Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

ExtraPart [6]



ExtraPart [6]

0Astro hanya menaikkan bahu tanpa mengatakan apapun. Dia masih saja sama seperti dulu. Dia memang selalu menganggap semua orang di pertemuan itu tak penting kecuali jika sedang membutuhkan informasi. Itu sebabnya dia tak bersedia datang ke pertemuan itu sejak dulu. Dia mengajakku ke pertemuan karena ingin anggota lain terbiasa dengan keberadaanku, dengan persetujuan Opa tentunya.     

Namun sekarang setelah sekian tahun berlalu, sepertinya akan lebih baik jika kami mengikuti rencana Denada untuk menemui Viona dan Hendry. Bagaimana pun mereka sudah membantu kami dengan memberikan banyak informasi. Bahkan sepertinya aku lah yang akan memaksa Astro untuk kembali menghadiri pertemuan secara berkala jika sudah kembali menetap di negara ini lagi.     

"Kamu wangi banget." ujar Astro sambil mengelus punggungku.     

Sepertinya aku tahu apa yang sedang dia pikirkan, maka aku tersenyum padanya.     

"Kita honeymoon yuk. Mau ke Lombok tiga hari?"     

Dugaanku tepat sekali, "Kita harus bantu Kyle sama Denada nyiapin macem-macem. Kita bisa honeymoon kalau acara mereka selesai."     

"Percuma dong kamu spa hari ini kalau ga bisa ...."     

Aku menutup bibir Astro dengan tangan, "Kita bisa ke resort nanti malem kalau kamu mau. Ga perlu jauh-jauh ke Lombok."     

Aku bisa merasakan Astro tersenyum di tanganku hingga membuatku melepas tangan dari bibirnya. Senyum menggodanya itu masih saja sama. Menyebalkan dan membuatku merasa hangat di saat yang sama.     

Denada kembali dengan dua lembar kartu. Kemudian menyodorkan satu pada Mayang dan satu padaku, "Kalau mau ke sini kalian bisa bawa kartu itu. Nanti semuanya gratis. Kalian bisa pakai itu kapan aja. Itu cuma aku bikin dua buat kalian."     

"Thank you." ujarku sambil mengamit kartu dari tangan Denada dan meneliti deretan paket terapi diet khusus yang terpampang di dinding.     

"Kamu ga perlu diet, kamu tau?" ujar Astro yang sepertinya menyadari ke mana arah mataku tertuju.     

Aku menggeleng, "Aku udah dapet ijin dari Ibu buat diet. Aku mau ajak Ibu ambil terapi diet di sini."     

Astro terlihat tak puas dengan keputusanku dan dia membuatku bingung. Dia terlihat akan setuju saja saat Ibu berkata akan mengajakku ke klinik untuk membuat program penurunan berat badan. Namun sekarang dia bersikap sebaliknya.     

Alih-alih menanggapi Astro, mungkin akan lebih baik jika aku mengabaikannya. Aku mengajaknya bangkit dari sofa, "Berangkat sekarang aja yuk. Aku laper."     

Denada tersenyum padaku sambil mengajak kami menuju parkiran, "Viona pasti kaget liat kamu."     

"Dia pasti ngomentarin badanku. Ugh, aku jadi pengen diet sekarang."     

Mayang yang berjalan di samping Denada menggeleng pelan. Dia memang tak mengatakan apapun, tapi dari percakapan kami selama sesi spa calon pengantin dia memang tak berkomentar banyak tentang berat badanku dan sepertinya merasa hal itu tak perlu diubah.     

Kami berpisah mobil saat sampai di parkiran. Aku dan Astro masuk ke mobilku, sedangkan Mayang menumpang mobil Denada. Kami menepi di tengah perjalanan untuk membeli kado untuk anak Viona dan Hendry sebelum kembali berkendara. Kemudian beriringan menuju restoran Ayu Kemuning dan memasuki restoran bersama. Seorang staf mengarahkan kami menuju ruangan yang sudah disiapkan oleh Viona yang berada di lantai dua.     

Restoran ini mempertahankan bangunannya yang lama dengan desain modern tradisional. Material kayu dan baja yang kokoh mendominasi bangunannya. Namun desain interior dan furniturenya banyak berubah. Saat ini ada sebuah area bermain anak di sudut ruangan di setiap lantai dengan berbagai permainan dan rak buku.     

Saat staf mempersilakan kami memasuki ruangan, tak ada siapapun di sini. Namun ada jendela lebar yang terbuka hingga membuat suasana terasa lebih sejuk dan menyenangkan. Staf itu pergi sambil menutup pintu dan berkata akan memberitahu kedatangan kami pada Viona.     

Kami duduk mengelilingi meja, dengan Astro duduk tepat di sisiku. Sedangkan Denada dan Mayang berada di seberang kami. Kami sengaja mengosongkan dua kursi lain di ujung meja untuk Viona dan Hendry, juga meletakkan kado untuk anak mereka di atas meja.     

Tak lama pintu kembali terbuka. Seorang anak laki-laki berlari sambil tertawa dan hampir saja terjatuh saat akan sembunyi di kolong meja. Astro menangkapnya dan mengangkat tubuhnya sebelum anak itu sempat terjatuh atau terbentur. Astro mendudukkan anak itu di pangkuannya dan sepertinya aku tahu siapa dia saat menyadari usianya mungkin belum genap dua tahun.     

Aku mengulurkan tangan pada anak itu dan berpura-pura tak tahu siapa namanya, "Nama kamu siapa? Nama Kakak Faza."     

"Seriously?" Astro memberiku senyum menggodanya sebelum menatap anak itu, "Panggil yang cantik itu 'Tante Faza' dan panggil Om Astro."     

Aku menatap Astro tak percaya, "Aku belum setua itu buat dipanggil 'Tante'."     

"Masih tetep mesra ya?" suara Viona membuatku menoleh padanya. Dia sedang memeluk lengan Hendry sambil memasuki ruangan dan menghampiri kami. Dia mengamit anak laki-laki dari pangkuan Astro dan menggendongnya sambil bicara seolah sedang mewakili anaknya, "Namaku Virzha, Tante, Om."     

"Ao." ujar Virzha dengan suara pelan dan raut khas balita yang imut dan belum fasih bicara. Mungkin maksud ucapannya adalah 'halo'.     

"Tante punya kado buat kamu. Ih, sini Tante mau gendong." ujar Denada yang berjalan cepat untuk mengamit Virzha dari pelukan Viona, "Kamu lucu banget. Tante bawa pulang ya."     

Hendry yang sudah duduk di kursi yang berada di ujung meja menatapku dan Astro bergantian, "Abis nikah nanti jangan nunda punya anak kayak mereka biar bisa gendong bayi."     

Viona mengelus bahuku sebelum berjalan mendekati Hendry dan duduk di sisinya, "Jangan dengerin. Dia cuma mau pamer karena punya anak duluan. Kalian kapan pulang? Kok ga ngabarin sih? Kalau Denada ga bilang, aku ga mungkin tau."     

"Hampir seminggu. Niatnya mau istirahat dulu." ujar Astro.     

Hendry hanya mengangguk singkat dan mengalihkan tatapan pada Mayang. Denada sudah kembali duduk di kursinya dan sedang mengajak Mayang bercanda dengan Virzha.     

"Kenalin, itu Mayang. Sahabatku dari pertama pindah ke sini." ujarku yang berinisiatif mengenalkan Mayang pada Hendry dan Viona karena menyadari Denada mungkin sedang teralihkan perhatiannya oleh balita imut dan menggemaskan yang berada di pangkuannya.     

Mayang yang menyadari situasi langsung tersenyum, "Seneng bisa kenal kalian."     

Hendry mengangguk singkat, "Lain kali ikut kita ke pertemuan. Kamu bisa dapet banyak relasi nanti."     

Mayang bergantian menatapku dan Denada, lalu kembali menatap Hendry sambil mengangguk. Dia kembali berkutat dengan Virzha yang sangat ekspresif walau belum bisa bicara dengan jelas. Aku sempat menangkap Virzha menyebut "mama" sambil menatap Viona dan entah kenapa justru terbayang jika anakku memanggilku bunda.     

"Kamu gemukan ya?" pertanyaan Viona membuyarkan lamunanku. Dugaanku tentangnya yang pasti membahas berat badanku akhirnya muncul.     

"Aku mau program diet. Badanku udah berasa berat. Jadi gampang capek."     

"Aku ikut terapi diet setelah lahiran di spa Denada. Kamu bisa coba juga."     

"Rencananya gitu sih." ujarku sambil melirik pada Astro. Entah apa yang sedang dia pikirkan. Dia sedang tersenyum konyol sambil menatap Virzha di seberang sana. "Gimana rasanya?"     

"Apanya? Hamil atau lahiran?" Viona bertanya sambil tersenyum penuh makna.     

Aku terkejut dalam sedetik waktu yang terlewat, tapi segera mendapatkan kesadaranku kembali dan hampir saja tertawa, "Terapi dietnya."     

"Kirain mau berubah pikiran buat punya anak. Punya anak ternyata seru. Aku nyesel kenapa sempet nunda nikah." ujar Viona sambil menatap Hendry sebelum kembali menatapku, "Aku ga bermaksud bikin kamu tertekan buat cepet-cepet punya anak, tapi punya anak ga repot banget kayak yang aku pikir sebelumnya."     

Aku mengangguk singkat sambil tersenyum, "Astro yang minta kamu ngomong gini?"     

Tiba-tiba hening di antara kami. Denada dan Mayang yang sedang bercanda dengan Virzha pun terdiam. Namun dengan adanya keheningan ini, sepertinya dugaanku benar.     

Aku menatap Astro yang sedang diam menatapku. Aku tahu betapa dia sangat menginginkan hadirnya seorang bayi di antara kami sejak bulan-bulan awal kami menikah. Namun jika dia meminta Viona mengatakan hal semacam ini, aku justru merasa dikhianati.     

Entah bagaimana aku harus menjelaskannya. Ini bukan tentang adanya orang ketiga. Namun kami sudah sepakat untuk saling mempercayai sejak bertahun lalu. Jika dia meminta Viona mengatakan hal semacam ini padaku, aku merasa kepercayaannya padaku sudah terkikis dan ini terasa menyakitkan.     

Mungkin ini hanyalah bentuk pertahanan diri karena merasa keputusanku untuk menunda memiliki anak terancam. Namun hatiku yang terasa sakit ini bahkan seolah sedang berteriak padaku bahwa aku memang salah mengartikan. Aku bahkan mulai meragukan kepercayaan diriku sendiri.     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSIF di website & aplikasi WEBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan TAMAT tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVEL secara gratis, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN karena seharusnya chapter itu BERKOIN dan nou SANGAT TIDAK IKHLAS kalian baca di sana.     

SILAKAN KEMBALI ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi, dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta untuk kalian, readers!     

-nouveliezte-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.