Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Menjulang



Menjulang

1Sekitar empat jam kami habiskan di perjalanan menuju jembatan tempat aku dan keluargaku terjatuh bertahun lalu. Di lokasi jembatan itu saat ini tak ada jembatan pengganti dan hanya ada hutan di sepanjang tepiannya.     

Area ini adalah lokasi yang dekat dengan Taman Nasional Alas Purwo. Dari cerita yang kudapatkan dari Om Chandra yang memaksa diri untuk ikut, area ini terkenal angker. Walau yang kulihat justru sebaliknya, area ini cantik sekali. Area taman nasional luas sekali, lebih dari empat puluh hektar.     

Area ini mencakup berbagai kawasan. Hutan di sini adalah hutan tertua di Pulau Jawa yang mencakup hutam bambu, sedengan, pantai, gua, pantai Triangulasi dan pantai Pancur, juga Pura Giri Seloka dan Situs Kawitan.     

Andai ada Fara bersamaku saat ini, sepertinya kami sedang sibuk mengumpukan berbagai sampel tanaman atau benda apapun yang bisa kami temukan. Entah kenapa tiba-tiba aku mengingat mimpi Fara saat mendatangiku. Bulu halusku meremang saat sosok Fara seakan muncul di depan mataku hingga aku menggenggam tangan Astro tiba-tiba.     

Astro memeluk pinggangku dan mengajakku menjauh dari tepi yang mengarah ke sungai di bawah sana. Suhu di sini sedikit lembab dan dingin, pelukannya membantuku menghangatkan tubuhku. Kami mendekati Oma yang sedang melihat-lihat sekitar, entah kenapa Oma terlihat lebih tenang.     

"Faza mau camilan?" Oma bertanya padaku saat kami sampai di sisinya sambil menyodorkan sebuah paper bag yang sudah kukenali.     

Itu adalah paper bag yang diberikan Mama Zen saat datang ke rumah Ayah. Paper bag yang sama dengan yang dipakai oleh toko oleh-oleh di area Jogja yang kudatangi dua minggu lalu. Aku sengaja meninggalkannya, tapi Oma justru membawanya ke sini.     

"Oma baru tau opa dapet permen susu dari Zen. Padahal Oma selalu cek kalau Zen bawa camilan, ga ada permen susu di dalemnya." ujar Oma sambil menyodorkan satu kemasan kecil yang berisi selusin permen susu.     

Astro menerimanya, "Kalau bungkusnya kecil gini sih ditenteng juga ga keliatan. Mungkin Zen ngasih langsung ke Opa."     

"Gitu ya? Oma ga nyangka Zen main belakang sama opa." ujar Oma pasrah.     

Astro membuka kemasan dan menyodorkan satu permen padaku. Sebetulnya aku tak berminat memakannya, tapi Astro memberiku tatapan peringatan hingga aku membuka mulut untuk meminta disuapi. Di luar dugaan, permennya enak sekali.     

Aku mengamit kemasan permen dari tangan Astro dan memperhatikannya dengan lebih teliti. Kenapa aku tak melihatnya saat datang ke toko oleh-oleh itu dua minggu lalu? Apakah permen ini dibeli di tempat yang berbeda?     

"Kita harus ke penginapan sekarang. Sebentar lagi gelap. Kalian ga akan mau liat setan keliaran di sini dan ngajak kalian ngobrol, kan?" ujar Om Chandra yang sedang berjalan mendekat pada kami.     

"Jangan ngomong setan terus. Hutannya bagus kok, masih banyak hewan liarnya." ujarku.     

"Justru itu. Om khawatir kamu salah liat, ngira liat hewan ternyata liat setan." ujar Om Chandra dengan tatapan serius. "Lagian ayah kamu aneh banget sih, ngajak jalan-jalan ke tempat begini bawa rombongan."     

Kurasa aku akan mengabaikannya kali ini. Om Chandra memang memberitahuku bahwa ternyata orang-orang yang datang bersama kami ke sini bertahun lalu adalah orang-orang kenalan Ayah. Aku tak pernah menyadarinya karena terlalu sibuk bermain dengan Fara dan Danar.     

"Ayo ke penginapan, keburu malem. Kita lanjut besok lagi kalau kalian masih penasaran" teriak Om Chandra pada Ayah, Ibu dan Axelle yang sedang berbincang entah apa di dekat tepian sungai yang dalam itu.     

Mereka berjalan mendekat pada kami dan kami semua beriringan kembali ke mobil. Kami harus melewati deretan pohon di hutan sepanjang beberapa puluh meter untuk sampai di tepi jalan beraspal yang sepi. Mobil kami terparkir di sana karena tak ada akses untuk mendekati jembatan selain berjalan kaki.     

Sebetulnya ada Rilley dan Kyle yang ikut mengawasi kami, tapi entah di mana mereka barada. Di dalam hutan yang sepi seperti ini seharusnya akan mudah saja menemukan seseorang lalu lalang, tapi aku tak melihat sosok mereka di manapun sejak memarkir mobil di tepi jalan.     

Kami memasuki mobil dengan cepat. Oma memutuskan ikut menumpang di mobil yang aku, Astro, dan Om Chandra pakai. Om Chandra yang menyetir, sementara kami bertiga duduk di tengah. Aku diapit oleh Oma dan Astro di kedua sisi. Ini terasa menyenangkan, tapi juga lucu.     

"Kamu yakin kaki Ayah udah ga papa?" aku bertanya pada Astro untuk mengalihkan pikiran.     

"Ga pa-pa. Lagian ada Axe yang nyetir."     

"Kapan dia belajar nyetir sih? Dia kan ga pernah ke luar."     

"Oma denger Axelle belajar nyetir dari game, trus pas ikut tes buat dapet SIM beberapa hari lalu katanya langsung lolos." ujar Oma sambil menggeleng-gelengkan kepala.     

Aku menatap Oma tak percaya. Aku tahu Axelle akan mampu membuat game selimulasi menyetir dalam waktu hitungan hari jika dia menginginkannya, tapi ... yang benar saja?     

"Oma kaget sebenernya karena Axelle ternyata telaten banget. Beda sama Teana yang agak sembrono padahal mereka kembar. Oma udah lama ga liat Axelle, jadi tambah kaget liat Axelle pakai baju putih-putih kayak dokter."     

Aku tersenyum. Itu juga yang kupikirkan saat pertama kali bertemu dengan Axelle di mansion.     

"Axelle ngomong soal antariksa sepanjang jalan. Kayaknya Axelle cocok sama Astro kalau udah bahas itu."     

"Kan emang Axe yang ngasih nama Astro, Oma." ujar Astro dengan senyum menggodanya yang biasa.     

Aku menoleh pada Astro, "Seriously?"     

Astro mengangguk, "Dia maksa Ibu ngasih nama Astro waktu masih balita. Dia dulu ga anti sosial waktu masih balita. Dia baru narik diri dari orang-orang setelah umur enam tahun, ga tau kenapa. Kalau Abhiyoga itu nama yang dipilih kakek."     

Aku menatapnya tak percaya, tapi sepertinya aku mengerti kenapa Astro dan Axelle cocok. Mereka terlihat seperti saudara kandung lebih dari yang kupikirkan sebelumnya.     

"Tumben Axelle mau diajak jalan-jalan." ujar Oma.     

"Axe mau ngajak kita liat hujan meteor sabtu malem. Oma bisa ikut kalau mau, tapi mungkin akan capek karena kita nyari lokasi yang gelap. Kita mau daki bukit deket sini." ujar Astro.     

"Oma udah tua. Oma di penginapan aja." ujar Oma dengan senyum lembut. "Kalian nanti hati-hati ya."     

Kami mengangguk. Aku bertemu tatap dengan Om Chandra dari spion tengah saat mengalihkan tatapan dari Oma. Entah kenapa aku merasa Om Chandra baru saja menatap ke belakang sana dengan tatapan intens. Namun saat aku menoleh ke arah jendela belakang, tak ada apapun selain deretan pohon yang menjulang tinggi dan jalan beraspal yang lengang.     

"Gimana kemarin ujiannya?" Oma bertanya pada Astro.     

"Lancar, Oma. Tinggal siap-siap buat pindahan aja."     

Oma mengangguk dan menghela napas yang hampir ditahan. Andai aku sedang tak bersisian dengan Oma, mungkin aku tak akan menyadarinya. Apakah mungkin ...     

Aku mengamit tangan Oma dan mengenggamnya, "Oma boleh kok di rumah Ayah dulu, ga perlu buru-buru ikut Faza. Oma bisa sering ke makam Opa kalau Oma tinggal sama Ayah. Oma tinggal bilang kalau Oma mau ke sana. Ayah pasti nganter. Apa perlu Faza cari Oma supir pribadi buat nganter Oma ke mana-mana?"     

Oma hanya menatapiku dalam diam hingga membuatku menoleh pada Astro untuk meminta pendapat. Astro mengangguk singkat padaku. Kurasa kami memang harus memberi Oma waktu.     

=======     

NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI WEBNOVEL. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL : IREADING, di google play kalian masing-masing karena dia udah MALING novel ini.     

TUTORIAL LAPORANNYA BISA KALIAN LIAT DI AKUN FESBUK: NOU. Thank you atas bantuannya ♡     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Kalau kalian mau baca novel nou yang lain, bisa follow akun Wattpad @iamnouveliezte     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.