Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

ExtraPart [15]



ExtraPart [15]

1Astro menyeka air mataku dengan jarinya, "Aku boleh peluk?"     

Aku menggeleng gusar dengan mata tetap terpejam. Aku membenci situasi ini karena tak sanggup untuk melakukan apapun selain berbaring. Aku bahkan takut untuk sekadar bergerak dan berharap selimut yang menutup tubuhku akan membantu memberi perlindungan.     

"Aku minta maaf. Kalau tau reaksi kamu begini aku ga akan coba-coba maksa. Aku bisa nunggu." ujarnya dengan jari terus menyeka air mataku.     

Isak yang kutahan akhirnya keluar. Namun aku tak sanggup mengatakan apapun. Dadaku terasa sesak.     

Terdengar pergerakan tubuh Astro yang mendekat padaku hingga aku merangsek mundur, tapi tubuhku terpojok di tepi tempat tidur. Aku akan jatuh jika terus menghindarinya.     

Astro menghela napas sambil mengangkat tubuhku mendekat padanya. Aku membuka mata dan menatapnya tajam. Aku baru saja akan memprotesnya, tapi dia sudah berbaring di sisiku dan meletakkan kepalaku di lengannya.     

Tiba-tiba saja kepalaku terasa jauh lebih baik. Entah kenapa. Namun jantungku berdetak kencang. Bibirnya mengecup dahiku dan aku takut dia akan melakukan yang lebih dari ini, tapi tubuhku membeku.     

"Kamu ga perlu takut. Aku ga akan maksa."     

Aku hampir saja mendengkus kesal. Dia tahu apa yang ada di pikiranku rupanya. Namun sepertinya dia benar. Dia tak pernah membiarkan ada jarak di antara kami, tapi dia membiarkanku memeluk bantal. Mungkin dia tahu aku membutuhkannya untuk menenangkan diri.     

Hangat napasnya membelai puncak kepalaku hingga hampir saja membuatku tertidur kembali saat mendengarnya bicara, "Aku minta maaf karena minta tolong Viona buat yakinin kamu kalau punya anak ga seburuk yang kamu pikir."     

Aku terdiam. Mataku masih terbuka dan aku mampu melihat tulang lehernya yang bergerak saat sedang bicara.     

"Aku pikir kalau Viona yang bilang, kamu bisa berubah pikiran."     

Aku tersenyum getir, "Segitu ga percayanya kamu sama aku?"     

Astro menunduk dan mengamit wajahku untuk menatapnya, "Aku selalu percaya sama kamu."     

Aku menggeleng gusar, "Kalau kamu percaya sama keputusanku, kamu ga mungkin minta Viona ngomong gitu. Aku tau batasku sendiri. Aku tau yang aku mau, tapi kamu bandingin aku sama orang lain. Itu udah cukup buat buktiin kamu ga percaya sama aku. Kamu ga percaya sama keputusanku. Mungkin kamu juga ga percaya kalau aku bisa hamil."     

Astro terlihat terguncang. Dia terdiam lama dan sepertinya sedang berusaha mencerna kalimatku.     

Harus kuakui, kami memang berkali-kali lepas kendali saat sedang bercinta hingga tidak menggunakan pengaman. Aku berusaha untuk berpikir bahwa itu terjadi karena kami sedang lupa, tapi sejak pulang ke negara ini aku mulai berpikir bahwa mungkin itu karena dia sengaja membuatku lengah. Hatiku mulai terasa sakit saat menyadari mungkin dia menganggapku mandul karena usahanya membuatku hamil belum berhasil.     

Aku memaksa tubuh bangkit walau kepalaku masih terasa melayang. Astro berusaha membantuku, tapi aku mendorongnya agar menjauh. Namun dia mengikuti langkah kakiku menuruni tempat tidur dan membantuku membuka kunci sebelum membuka pintu.     

Kakiku mengarah ke dapur yang gelap. Aku menyalakan lampu dan berusaha mencari apapun yang bisa dimakan karena perutku lapar sekali.     

Mataku menangkap tiga keranjang rambutan teronggok di sudut ruangan. Saat aku menghampirinya, rambutan itu sudah terikat dengan ukuran yang seragam dan sudah dibersihkan. Aku mengamit satu ikatan dan membawanya ke meja makan, lalu mulai mengupasnya dengan tangan bergetar.     

Astro mengamit sebutir rambutan lain dan mengupasnya, lalu menyodorkan daging rambutan tanpa biji padaku. Awalnya aku enggan untuk menerimanya, tapi rambutan yang berada di tanganku gagal terkupas. Aku meletakkan rambutan dari tanganku dengan kesal sebelum mengamit daging rambutan tanpa biji yang disodorkan oleh Astro.     

Aku menangkap senyum di bibirnya dari sudut mataku. Aku hampir saja memuntahkan rambutan yang sedang kukunyah, tapi perutku yang berteriak minta diisi mengkhianatiku. Ini menyebalkan sekali.     

Entah berapa rambutan yang masuk ke perutku malam ini dengan bantuan Astro yang mengupasnya. Aku sudah lelah mengunyah dan mataku terasa sangat mengantuk saat Astro datang membawa dua porsi sate dan lontong. Dia memang keluar setelah meninggalkan semangkuk penuh daging rambutan tanpa biji beberapa saat lalu.     

Astro duduk di sisiku dan menyodorkan satu tusuk sate. Alih-alih menerimanya, aku menarik satu porsi sate yang tergeletak di meja dan memakannya dalam diam. Kupikir aku akan menyerah untuk menguyah di tusukan pertama, tapi aku sanggup menghabiskan satu porsi tanpa sisa.     

Astro menyodorkan satu porsi sate yang lain padaku, tapi aku menggeleng. Perutku terasa sangat penuh dan aku sangat mengantuk hingga menggeser piring yang tergeletak di hadapanku agar bisa meletakkan kepala di meja. Astro hampir saja mengangkat tubuhku dengan lengannya, tapi aku menepisnya.     

"Aku kenyang."     

"Tapi kamu ga boleh tidur di meja makan."     

Aku menatapnya sebal, "Bawel."     

"Aku serius, Honey."     

Aku berdecak kesal sambil bangkit. Kemudian berjalan menuju kamar untuk mengambil dua bantal dan duduk di kursi ruang tamu. Aku menaruh satu bantal di punggung untuk menopang tubuh dan memeluk bantal yang lain untuk menahan perut agar tetap duduk.     

Astro duduk di sisiku dan mengamit kepalaku untuk bersandar padanya, tapi aku menolak. Aku justru menyandarkan kepala pada punggung kursi yang terasa dingin.     

"Tidur sana. Aku ga akan kabur lewat jendela." ujarku sambil menatapnya sebal. Aku memang sudah menyadari pintu depan terkunci sebelum mengambil bantal di kamar sesaat lalu.     

Astro menggeleng sambil mengamit kakiku untuk diletakkan di pangkuannya hingga aku menghadap ke arahnya, lalu memijat betisku perlahan, "Aku ga mungkin bisa tidur kalau kamu masih marah begitu."     

Aku terdiam. Padahal dia sudah tidur saat menemaniku di kamar. Entah apakah dia tidak menyadarinya.     

"Besok kita pulang." ujarnya sambil terus memijat. Harus kuakui pijatannya enak sekali walau aku kesal sekali padanya. Jika bisa, aku ingin sekali menamparnya lagi.     

"Ga mau."     

"Oma nangis terus sejak kamu pergi. Kamu ga kasihan sama oma?"     

Aku mendengkus kesal, "Emangnya Oma kasihan sama aku? Seenaknya aja maksa-maksa punya anak."     

Astro menghela napas, "Kamu tau bukan itu maksud oma. Oma cuma ngerasa udah tua. Oma pengen bisa nimang cicit sebelum meninggal."     

Aku terdiam karena dia benar. Aku pun bukan tak mengerti maksud Oma sejak awal. Aku bahkan tak yakin kenapa aku mengatakan semua yang kukatakan sebelum ini. Semua kalimat itu memang akan terasa seperti bukan aku yang mengatakannya.     

"Aku minta maaf." ujarnya dengan tatapan menderita. Entah apakah dia tulus, tapi aku terlalu lelah untuk menduga-duga. "Apa yang harus aku lakuin biar kamu mau pulang?"     

Aku menaikkan bahu. Bunda memang memintaku pulang dan aku memang berniat untuk pulang sebelum menelepon Kyle untuk menjemputku. Namun setelah sampai di sini, aku merasa terlalu nyaman hingga tak ingin pergi. Jika bukan karena Kyle memaksaku untuk pulang siang tadi, mungkin aku tak perlu berusaha kabur dari mereka lagi.     

Aku memang ingin sekali menampar pria di hadapanku ini, tapi sepertinya menamparnya akan percuma. Alih-alih membuatnya sakit, aku justru akan membuat tanganku sakit lebih dulu. Sensasi panas dan berdenyut saat aku menamparnya di kamar mandi masih terasa jelas di telapak tanganku hingga saat ini.     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSIF di website & aplikasi WEBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan TAMAT tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVEL secara gratis, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN karena seharusnya chapter itu BERKOIN dan nou SANGAT TIDAK IKHLAS kalian baca di sana.     

SILAKAN KEMBALI ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi, dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta untuk kalian, readers!     

-nouveliezte-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.