdiri sambil menyandarkan lengannya pada kusen pintu kamar mandi. Cowok itu melipat kedua tangannya di perut sambil menatap penasaran pada alat tes kehamilan yang sedang dimasukan ke dalam mangkuk kecil, berisi air kencing Rio.     

Setelah memasukkan alat tes kehamilan ke dalam mangkuk kecil yang berisi urine atau air kencingnya, dengan tangan gemetaran Rio mengangkat kembali tes kehamilan tersebut. Jantungnya berdebar kencang saat sedang menunggu hasil tesnya bekerja.     

"Gimana? Lu beneran hamil kan?" Tanya Jamal antusias. Cowok sudah tidak sabar ingin segera mengetahui hasilnya.     

Rio mendengkus. "Lu berharap banget, gue hamil."     

Jamal tersenyum nyengir. "Biar banyak anak, katanya banyak rejeki," ucapnya santai tanpa beban sedikitpun di wajahnya.     

"Lu mah enak, lha gue." Rio menatap kesal kepada Jamal.     

Lagi-lagi Jamal hanya tersenyum nyengir. "Udah buruan, liat hasilnya."     

Menarik napas dalam-dalam kemudian Rio hembuskan secara perlahan. Jantungnya berdebar kencang saat melihat alat itu sedang bekerja-- baru saja membentuk satu garis. Beberapa detik kemudian sedikit demi sedikit, akhirnya tes kehamilan tersebut menunjukkan hasil kerjanya.     

"WHAAAAT?!!"     

Rio tersentak kaget. Cowok itu menutup mulutnya yang sedang terbuka. Bola matanya melebar saat melihat ada dua garis biru tercetak dengan jelas pada alat tes kehamilan tersebut.     

Kata dokter Mirna jika tes itu menunjukkan dua garis biru yang sangatjelas. Artinya Rio benar-benar hamil lagi.     

Kening Jamal berkerut, menatap wajah terkejut Rio. "Giman hasilnya? Bikin penasaran aja."     

Merasa tidak sabar, kemudian Jamal merampas paksa tes kehamilan dari tangan Rio. Laki-laki itu terdiam sambil mengamati alat tes kehamilan yang sudah berada di genggamannya.     

Bola mata Jamal melebar, senyumnya mengembang saat ia menyadari ada dua garis biru tercetak dengan jelas pada alat tes kehamilan tersebut.     

Jamal tersenyum bahagia. "Jadi lu hamil lagi?" girang cowok itu seolah tidak percaya.     

Jamal menjatuhkan alat tes kehamilan tersebut ke lantai. Ia buru-buru meraih bahu Rio, menariknya kuat lantas mendekapnya erat.     

"Lu hamil." Ucap Jamal. Cowok itu menghujani ciuman sayang pada puncak kepala Rio, sebagai bentuk ungkap kalau ia merasa sangat bahagia.     

Jemari Rio mengepal, lantas memukul pelan punggung cowok yang tengah memeluknya. "Tapi gue takut," aku Rio sambil menyandarkan kepalanya di dada bidang milik Jamal. Rasanya sangat nyaman.     

"Kenapa takut, kan ada gue bapaknya. Malah gue pinginnya punya anak sebelas. Biar bisa bikin team kesebelasan-"     

"Adaaaau!!"     

Jamal berteriak, mengaduh kesakitan lantaran Rio menginjak kuat telapak kakinya kuat.     

"Dasar bego! Kalo gue hamil lagi, gue nggak akan bisa sekolah lagi. Gue pengen belajar, gua juga pingin sukses!" Omel Rio menenggelamkan wajahnya di dada Jamal.     

Jamal menghela napas panjang. Menggunkan telapak tangan, dengan lembut cowok itu mengusap-usap puncak kepala Rio. "Lu itu udah sukses kok. Sukses bikin gue jadi pinter, sukses bikin gue jadi sayang banget sama elu. Lu di rumah aja jagain anak-anak kita, biar gue yang nafkain. Kan gue kepala keluarga."     

Pernyataan Jamal membuat bola mata Rio berbinar. Cowok itu benar-benar sangat terharu mendengarnya. Jadi jangan salahkan Rio jika ia harus mempererat pelukannya di tubuh kokoh Jamal, merasakan hangat dekapannya.     

Kalau sudah seperti itu, tidak ada lagi yang harus ia keluhkan, selain menerima dengan ikhlas takdirnya.     

Jamal mengulas senyum, lantas memberikan kecupan di puncak kepala Jamal. "Percaya ama gue, gue bakal selalu ada buat lu, buat anak-anak kita."     

~☆~     

Tujuh bulan kemudian.     

Rio sedang duduk di kursi taman yang berada di belakang rumah. Telapak tangannya dengan lembut mengusap- usap perutnya yang kini sudah terlihat gendut. Bibirnya tersenyum simpul, sorot matanya lurus melihat Jamal yang sedang bermain bersama Cakra dan juga Anum— di atas rerumputan.     

Wajah Rio terlihat sangat bahagia, memandang Jamal yang terlihat bahagia bermain bersama anak-anak.     

Rio menghela napas. "Terimakasih takdir. Udah ngasih kehidupan yang indah ini buat aku. Sekarang aku ikhlas menjalaninya, aku terima dengan apa yang sedang aku alami. Aku bersyukur atas semua yang sudah takdir berikan untukku. Ini, benar-benar indah. Aku terima mereka anak-anaku, dan aku berjanji akan selalu menyayangi mereka." Ucap Rio di dalam hati. Cowok itu merunduk menatap perut gendutnya seraya membatin, "aku juga siap menanti kehadiran mereka."     

Lagi, Rio menghela napas panjang, lantas menatap Jamal yang kebetulan juga sedang menatap nya sambil tersenyum nyengir ke arahnya. "Terima kasih juga sudah mengirim dia buat aku. Aku sayang dia, suamiku..." lanjut Rio masih di hatinya.     

Tidak berbeda dengan Rio-- Jamal juga membatin saat sedang menatap Rio yang masih menatap dirinya.     

"Terima kasih takdir. Engaku sudah menghadirkan dia di kehidupanku. Aku berjanji akan selalu menjaganya, menyayanginya sampai kapanpun. Berkat dia, aku jadi tahu batapa penting itu masa depan. Berkat dia, aku jadi bisa menjalani hari-hariku dengan baik. Terima kasih juga sudah menghadiahkan aku buah hati yang sangat lucu. Aku sayang mereka."     

Jamal menghela napas, lantas berjalan mendeketai Rio, meninggalkan Cakra dan Aanum yang langsung dihampiri oleh baby siter nya.     

Setelah mendudukan dirinya di bangku taman-- disamping Rio, cowok itu mengalungkan sebelah tanganya di pundak Rio, sedangkan tangan satunya ia gunakan untuk mengusap-usap perut gendutnya. Jamal mengulas senyum, menatap Rio yang juga sedang menatap dirinya.     

Secara perlahan Jamal mendektan wajahnya ditelinga Rio, lantas membisikkan sesuatu di sana. "I love you," katanya dari hati yang paling dalam.     

Rio mengulas senyum, menatap Jamal. "I love you too..." balas cowok itu.     

Keduanya tersenyum nyengir, saling bersitatap selama beberapa saat, hingga akhirnya Jamal mendekatkan wajahnya, memangkas jarak dengan wajar Rio. Sorot matanya menatap lurus bibir Rio yang sedang tersenyum manis padanya.     

Sedikit demi sedikit, perlahan tapi pasti, jarak wajah keduanya makin menghilang, hingga akhirnya-     

--Cup!     

-bibir Jamal mendarat lembut di mulut Rio.     

Rio memejamkan mata merasakan lembutnya bibir Jamal bersentuhan dengan bibirnya, sambil melumat lembut. Ciuman sayang itu berlangsung selama beberapa saat sampai akhirnya teriakan Cakra dan Anum mengagetkan merka.     

Bersamaan dengan itu ciuman keduanya terlepas, lantas fokus menatap ke arah Cakra dan Anum, yang sedang berloncat loncat kecil, sambil melambaikan tangan mungilnya ke arah mereka.     

"Papa cini!" itu Anum.     

"Papa cini!" dan itu Cakra.     

"Tunggu sini, ya..." ucap Jamal kemudian. "Gue nemenin anak-anak main lagi."     

Rio hanya menganggukkan kepala, mengizinkan laki-laki itu.     

Jamal tersenyum nyengir, setelah memberikan satu kecupan singkat di pipi Rio, remaja beranjak dewasa itu lantas berjalan cepat mendekati Cakra dan juga Anum.     

Rio menghela napas, cowok itu mengulas senyum menatap punggung laki-laki yang sudah ia aku dengan ikhlas sebagai suami.     

"Terimakasih takdir." Ucap Rio-- bukan di dalam hati.     

Intinya terimakasih takdir. Baik berawal dari disuka ataupun tidak, kalau dijalani dengan ikhlas dan tidak putus asa, maka hasilnya akan berujung manis.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.