Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

ExtraPart [35]



ExtraPart [35]

0Membeli compression stocking (stoking khusus untuk dipakai selama penerbangan jarak jauh agar terhindar dari varises dan kaki bengkak) di apotek yang berada di bandara tanpa sepengetahuan Astro membuatku gelisah. Keringat dingin bahkan mengalir di tenggukku hingga membuatku merasa tak nyaman.     

Aku berusaha menghilang dari pengawasan Astro saat dia sedang bicara dengan Bunda. Aku membayar stoking dan sekotak susu dengan uang tunai, lalu beranjak ke toilet untuk memakai stocking sebelum kembali bergabung bersama yang lain. Kuharap celana panjang dan sepatu yang kupakai tak akan membuat Astro curiga karena stoking itu tak terlihat dari luar.     

Kami berpamitan pada semua orang yang mengantar sebelum ke area gate keberangkatan. Aku sengaja memeluk Oma dan Bunda lebih lama. Aku bahkan berbisik pada Bunda untuk percaya padaku karena akan memberi tahu tentang kehamilanku pada Astro setelah sampai di Jerman.     

Kali ini kami sengaja memilih keberangkatan dengan transit melalui Jakarta. Dari Jakarta kami akan langsung lepas landas menuju Jerman. Namun tentu saja kami berbohong dengan berkata akan berkuliah di negara lain.     

Berkali-kali meyakinkan diri bahwa perjalanan kali ini akan baik-baik saja ternyata membuatku lebih gugup. Aku bahkan sengaja tidur di pesawat karena tak ingin memikirkan hal negatif secara berlebihan.     

Aku berusaha minum lebih banyak dan berjalan-jalan di sekitar pesawat setiap bangun tidur dengan dalih akan ke toilet agar tubuhku tetap bergerak. Dari yang kubaca hal itu bisa mengurangi risiko yang tak diinginkan saat hamil berkendara menggunakan pesawat dalam waktu lama.     

Tiga belas jam berada di udara membuatku berpikir berlebihan, tapi terasa sangat lega saat akhirnya tiba di Jerman. Aku menghirup udara dengan rakus setelah turun dari pesawat hingga Astro menatapku curiga, tapi aku segera mengajaknya mengambil koper sebelum dia sempat mengatakan apapun.     

Jian mengawal kami sampai ke unit apartemen kami sebelum pergi ke unit apartemennya sendiri. Kami berada di satu bangunan walau berbeda lantai. Rilley akan menyusul dan tinggal di apartemen seberang beberapa hari lagi.     

Aku langsung mandi dan menyembunyikan stoking di sela bawah wastafel dengan niat akan membuangnya jika Astro sedang tidak memperhatikan. Kemudian merebahkan tubuh di tempat tidur yang terasa nyaman setelah penerbangan yang melelahkan. Mataku hampir saja terpejam saat Astro mengelus ujung rambut di dahiku.     

"Ga mau makan dulu?"     

Aku menggeleng pelan, "Nanti aja kalau udah bangun. Ngantuk banget."     

"Kamu kan tidur terus di pesawat."     

Aku mengamit tangannya dan mengecupnya, "Aku capek. Nanti kalau bangun aku makan. Kamu makan duluan aja."     

Astro menghela napas tanpa mengatakan apapun, tapi mengecup dahiku dan membiarkanku menggenggam tangannya hingga tertidur. Aku tak tahu kapan dia melepasku, tapi dia tak ada di sekitarku saat terbangun.     

Tubuhku bangkit sambil mengusap mata untuk mencari keberadaannya. Dia tak ada di ruang tamu atau dapur. Aku hampir saja keluar, tapi segera berbalik untuk membuka kamar lain yang memang kami sepakati untuk menjadi ruang kerja. Kamar itu akan berubah menjadi kamar tamu jika Oma atau mertuaku berkunjung.     

"Udah bangun?" ujarnya sambil menatapku dengan jari terus mengetik entah apa.     

Aku mengangguk sambil menghampirinya dan memeluk bahunya dari belakang, "Baru juga sampai udah kerja."     

Astro mengusap kepalaku, "Aku lagi ngobrol sama om Chandra. Ada sandwich sama salad di dapur kalau kamu laper, tapi aku ga nemenin makan. Aku udah makan duluan."     

Aku menggumam sambil memeluknya lebih erat. Kemudian menatap jam di sudut laptopnya, pukul 23.06. Sepertinya aku tidur sekitar dua jam.     

"Kamu bawa aja makanannya ke sini. Makan di sini aja kalau ga mau makan sendirian di dapur." ujarnya sambil melepas tangan dari kepalaku dan kembali mengetik.     

Betapa pria ini sangat gila bekerja. Saat ini dia mengendalikan dua resort dan restoran, proyek di divisi robot perusahaan milik Ayah, perusahaan game, dan mengambil sedikit tanggung jawab di yayasan milik Ibu. Dia juga bertanggung jawab langsung atas satu ruko di dekat SMA Amreta Tisna yang masih beroperasi seperti saat kami masih SMA dulu.     

Tanggung jawabnya juga bertambah karena lahan di dekat bandara Juanda miliknya yang awalnya akan dibangun menjadi restoran sudah disulap menjadi ruko yang berfungsi sebagai komunitas robotik dan perpustakaan publik atas saranku. Jika saja aku tak ingat bahwa dia sangat peduli karena tak ingin aku kelelahan hingga mengerjakan tiga perusahaan yang seharusnya menjadi tanggung jawabku, aku akan memintanya untuk beristirahat saat ini juga.     

Kami memang sempat bersitegang saat dia memaksaku bercinta di kamar mandi. Namun sampai detik ini dia belum mengajakku bercinta lagi. Mungkin karena khawatir aku akan menolaknya atau kabur darinya walau sebetulnya hubungan kami sudah jauh membaik setelah menginap di Lombok.     

Aku mengecup puncak kepalanya sebelum mengambil makanan dan dua gelas susu di dapur, lalu membawanya ke ruang kerja. Kemudian menarik kursi agar bisa duduk bersisian dengan Astro dan makan dalam diam sambil sesekali menyuapinya.     

Aku hampir saja mengakui kehamilanku. Namun dia terlihat sangat fokus hingga aku tak tega untuk mengganggunya.     

Aku kembali bangkit sambil membawa perkakas bekas makan ke wastafel, lalu mencucinya. Kemudian kembali ke ruang kerja dan duduk di kursi yang sesaat lalu kutinggalkan.     

"Setengah jam lagi aku selesai. Kita harus tidur. Besok kita belanja sekalian liat-liat lingkungan sini." ujarnya sambil terus mengetik tanpa menoleh padaku.     

"Aku baru bangun."     

"Siapa suruh tidur duluan?" ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa.     

Aah, pria ini benar-benar ....     

Andai saja dia tahu di rahimku saat ini ada janin hasil buah cinta kami. Sepertinya dia tak akan tidur dan akan terus mengoceh sepanjang malam tentang hal apa saja yang boleh dan tak boleh kulakukan.     

"Kenapa senyum-senyum?" Astro bertanya sambil menatapku curiga.     

Aku menggeleng karena baru sadar sedang tersenyum seorang diri. Sepertinya lebih baik memberitahunya tentang kehamilanku nanti saja jika dia sudah cukup beristirahat. Kami sudah mengalami perjalanan panjang dan melelahkan. Dia bahkan langsung bekerja setelah sampai.     

Astro mencubit pipiku pelan, "Mikir apa kamu?"     

"Mikir besok mau nyoba kuliner apa. Kamu ada ide?" ujarku sambil tersenyum.     

"Aku emang suka kamu gemuk, tapi nafsu makan kamu kali ini udah berlebihan. Mulai sekarang kamu harus lebih sering makan buah."     

"Kan kamu yang bilang aku sexy."     

"Kamu emang sexy, tapi kalau selera makan kamu begini terus kamu harus periksa kesehatan. Aku khawatir kamu kena kolesterol atau diabetes. Belakangan ini juga kamu juga jarang olahraga dan lebih sering tidur."     

Aku menatapnya sebal sambil mengelus perut, "Tuh liat. Ayah kamu nyebelin banget."     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senjarat -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSIF di website & aplikasi WEBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan TAMAT tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVEL secara gratis, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN karena seharusnya chapter itu BERKOIN dan nou SANGAT TIDAK IKHLAS kalian baca di sana.     

SILAKAN KEMBALI ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi, dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta untuk kalian, readers!     

-nouveliezte-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.