Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

ExtraPart [17]



ExtraPart [17]

0Oma mengusap kepalaku sebelum keluar kamar ditemani Ibu. Kemudian Ibu kembali masuk dan menutup pintu sebelum duduk di tepi tempat tidur, "Faza istirahat aja. Kalau butuh apa-apa ada Ibu di kamar oma ya. Kalau males keluar kamar bisa chat Ibu."     

Aku mengangguk sambil mempererat pelukan pada bantal. Aku sedang berbaring meringkuk di kamar peninggalan Bunda di rumah Oma. Satu jam yang lalu Ayah mengantarku ke rumah ini. Oma, Ibu, dan Astro ikut tentunya. Namun Ayah pamit pulang sesaat setelahnya.     

Oma menyiapkan makanan yang dibawa dari rumah Ayah sesampainya di sini dan mengajakku makan, tapi aku hanya makan sedikit karena merasa tidak berselera. Astro yang menghabiskan makananku tanpa mengatakan apapun walau dia mengambil jarak dariku dengan duduk di seberangku.     

"Besok Ibu mau bantu ngurus nikahan Denada. Faza mau ikut atau di rumah aja?"     

"Liat nanti aja, Bu."     

Ibu mengelus bahuku, "Kalau ga ikut ga pa-pa kok. Denada pasti ngerti. Nanti Ibu salamin buat Denada dari Faza."     

"Makasih, Bu."     

"Iya. Ibu temenin sampai Faza tidur. Nanti Ibu keluar."     

Aku mengangguk sambil memejamkan mata. Dari yang kuperhatikan, entah apakah dugaanku benar, sepertinya Astro bercerita tentangnya yang memaksaku bercinta. Ayah memang terlihat tenang sejak aku pulang, tapi mungkin saja sudah memarahi Astro sebelum Astro mencariku beberapa hari lalu.     

Tiba-tiba aku teringat saat Astro babak belur karena sparing tinju hanya karena membahas yang tidak semestinya sebelum menikah denganku bertahun lalu. Sepertinya kali ini Ayah tidak mengajak Astro sparing karena menganggapnya sudah lebih dewasa dan memutuskan untuk tak terlalu mencampuri urusan kami.     

Elusan Ibu di kepalaku membuatku mengantuk. Ibu menyanyi nyanyian tentang anak-anak malam dengan suara pelan walau terdengar jelas di telingaku. Entah kenapa liriknya membuatku mengingat Astro, tapi tubuhku terlalu lelah untuk sekadar menolak agar Ibu menyanyikan nyanyian lain.     

Aku tidur sambil bermimpi sedang bermain dengan anak-anak. Kupikir itu adalah efek nyanyian yang Ibu nyanyikan sebelum aku tertidur. Namun saat aku membuka mata, aku merasa kehilangan. Hatiku terasa kosong selama beberapa lama sebelum menyadari perutku terasa lapar.     

Aku turun dari tempat tidur sambil melirik jam di dinding, pukul 02.48. Langkahku berlanjut menuju dapur untuk mencari apapun yang bisa dimakan, tapi justru menyadari lampu ruang tengah masih menyala. Aku berjalan dengan langkah pelan dan mengintip dari tepi dinding.     

Astro sedang duduk menghadap laptop dengan tatapan serius dan jari mengetik cepat. Pemandangan ini bukan hal baru bagiku. Aku sudah menemaninya bekerja tengah malam sejak bertahun lalu.     

Aku menghela napas pelan sambil melanjutkan langkah ke dapur. Aku membuat seteko teh hangat dan memindahkannya ke nampan, lalu menaruh gelas kosong dan setoples biskuit di sisinya. Kemudian membawanya ke ruang tengah dan meletakkannya di meja tanpa mengatakan apapun.     

Astro menatapku dengan tatapan menderita sejak aku memasuki ruang tengah. Dia bahkan menghentikan gerakan jari di atas keyboard.     

"Aku laper." ujarku sambil kembali beranjak menuju dapur.     

Kuharap Astro tak akan mengikutiku. Namun bukanlah Astro jika membiarkanku seorang diri tanpanya. Dia mengikuti langkahku sambil membawa laptop yang masih menyala di lengannya.     

"Jangan deket-deket." ujarku tanpa menatapnya.     

Dia hanya menggumam dan berjalan beberapa langkah di belakang. Dia bahkan duduk di kursi yang jauh dari kursi makanku yang biasa, tepat di seberang sana.     

Aku mengabaikan keberadaannya dan membuka kulkas untuk mencari makanan. Alih-alih mengamit sayur dan lauk pauk yang disimpan di sana, aku lebih tertarik pada kaleng berisi leci. Biasanya leci kalengan ini dipakai oleh Oma untuk membuat kue, tapi sepertinya Oma tak akan keberatan jika aku memakannya.     

Aku memeluk leci kalengan itu dan membuka freezer untuk mengambil sekotak kecil es krim vanila, lalu mengambil mangkuk dan sendok sebelum duduk di kursi makanku yang biasa. Aku memindahkan es krim ke mangkuk dan menaruh leci kalengan di atasnya, lalu memakannya tanpa menawari Astro.     

Sebetulnya aku menyadari Astro melirikku berkali-kali. Entah apa yang ada di pikirannya. Aku tak tertarik untuk bertanya walau ekspresinya terlihat sangat penasaran saat mencuri tatap ke arahku. Aku justru menambahkan porsi es krim saat es krim di mangkukku habis dan menambahkan leci di atasnya lagi.     

Ugh, kenapa aku makan es krim dan leci kalengan tengah malam seperti ini? Tak mengherankan kenapa tubuhku gemuk seperti ini, bukan?     

Aku hampir saja mengutuk diriku sendiri dalam hati. Aku tak akan memiliki keberanian untuk datang ke spa milik Denada dan membuat janji untuk terapi diet jika tak datang untuk membantu persiapan pernikahannya. Aku bahkan baru ingat belum membuka pesan apapun darinya atau dari grup Lavender. Mayang juga mungkin sedang menungguku memberi hasil tentang informasi pria yang disukainya itu.     

Aku bangkit menuju wastafel untuk mencuci perkakas dan berjalan kembali ke kamar. Aku hampir saja melupakan keberadaan Astro andai saja dia tak mengikuti langkahku. Aku menoleh padanya, "Tidur sana. Jangan kerja terus."     

Astro tersenyum tipis. Senyum tipis yang sebelumnya sangat kusukai karena membuatnya terlihat dewasa, tapi saat ini aku tak merasakan apapun saat melihat senyum itu. Mungkin memang ada yang salah denganku.     

"Aku mau tidur." ujarku saat sampai di depan pintu kamar tanpa menoleh padanya. Namun kepalaku terasa dikecup dalam sedetik waktu yang terlewat hingga aku menoleh dan menatapnya tajam.     

"Good night, Honey." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa.     

Aku membuka pintu kamar dengan kesal, "Jauh-jauh! Nyebelin!"     

Tatapan menyayangkan di matanya terlihat jelas saat aku menutup pintu. Dia benar-benar menyebalkan. Bisa-bisanya mengambil kesempatan untuk mengecup kepalaku saat aku sedang lengah.     

Aku mengusap kepala yang terkena kecupannya dan bergidik. Sepertinya aku harus keramas untuk menghilangkan bekas kecupannya atau aku tak akan bisa tidur lagi karena memikirkannya.     

Aku mengunci pintu sebelum beranjak ke kamar mandi. Aku menyalakan shower dengan air hangat yang mengalir membasahi kepala, lalu mengamit sampo beraroma green tea dan membuka tutupnya. Aku hampir saja memakainya, tapi membatalkannya. Sepertinya aku harus membeli sampo baru agar tak memakai sampo dengan aroma yang sama seperti Astro.     

Aku terdiam sambil menatap pantulan diriku sendiri di cermin dan berpikir lama sekali dengan guyuran air hangat yang mengenai kepalaku.     

Kenapa aku bersikap seperti ini? Aku tak biasanya seperti ini, bukan? Kenapa pula tiba-tiba aku membenci Astro? Apakah dia meninggalkan trauma saat memaksaku bercinta hingga aku menolaknya dengan frontal?     

=======     

Di upload spesial buat kak selvia yg lagi ngidam ketemu Astro ^^     

Harusnya upload besok pagi ini haha     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSIF di website & aplikasi WEBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan TAMAT tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVEL secara gratis, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN karena seharusnya chapter itu BERKOIN dan nou SANGAT TIDAK IKHLAS kalian baca di sana.     

SILAKAN KEMBALI ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi, dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta untuk kalian, readers!     

-nouveliezte-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.