Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

ExtraPart [40]



ExtraPart [40]

1Trimester kedua datang dengan cepat dan ada yang membuatku tak habis pikir. Aku selalu memiliki keinginan untuk bertemu Kyle lebih intens. Aku tak mampu menjelaskan dengan tepat tentang perasaan ini karena hampir setiap hari meminta Kyle datang dan akan memeluk lengannya sepanjang hari.     

Denada terlihat sangat cemburu walau Ibu menegurnya dengan kalimat yang sangat halus bahwa itu hanyalah salah satu bentuk mengidam yang kualami. Walau aku akan menggoda Denada di saat tertentu karena merasa gemas dengan ekspresinya.     

Awalnya Astro kesal karena aku terus menempel pada Kyle, tapi tak mampu melakukan apapun karena tahu Kyle adalah pamanku. Dia pernah mengatakan dengan jelas bahwa dia memaklumi keinginanku yang ingin selalu dekat dengan Kyle karena Kyle adalah adik dari ayahku. Dia akan mengangapku sedang merindukan Ayah walau tentu saja dia sebetulnya sangat cemburu.     

Kyle justru bersikap berbeda. Entah apakah dia sengaja sudah meminta Denada menahan diri untuk tak mengomel padaku, tapi dia justru memberiku banyak nasihat yang terkadang akan terdengar sedang memaksa. Seperti pagi ini saat aku ingin berjalan-jalan dan hanya mengajak dirinya saja. Dia memaksaku mengajak Astro dan Denada juga walau biasanya dia akan menuruti semua permintaanku tanpa membantah.     

"Aku mau yang large." ujarku saat Kyle memesan es krim spaghetti. Tentu saja dengan tangan memeluk lengannya.     

Denada memijat pelipis sambil menatapku sebal, "Aku apa aja deh. Pengen cepet pulang."     

"Cepet capek salah satu tanda hamil." ujarku asal saja.     

Denada menatapku tajam, "Jangan ngomong macem-macem. Aku ga hamil."     

Aku menaikkan bahu sambil menyandarkan kepala di bahu Kyle, "Padahal seru kalau kita hamil bareng."     

"Orang bisa mikir aneh kalau denger kamu ngomong gitu. Udah peluk-peluk suami orang sembarangan, ngomong macem-macem lagi."     

"Kita di ruang publik. Pelanin suaranya." ujar Kyle sambil menatap Denada dan menggeleng padanya, tapi segera menoleh padaku, "Nona juga jangan bikin orang marah."     

"Fine," gumamku pelan, "tapi aku kan bener."     

"Kamu mau es krim apa?" Kyle bertanya sambil menoleh pada Astro, tapi Astro menggeleng. Aku tahu dia pasti akan memakan es krim milikku jika aku tak sanggup menghabiskan.     

Kami mengantri sekitar lima belas menit sebelum mendapatkan es krim masing-masing. Kyle dan Denada memesan es krim spaghetti berukuran besar yang sama denganku dan memakannya berdua hingga aku terpaksa melepas Kyle.     

Aku menyodorkan es krim pada Astro yang menerimanya dengan senyum menggodanya. Sepertinya dia sudah menunggu kapan aku akan beralih menempel padanya sejak pagi.     

"Axe mau nge-date sama Mayang besok." ujar Astro setelah menelan es krim di mulutnya.     

Aku menatapnya tak percaya, "Oh, ya?"     

Astro menggumam mengiyakan sambil memeluk pinggangku, "Mayang pasti kaget kalau tau Axe sepupuku. Katanya besok Axe mau ngaku."     

Aku mengerjapkan mata sambil berpikir karena baru menyadari sesuatu, "Mayang pasti ngomel ke aku kalau tau Axe sepupu kamu. Aku ga pernah ngasih data Axe yang dia minta waktu di nikahan Denada."     

Astro mengecup pelipisku dengan lembut, "Axe pasti bisa handle itu. Kalau Mayang ngomel nanti aku yang jelasin."     

"Bener ya?"     

Astro mengangguk sambil mengajakku duduk di satu kursi panjang yang berseberangan dengan kursi yang dipakai Kyle dan Denada. Dia mengelus puncak kepalaku, "Jangan iseng sama Denada. Mereka kan pengantin baru. Ga enak kalau mereka berantem gara-gara kamu."     

"Cuma iseng sedikit kok. Lagian Kyle juga ngerti."     

Astro mengamit wajahku untuk menatapnya, "Please, Honey."     

Aku terdiam lama sebelum mengangguk, "Aku usahain, tapi ga janji kalau anak kamu lagi pengen banget iseng."     

Astro mengecup bibirku, "Anak kita, Honey."     

"Iya, anak kita." ujarku sambil menyuap es krim.     

Aku menatap Kyle dan Denada yang sedang saling menyuapi di seberang sana. Mereka memang serasi dan tiba-tiba saja keisenganku terasa akan kambuh, tapi aku berusaha menahannya karena sudah ditegur dua kali.     

Tatapanku berpindah ke perut yang terasa geli. Aku menatap perut karena yakin sekali ada sesuatu yang terjadi sesaat lalu.     

Aku menyodorkan mangkuk es krim pada Astro dan mengelus perut. Tak ada apapun. Aku mencoba mengelusnya lagi, tepat saat Astro memberi satu suapan es krim padaku. Tiba-tiba saja tanganku terasa ditendang perlahan dari dalam.     

Mataku mengerjap beberapa kali untuk mengumpulkan kesadaran. Aku mengamit tangan Astro dan meletakkannya di perutku. Aku mengarahkannya untuk mengelus perut perlahan, lalu tendangan lain datang.     

Ini adalah momen pertama kalinya janin di perutku menendang. Kami saling menatap dan tersenyum lebar. Astro mendekatkan kepala ke perutku dan mengelus perut dengan dua jari. Namun tak ada tendangan yang lain lagi.     

"Ayo main sama Ayah." ujar Astro sambil terus mengelus perutku walau tak ada tendangan lain dari dalam sana. "Nanti Ayah kasih es krim."     

Aku menggeleng melihat tingkahnya, "Coba tawarin perusahaan. Kalau cuma es krim mungkin dia bosen."     

Astro menatapku tak percaya walau segera mengalihkan tatapan pada perutku. Dia kembali mengelus perutku dengan dua jari, "Nanti Ayah kasih saham rumah sakit. Ayah ada saham warisan dari Opa buyut kamu. Nanti semuanya buat kamu."     

Tendangan lain datang dan terasa sedikit lebih kencang hingga membuatku terkejut dan membeku. Astaga, yang benar saja?     

Astro menatapku dengan senyum lebar, "Dia mau."     

Aku tertawa sambil mengelus rambut Astro. Bagaimana mungkin calon bayi di dalam rahimku lebih memilih saham dibanding es krim? Ini aneh sekali.     

"Bunda ketawa tuh. Ayo nendang lagi. Oh, kita main basket yuk."     

Tawaku terhenti tepat saat Astro mengatakannya. Aku mencubit pipinya, "Itu masih di dalem perut, Honey."     

Astro tersenyum menggoda, "Dia pasti mirip aku."     

Aku menggeleng perlahan, "Kalau mirip aku gimana?"     

"Ga gimana-gimana. Kan kamu bundanya." ujarnya sambil memelukku dengan punggung menyandar pada punggung kursi.     

Entah bagaimana kami sudah bercumbu. Cumbuan yang lembut dan manis hingga membuatku hampir lupa kami sedang berada di ruang publik. Aku berusaha menjauh, tapi Astro memelukku lebih erat. Cumbuannya terasa lebih dalam hingga napas kami terasa berat.     

Astro mengelus bibirku dengan tatapan penuh cinta, "Pulang yuk. Kita tinggalin aja Kyle sama Denada di sini. Biar mereka pacaran berdua."     

"Seriously?" aku bertanya sambil menoleh ke arah mereka, tapi Astro menahan wajahku hingga aku tak mampu melihat Kyle dan Denada.     

"Jangan ganggu mereka, Honey. Karena aku juga ga mau diganggu, kamu pasti tau kan?"     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senjarat -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSIF di website & aplikasi WEBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan TAMAT tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVEL secara gratis, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN karena seharusnya chapter itu BERKOIN dan nou SANGAT TIDAK IKHLAS kalian baca di sana.     

SILAKAN KEMBALI ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi, dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta untuk kalian, readers!     

-nouveliezte-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.