Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

ExtraPart [54]



ExtraPart [54]

2Sudah pukul 22.35 saat aku membuka mata. Aku tertidur setengah jam dan yang berada di hadapanku saat ini hanya Astro. Dia sudah membuka mantel yang tadi dia pakai dan meletakkannya di punggung kursi.     

"Ibu sama Bunda ke mana?" aku bertanya sambil mengelus jarinya yang tertaut di antara jariku. Kontraksi di perutku terasa mengganggu dan sekujur tubuhku terasa ngilu, tapi aku harus memastikan hubungan Ibu dan Bunda lebih dulu.     

"Ngobrol di depan." ujar Astro sambil mengecup jariku. Tepat di cincin pernikahan kami.     

"Ibu gimana?"     

"Shock-nya udah reda. Mungkin masih butuh waktu buat nerima kenyataan."     

Aku menghirup napas dalam-dalam. Aku bersyukur. Setidaknya Ibu mengelola emosinya lebih baik dibanding aku saat pertama mengetahui Auriana Gayatri itu adalah wanita yang melahirkanku.     

"Mau makan sesuatu?" Astro bertanya sambil mengecup perutku.     

Aku menggeleng dengan keringat dingin mulai membasahi tengkukku, "Jangan dicium. Aku lagi kontraksi."     

Astro menatapku sendu, "Maaf jadi bikin kamu susah."     

"Lain kali aku yang bikin keputusan kapan mau punya anak. Aku bisa tuntut kamu di pengadilan kalau maksa-maksa aku punya anak lagi."     

"Fine." ujarnya dengan senyum tipis yang tertutup tanganku karena dia sedang mengecupnya. "Aku minta maaf karena berkali-kali sengaja bikin kamu hamil. Aku pikir yang terakhir itu juga gagal karena emang kamu belum siap."     

Aku menghirup napas dalam-dalam untuk menahan rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhku. Aku tak ingin membicarakan hal itu di saat seperti ini. Membahas tentangnya yang sengaja membuatku hamil hanya membuatku kesal. Aku membutuhkan pikiranku tetap lurus karena harus fokus pada kelahiran bayi kami.     

Astro melepas genggaman tangan saat kontraksiku reda dan mengamit sebuah buku cerita berukuran kecil dari saku mantelnya, "Aku beli di jalan tadi. Gambar di kovernya lucu. Mirip kamu kalau lagi makan."     

Aku memperhatikan sampul buku yang memamerkan ilustrasi gadis berambut merah yang dikepang asal, yang sedang memakan kue wortel bersama seekor burung. Gadis itu duduk di atas kain bermotif kotak-kotak dan sepertinya sedang berada di taman.     

Astro mulai membacakan buku tentang kisah si gadis yang bernama Irish. Irish bersahabat dengan seekor burung yang tinggal di taman dan akan membagi makanan yang dimilikinya selama berkunjung. Sebagai gantinya, si burung akan bernyanyi.     

Persahabatan mereka manis hingga datang seekor lebah yang hinggap di bahu Irish dan menyengatnya. Irish langsung pulang sambil menangis dan tak pernah datang ke taman itu lagi.     

Burung yang merindukan Irish mencarinya ke rumah-rumah penduduk yang tersebar dan baru menemukannya setelah hari ke empat. Sejak saat itu Irish meminta kakeknya membuatkan rumah burung untuk diletakkan di pohok ek di depan rumah dan menghadiahi burung itu sebuah nama; Melody.     

Suara Astro perlahan menghilang. Kelebatan di mataku berubah dengan cepat dengan tubuh yang terasa ringan dan nyaman. Kupikir aku akan memimpikan sesuatu, tapi mataku tiba-tiba kembali terbuka saat sekujur tubuhku terasa sangat sakit dengan pusat rasa sakit berada di perut bawah dan panggulku.     

Aku hampir saja berteriak, tapi usapan lembut di punggung tanganku membuatku menyadari aku hanya sedang mengalami kontraksi lagi. Tubuhku bergerak gelisah selama kontraksi berlangsung karena rasa sakitnya terasa semakin intens.     

Astro membantu memberikan instruksi untukku mengatur napas sambil mengecup dahiku sesekali, "It's okay. Aku di sini."     

Aku mengangguk tanpa kata. Aku bisa merasakan cakaran di dalam rahimku seolah tangannya ingin membantu tubuhnya melepaskan diri dari rahimku, juga kepala bayi kami yang sudah sangat mendesak turun ke panggul.     

Astro menunggu hingga kontraksiku menghilang. Kemudian mengamit teh hangat dari meja dan membantuku duduk untuk minum, "Mau buah?"     

Aku mengangguk sambil menghirup napas dalam-dalam. Mungkin memang lebih baik jika aku makan sesuatu karena membutuhkan tenaga untuk melahirkan. Terlebih, sepertinya aku tak akan bisa tidur lagi.     

Astro bangkit menuju meja untuk mengambilkan semangkuk buah beri, lalu kembali. Dia menyuapiku dengan sangat telaten. Sepertinya dia tahu aku membutuhkan waktu untuk makan lebih lama karena perutku terasa sangat tidak nyaman.     

Bunda dan Ibu masuk dengan raut wajah yang jauh lebih baik saat Astro sedang membantuku minum. Ibu menghampiriku dan memelukku lama sekali. Aku ingin menolak pelukan itu karena tubuhku terasa sakit, tapi tak tega untuk mengatakannya karena aku tahu ini adalah sinyal baik.     

Ibu mengecup dahiku sambil memegangi wajahku dengan kedua tangan, "Maaf tadi Ibu marah-marah padahal Faza lagi mau lahiran."     

Aku menggeleng dan bicara dengan suara pelan, "Ga pa-pa. Faza cuma berharap Ibu ngerti."     

Ibu mengangguk sambil mengecup puncak kepalaku, "Ibu udah sepakat sama Ana buat rahasiain identitas dari oma, tapi ayah harus tau. Ayah kayaknya baru bisa dateng besok karena masih ditahan sama Hanum. Ga pa-pa, ya?"     

Aku menoleh untuk menatap Bunda dan mendapatkan anggukan kepala, maka aku kembali menatap Ibu sambil mengangguk. Aku ingin mengatakan sesuatu, tapi hentakan di rahimku membuatku menahan diri sambil memejamkan mata karena tubuhku terasa sangat sakit dan jantungku berdetak sangat kencang. Aku mendapatkan kontraksi kembali.     

Mataku melirik ke arah alat pendeteksi kontraksi sambil menahan rasa sakit. Intensitas kontraksinya kini lima belas menit sekali. Aku tak mengira progres kontraksinya akan secepat ini. Sekarang bahkan belum tengah malam.     

"Tarik napas, Honey." ujar Astro sambil mengamit tanganku. Sepertinya dia menyadari kontraksiku.     

Aku mengangguk sambil mengikuti instruksi darinya. Menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Berkali-kali. Hingga kontraksiku reda lagi. Walau sebetulnya aku ingin sekali berteriak karena rasa sakitnya tak tertahankan.     

Entah sejak kapan Bunda keluar, tapi tiba-tiba kembali dengan membawa suster. Mereka membantuku berpindah tempat ke ruang bersalin yang luas, dengan jam dinding berada tepat di seberangku. Pukul 23.18.     

Aku diminta menunggu, dengan Astro yang menemani di sebelahku. Dia sedang berkutat dengan handphone, entah melakukan apa saja. Namun aku cukup yakin dia pasti mengabari Ayah, Kyle dan Axelle.     

Detik dan menit di jam dinding berputar di seberang sana. Lima belas menit berlalu dan kontraksiku kembali datang. Aku berusaha menggapai tangan Astro yang terasa jauh padahal dia sedang duduk di sisiku.     

Keringat membasahi seluruh tubuhku. Cakaran dari dalam rahim terasa perih walau tak sebanding dengan tekanan dari dalam panggul hingga membuatku terengah hanya sekadar menahan rasa sakit.     

Ugh, bagaimana Bunda bisa bertahan dengan situasi ini sebanyak tiga kali saat melahirkanku dan adik-adikku? Aku sama sekali tak mengerti. Aku bahkan lebih memahami alasan kenapa Ibu menolak memiliki anak lagi karena rasa sakitnya seperti ini.     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senjarat -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSIF di website & aplikasi WEBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan TAMAT tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVEL secara gratis, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN karena seharusnya chapter itu BERKOIN dan nou SANGAT TIDAK IKHLAS kalian baca di sana.     

SILAKAN KEMBALI ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi, dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta untuk kalian, readers!     

-nouveliezte-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.