Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Gagal



Gagal

1  "Kita ke rumah sakit ya. Faza udah mandi?" ibu Astro bertanya dengan lembut, aku hanya mengangguk. Ibu Astro menggiringku ke jok tengah, dengan Astro yang menemaniku di sana. Sesaat kemudian kami sudah meninggalkan halaman rumah opa.    

  Astro dan ibunya berkali-kali melirikku dengan tatapan khawatir. Mungkin karena aku tak mengeluarkan sepatah kata pun selama perjalanan kami.     

  Aku hanya berharap kami cepat sampai agar aku tahu apa yang terjadi pada opaku. Membayangkan kemungkinan aku akan kehilangan seseorang lagi dalam hidupku, membuat bulu halus di tengkukku meremang.    

  Kami bergegas keluar dari mobil saat kami sampai. Aku sempat ragu-ragu saat kami membuka pintu utama rumah sakit. Aroma khas desinfektan dan obat-obatan membuatku menahan napas.     

  Beberapa bulan lalu aku sempat dirawat di ruangan dengan aroma yang sama. Mengingatkanku akan banyak hal buruk yang mungkin saja terjadi di tempat ini.    

  Ibu Astro mengarahkan kami melewati lorong-lorong yang aku tak bisa mengingatnya, lalu kami naik ke lantai empat menggunakan lift. Setelah itu aku hanya mengikuti saja ke mana kami akan melangkah.    

  Langkah kami terhenti saat tiba di sebuah pintu dengan keterangan nama pasien : Tn. Dewanto, 62 tahun. Aku menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan sebelum masuk. Aku berharap apapun yang terjadi tidak seburuk yang ada di dalam pikiranku.    

  Oma bangkit dari duduknya saat melihat kami datang, lalu berpelukan dengan ibu Astro. Kemudian oma mengelus kepalaku dan Astro selama sesaat, dengan senyum singkat di bibirnya. Walau aku melihat ada lelah dan khawatir di tatapan matanya, tapi sepertinya oma lega melihatku baik-baik saja.    

  "Opa ga pa-pa. Faza sama Astro bisa temenin opa di sana tapi jangan berisik ya." Oma berkata dengan suara yang pelan namun jelas, sambil menunjuk ke beberapa kursi tunggu yang salah satunya tadi diduduki oma.    

  Di ruangan ini hanya ada satu bangsal pasien yang diletakkan dekat dengan jendela. Angin semilir yang masuk dari jendela yang sedikit terbuka membawa kesegaran tersendiri, mengurangi aroma khas rumah sakit yang tersisa.    

  Opa terbaring dengan mata terpejam. Aku tahu opa sedang tidur. Wajahnya terlihat lelah, ada selang infus yang menempel di tangannya dan ada sebuah selang di hidung untuk membantu opa bernapas.     

  Aku tak tahu apa yang terjadi pada opa. Aku ingin bertanya, tapi oma dan ibu Astro sepertinya sedang berbicara sesuatu yang penting di luar sana.    

  Astro menyodorkan segelas air minum padaku dalam diam, lalu menaruhnya di meja di samping kami.    

  "Makasih." kurasa itu satu-satunya kata yang keluar dari mulutku sejak aku bertemu dengannya.    

  "Besok aku berangkat."    

  "Kemana?" aku menatapnya lekat karena aku tak mengerti apa yang dia bicarakan.    

  "Pantai Tirang."    

  Seketika pikiranku penuh dengan pemahaman. Aku sama sekali lupa dengan rencana kami ke pantai karena aku terlalu sibuk mengerjakan buket bunga dan tiara pesanan dari instagram Denada.    

  Bagaimana sekarang? Aku tak mungkin pergi sendiri sedangkan opa sedang dirawat di rumah sakit seperti ini, bukan?    

  "Aku ga bisa ikut. Opa ... aku ga bisa ninggalin opa begini."    

  "Ga pa-pa. Sekarang opa lebih penting."    

  Aku menundukkan pandanganku. Aku ingin sekali pergi.     

  Pantai Tirang adalah destinasi selanjutnya yang seharusnya aku dan keluargaku kunjungi andai saja kecelakaan jembatan itu tidak terjadi. Dengan kejadian ini, berarti sudah dua kali aku batal pergi ke sana.    

  "Nanti aku kirim foto pantainya ke kamu." ujar Astro.    

  Aku hanya mampu menatapnya dan mengangguk sesaat.    

  Apa yang dikatakan oleh oma dan opa pada sahabat-sahabat baruku ini? Mereka baik sekali padaku. Rasanya seperti mereka menjagaku dari segala hal yang mungkin terjadi. Aku merasa malu pada diriku sendiri yang sempat menolak mereka bahkan sebelum aku berusaha mengenal mereka lebih baik.    

  Aku menahan pertanyaanku pada Astro saat melihat oma dan ibu Astro masuk. Ujung mata oma terliht lembab, tapi aku tak berani bertanya ada apa.    

  "Opa sakit apa Oma?" aku mendengar suara Astro disebelahku. Apakah dia mewakiliku?    

  "Ga pa-pa kok, cuma kecapekan." oma menjawab. Alih-alih menatap Astro, oma mengelus puncak kepalaku dan menatapku dengan lembut.    

  ***    

  Tiga hari opa berada di rumah sakit, tiga hari juga aku menemani oma bergantian menjaga opa. Ada beberapa kenalan opa yang datang menjenguk, ada beberapa perwakilan karyawan toko juga, bahkan Pak Simon pun datang.    

  Dari percakapan yang kucuri dengar, opa mengalami tekanan darah tinggi. Harus ditinjau oleh dokter selama beberapa hari, tapi dengan kondisi yang membaik, opa diperbolehkan rawat jalan dengan berbagai cacatan dari dokter yang harus dikerjakan.    

  Astro menepati janjinya dengan mengirimiku banyak sekali foto. Foto saat dia sedang berada di perjalanan, foto pantai, foto bersama keluarganya, bahkan ada berbgai video yang dia kirimkan.    

  Aku sangat berterima kasih. Walau tentu saja akan sangat berbeda jika aku mengalami perjalanan itu sendiri.    

  Atas saran dari Mayang, aku dan Denada setuju menggunakan laba penjualan beberapa waktu lalu untuk membeli suplemen. Kami memberikan suplemen itu pada opa sebagai hadiah. Opa senang sekali. Bahkan berkata bahwa Mayang dan Denada mulai saat itu adalah cucu baru untuknya.    

  Saat itu aku mulai berpikir, mungkin opa tidak begitu sulit didekati seperti yang selama ini aku pikirkan. Aku berjanji pada diriku sendiri akan mulai lebih banyak membuka diri pada opa. Aku berharap kami akan lebih mengerti tentang satu sama lain nantinya.    

  Bagaimanapun juga opa dan oma adalah keluarga yang akan membimbingku hingga aku dewasa nanti. Aku tak akan banyak mengeluh tentang apapun keputusan yang mereka arahkan untukku.    

  Aku akan menjadi anak yang baik dan manis. Hingga aku tak mempermalukan diriku sendiri saat waktunya aku bertemu dengan ayah, bunda, Fara dan Danar di dunia yang berbeda.    

  Aku berjanji akan menjaga opa dan oma dengan baik, seperti mereka menjagaku.    

  Aku akan bersabar dengan segala hal yang mungkin akan terjadi. Aku juga akan berusaha menjadi lebih kuat dan tegar, karena hanya aku lah satu-satunya yang tersisa dari keluargaku.    

  =======    

  NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI WEBNOVEL. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL : IREADING


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.