Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Rusak



Rusak

2  Astro tak bereaksi apapun pada ucapan Angel dan justru mengajakku bicara, "Nanti pulang bareng ya, Za. Aku ga ada pertemuan robotik hari ini."    

  Aku hanya mengangguk dan berlalu. Aku mengikuti langkah teman-temanku ke gedung olahraga untuk pengambilan nilai senam lantai kami. Kami selesai tepat saat bel istirahat kedua berbunyi.    

  "Makan yuk, Za." ujar Siska yang mengajakku ke kantin. Aku mengangguk dan mengikutinya.    

  Murid kelas kami adalah yang pertama menguasai meja-meja kantin siang ini, karena jarak dari gedung olahraga ke kantin dekat sekali. Kami tak perlu repot-repot mengganti pakaian, itu bisa dilakukan nanti saat kami kembali untuk melanjutkan jam pelajaran kami.    

  Aku memesan seporsi kwetiau pedas dan segelas es semangka, lalu duduk bergabung bersama yang lain. Entah dari mana, Astro tiba-tiba duduk di sebelahku, aku sama sekali tak melihat dari mana dia datang.    

  "Ga baik makan makanan terlalu pedes. Kamu makan sate punyaku aja nih." ujar Astro sambil menukar makanan kami dan mulai mengunyah kwetiau pedasku tanpa menoleh.    

  "Sekali-sekali ga pa-pa kok." ujarku sambil menatap kwetiau milikku dengan nelangsa.    

  Aah makananku....    

  "Kalian cocok. Jadian aja sih, heran deh." ujar Fani yang duduk tepat di hadapanku.    

  Aku malas membahasnya dan mulai memakan seporsi sate yang Astro berikan padaku setengah hati. Satenya terasa enak, tapi aku sedang ingin makan pedas siang ini.    

  Aah Astro benar-benar menyebalkan....    

  Siska, Tasya dan Donna juga berada satu meja dengan kami. Meja di kantin itu memang cukup untuk menampung delapan orang. Sangat pas untuk dipakai berbincang bersama kelompok seperti ini.    

  "Udah ga udah ngurusin mereka. Kalau jadian juga kita yang tau duluan." ujar Donna.    

  Aku tahu Donna hanya sedang menggodaku, tapi aku benar-benar malas mengikuti percakapan ini. Aku memilih makan dalam diam dan berniat segera menghabiskan makananku untuk kembali ke kelas. Kurasa akan lebih baik jika aku cepat kembali karena aku akan membutuhkan waktu untuk mengganti pakaian.    

  "Kalian nanti dateng ya pas lomba robotik. Posternya udah ada di mading. Lebih rame lebih bagus, soalnya kita pegang piala bertahannya." ujar Astro setelah dia menyelesaikan kwetiaw pedas yang dirampas dariku.    

  "Masih bulan depan kan?" Tasya bertanya.    

  Astro hanya mengangguk, lalu meminum es teh miliknya.    

  Siska yang duduk di sebelahku menyentuh lenganku dengan lengannya dan berbisik, "Ada Angel di arah jam 2. Jangan diliat, dia lagi liatin ke sini. Kalau kamu udah selesai, kita balik ke kelas aja."    

  Aku mendengarnya dengan jelas, tapi aku hanya mengangguk. Aku menghabiskan makananku tanpa mengatakan apapun lagi.    

  "Aku udah bilang nanti kita pulang bareng kan?" Astro bertanya.    

  Aku hanya menggumam mengiyakan, lalu menghabiskan es semangkaku yang terasa segar sekali diminum setelah olahraga seperti ini. Aku dan Siska bertatapan dengan isyarat, kami memutuskan akan kembali ke kelas.    

  "Aku balik ke kelas duluan ya." ujar Siska pada yang lain yang masih berusaha menghabiskan makanan mereka.    

  Aku mengikuti Siska berdiri, "Aku juga."    

  Kami beranjak dan mengembalikan piring bekas makanan kami ke meja khusus piring kotor sebelum naik ke lantai tiga. Astro mengikuti di sebelah kami.    

  "Kamu ngapain sih nempel terus?" aku bertanya. Sebetulnya aku masih merasa sebal karena kwetiau milikku dimakan olehnya.    

  "Siapa yang nempel? Aku juga mau balik ke kelas. Kelas kita kan sama-sama di lantai tiga." ujar Astro sambil memberiku senyum menggodanya yang biasa.    

  Siska menggelengkan kepalanya melihat tingkah kami, "Kalau aku ga kenal kalian deket begini, aku pasti udah baper liat kalian setiap hari ke mana-mana berdua."    

  Aku dan Astro mengabaikan ucapan Siska. Aku benar-benar lelah dengan topik ini sekarang.    

  "Nanti pulang bareng." ujar Astro yang baru saja akan memisahkan diri di persimpangan koridor.    

  "Iya, Tuan Astro yang bawel." ujarku dengan kesal.    

  Dia cukup mengatakannya sekali saja aku sudah mengerti, tak perlu mengulang beberapa kali. Memangnya dia tak tahu bahwa itu terasa mengganggu sekali?    

  Siska tertawa melihat tingkah kami sepanjang koridor dan masih meninggalkan sedikit sisa tawanya saat kami memasuki kelas. Kelas kami masih sepi, hanya ada Zen dan Reno yang berdiri di dekat mejaku. Mereka menatapku dengan tatapan khawatir saat aku berjalan mendekat.    

  "Kita masuk tadi ga ada siapa-siapa, tapi meja kamu udah begini." ujar Reno sambil melirik ke arah mejaku.    

  Jaket, kaos dan celana gantiku untuk bersepeda berserakan di atas meja, dengan beberapa robekan. Tas khusus pakaian gantiku tergeletak di atas kursi walau tanpa cacat.    

  "Ini apa-apaan?" Siska berteriak marah saat melihatnya. Wajah tertawanya beberapa saat lalu menghilang.    

  Aku mengecek ranselku. Buku-buku, alat tulis,handphone dan seragam, semuanya terlihat baik-baik saja. Aku tidak membawa topi hari ini karena tadi pagi rambutku masih sedikit basah saat akan berangkat sekolah.    

  Aku baru menyadari, selama kami sedang mengikuti jam pelajaran olahraga beberapa saat lalu, kelas kami memang tergeletak kosong tanpa penghuni. Sial ... ternyata masih ada yang melanjutkan keisengannya kemarin.    

  "Jangan bilang siapa-siapa. Aku masih bisa pakai baju olahraga buat pulang." ujarku pada teman-temanku.    

  "Telat, aku udah chat Tasya. Aku pikir kamu lagi sama Tasya tadi." ujar Zen.    

  "Ga ada yang lain yang tau kan? Keep silent (Diem aja) ya." ujarku.    

  "Kenapa kamu ga lapor aja? Ini bullying. Sekolah bisa kasih kamu solusi, bisa bantu lindungin kamu." ujar Reno yang sedang mencoba membuatku berubah pikiran.    

  "Faza ..." aku mendengar suara Tasya yang tercekat. Dia sedang berlari memasuki kelas untuk menghampiri kami. Tatapan matanya nanar saat melihat pakaianku berserakan, "Astaga ..."    

  Aku buru-buru membereskannya lalu memasukkannya ke tas khusus untuk pakaian gantiku. Aku tak ingin ada orang lain yang tahu.    

  "Keep silent, please." ujarku pada teman-temanku.    

  "Ini udah yang kedua, Faza." ujar Tasya.    

  "Kedua?" Zen bertanya untuk meminta konfirmasi.    

  "Senin kemarin ada yang ngasih kotak isi ulet di meja ini. Aku diem aja karena Faza yang minta ga bikin orang lain panik, tapi kalau begini aku bener-bener harus lapor bu Gres. Ini udah kelewatan." ujar Tasya.    

  "Kalau bu Gres tau, seisi sekolah juga tau. Aku bisa bikin panik semua orang yang ga ada hubungannya sama kejadian ini." ujarku mencoba menjelaskan.    

  "Kita bisa ngomong sama bu Gres buat nanganin ini diem-diem." ujar Zen.    

  "Trus apa bedanya kalau kita yang diem?" aku bertanya. "Ada ratusan murid, ada puluhan staff juga di sini. Kalau berita ini nyebar, semua orang bisa jadi tersangka. Kita cuma akan bikin keributan, tapi pelakunya mungkin malah jadi lebih hati-hati buat ngumpet."    

  "Tapi, Za ..." Zen baru saja akan memaksaku, tapi aku memotong ucapannya.    

  "Please ... biar kita aja yang tau. Aku ga pa-pa kok. Ga ada yang luka. Ini cuma ngerusak baju. Aku bisa pakai baju yang lain." ujarku dengan tatapan memohon.    

  Mereka bertatapan satu sama lain. Sepertinya kesulitan menentukan solusi.    

  "Aku baik-baik aja. Aku ga ambil hati urusan kayak gini. Kalaupun yang ngelakuin punya niat mau bully aku, aku ga akan terpengaruh apa-apa." ujarku yang mencoba menjelaskan lagi.    

  "Okay, tapi kalau ada kejadian kayak gini lagi aku pastiin aku yang lapor. Aku ga akan minta persetujuan kamu dulu." ujar Zen.    

  "Thank you." ujarku sambil menatap teman-temanku satu-persatu. Aku tahu ada tatapan khawatir yang jelas sekali di mata mereka, juga semburat tak rela.    

  =======    

  Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-, readers..    

  Kalian bisa add akun FB ku : iamno    

  Atau follow akun IG @nouveliezte    

  Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..    

  Btw, kalian bisa panggil aku -nou-


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.