Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Senja



Senja

2Sebagian besar orang yang datang ke resepsi pernikahanku kembali datang. Kali ini untuk mengantar opaku ke peristirahatannya di sebuah pemakaman tua dan sederhana di Magelang, dekat dengan rumah Opa yang kupakai untuk menandatangi semua berkas hak waris. Aku baru tahu, bahwa rumah itu dulunya berdiri rumah peninggalan orang tua Opa, tapi sudah direnovasi dan diperluas.     

Astro terus berada di sampingku dan memelukku sepanjang prosesi pemakaman, dengan Oma di sisiku yang lain dan Ibu di sisi Oma satunya. Kami dikelilingi anak-anak asuh Opa, keluarga Kakek Arya, juga keluarga Denada. Mayang dan Kak Liana bahkan memaksa diri untuk pulang dan mengajak keluarganya datang ke pemakaman. Semua karyawan Opa dan partner kerjaku juga datang.     

Namun keluarga Zen memberi ruang dan tak memaksa untuk bicara denganku sebelum aku mengatakan apapun. Aku meminta Kyle menghampiri mereka dan menyampaikan pesan bahwa aku akan menemui mereka hari minggu, sebelum pulang ke Surabaya.     

Semua orang mengucapkan penghiburan dan bela sungkawa padaku dan Oma setelah Opa dimakamkan. Mereka pergi satu-persatu dan meninggalkan kami setelah senja datang.     

Ibu memaksa Oma pulang ke rumah Ayah karena Oma belum beristirahat sejak kemarin. Hanya ada aku dan Astro yang menatapi makam Opa setelah semua orang pergi. Dan Axelle yang tiba-tiba datang menepati janji untuk bertemu denganku setelah semua orang pulang.     

Makam ini berada di dataran tinggi, dengan makam-makam sederhana yang hanya ada nisan kayu atau batu tertulis sebagai penanda. Dekat dengan tebing dan dipenuhi pohon beringin yang besar menjulang. Di sisi lainnya adalah sawah yang menghampar entah berapa luas. Namun senja di sini cantik sekali.     

Aku menatapi makam Opa dan ibunya, nenek buyutku. Aku baru pertama kali ke sini dan aku baru menyadari, betapa Opa mungkin kesepian karena menjadi yatim piatu sejak bayi. Mungkin dalam banyak hal, Opa lah yang paling mengerti aku. Jauh sebelum laki-laki di sisiku ini mendekatkan diri dan mempelajari cara memahamiku.     

Aku tak lagi menangis sejak terbangun dari pingsan di rumah sakit berjam-jam yang lalu. Aku sempat bertanya pada Astro apakah aku diberi obat penenang, tapi Astro menyangkalnya. Yang membuatku berpikir mungkin aku memang sudah merelakan Opa pergi sejak mengucapkan kalimatku yang terakhir kali.     

"Mataharinya bagus." ujar Axelle dengan nada suara yang entah bagaimana terdengar lebih hangat di telingaku.     

Aku menoleh ke arah yang sedang ditatapinya. Matahari menggantung rendah di ujung sana, dengan jingga dan abu-abu yang berpadu, juga kawanan burung yang beranjak pulang. Ada banyak awan di sekitarnya, tapi tak menutupi matahari yang seolah sedang memamerkan diri pada kami.     

Aku selalu suka senja karena membuat hatiku terasa hangat. Seolah ada sesuatu yang hilang, kembali lagi padaku. Namun kali ini, aku sedang mengantar kepergian orang yang kukasihi. Opa pulang ke tempat segalanya bermula dan aku hanya bisa mengantarnya sejauh ini.     

"Aku pernah janji mau ngajak kamu liat hujan meteor kan? Kayaknya ada seminggu lagi. Nanti aku kabarin perkembangannya. Semoga cuacanya dukung." ujar Axelle dengan intonasi cepat yang sudah terbiasa di telingaku, tapi kalimatnya tetap terasa hangat di hatiku.     

"Minggu depan ga bisa. Aku mau ke jembatan." ujarku tanpa mengalihkan tatapan dari matahari senja yang menawan.     

Aku bisa melihat Axelle menatapku dari sudut mata, tapi aku mengabaikannya. Aku akan memilih mendatangi jembatan tempat keluargaku terjatuh bertahun lalu dibanding melihat hujan meteor. Terlebih, di saat seperti ini, saat Opa sudah meninggal. Entah kenapa tiba-tiba keinginanku mendatangi jembatan itu semakin besar. Mungkin karena itu adalah tempat di mana Ayah dan kedua adikku meninggal?     

"Aku bisa ikut." ujar Axelle, yang membuatku menoleh padanya.     

"Kamu serius?" pertanyaan itu datang bersamaan dariku dan Astro.     

Axelle mengangguk dan kembali mengalihkan tatapan ke matahari senja yang sedang ditelan bumi, "Sebenernya aku kesel karena aku pikir Astro yang minta ke kakek buat ngusir aku dari mansion, tapi kakek bilang kamu yang minta pakai satu-satunya permintaan kamu. Aku mikir lama banget. Kamu seharusnya pakai permintaan itu buat hal lain yang lebih berharga karena kakek bisa ngasih apapun yang kamu minta. Kamu bisa aja minta dua puluh hektar perumahan baru, atau minta tambahan modal dua milyar, atau mungkin minta satu pasukan profesional buat bantu kamu ngurusin semua kerjaan. Kenapa kamu justru minta aku ke luar dari mansion? Apa pernah bikin salah salah kamu? Tapi kayaknya ga. Kamu justru baik banget mau ngasih macem-macem resep kue. Apa kamu kesel karena tau aku ga pernah ke luar dari mansion? Tapi apa peduli kamu? Kamu kan ga di mansion juga, jadi harusnya apapun yang aku lakuin harusnya ga akan bikin kamu ngerasa apa-apa. Aku mikir muter-muter sampai balik lagi ke pertanyaan pertama, tapi setelah aku pikir lagi, mungkin emang udah waktunya aku jalan-jalan ke luar. Lagian jalan-jalan tengah malem ga seburuk yang aku pikir."     

Aku menoleh pada Astro dan kami saling menatap dalam diam, lalu tersenyum satu sama lain. Andai Axelle tahu bahwa yang memintaku menggunakan permintaanku adalah Astro.     

"Kamu harus tau, dia ga pernah ngomong sepanjang ini. Aku baru aja mikir dia tiba-tiba berubah jadi profesor yang lagi ngajar di depan kelas." ujar Astro.     

Aku mencubit pipi Astro dan memberinya tatapan peringatan. Akan lebih baik jika Axelle terus berkutat dengan pikirannya hingga dia tak menyadari kami sedang tersenyum melihat tingkahnya yang tiba-tiba berubah.     

"Aku serius." ujar Axelle dengan tatapan bingung.     

"Okay. Nanti aku bilang Ayah kalau kamu mau ikut. Mungkin Ayah akan ngijinin kamu numpang mobil Ayah karena aku sama Astro berangkat dari Surabaya. Nanti kita ketemu di lokasi." ujarku untuk menghentikan perdebatan aneh ini.     

"Kamu harus tahan kalau nebeng sama ayah. Ayah sama Ibu biasanya mesra-mesraan berdua. Aku ga tanggung jawab kalau kamu baper liat mereka." ujar Astro dengan senyum menggodanya yang biasa.     

Axelle menatapi kami dengan alis sedikit mengernyit, tapi tak mengatakan apapun lagi. Mungkin lebih baik dia mengalami perjalanannya sendiri nanti.     

Aku mengalihkan tatapan pada matahari yang nyaris tenggelam. Senja hampir menghilang. Namun hatiku terasa lapang.     

Aku sudah mengetahui masa lalu Opa dari Kakek, juga mengetahui akar masalah Oma dan keluarga Abidzar dari Ibu. Sekarang Opa sudah berpulang lebih dulu. Mungkin karena urusannya di dunia ini sudah selesai atau mungkin juga karena jatah usianya yang sudah habis. Sekarang aku tahu, aku harus mengajak Oma pergi ke manapun aku pergi karena Oma hanya sendiri.     

Aku mengamit tangan Astro saat cahaya matahari menghilang dan mengajaknya ke luar area makam. Aku hanya berharap jika waktu kami habis nanti, entah aku atau dirinya yang lebih dulu, kami akan bertemu lagi di alam yang berbeda. Seperti janji Opa padaku.     

"Kenapa kamu ngasih earpods ke Kyle? Bukannya Kyle ga boleh tau soal Axe?" aku bertanya pada Astro.     

"Bukannya Axe baru aja bilang ke kamu dia mau ke luar?" Astro bertanya.     

Kurasa itu menjelaskan keadaan, maka aku mengangguk. Lagi pula, masih ada Kyle dan Rilley yang berjaga di sekitar area ini saat ini. Axelle sebetulnya hanya menghindari bertemu siapapun, bukan menyembunyikan diri agar tak ditemukan siapapun.     

Lalu bagaimana dengan blueprint robot tikus yang Opa minta dari Astro? Kyle belum mendapatkan informasi akan diapakan blueprint robot itu. Pada siapa aku harus bertanya sekarang? Apakah Oma mengetahui tentangnya? Atau haruskah aku bertanya pada Om Chandra?     

=======     

NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI WEBNOVEL. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL : IREADING, di google play kalian masing-masing karena dia udah MALING novel ini.     

TUTORIAL LAPORANNYA BISA KALIAN LIAT DI AKUN FESBUK: NOU. Thank you atas bantuannya ♡     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Kalau kalian mau baca novel nou yang lain, bisa follow akun Wattpad @iamnouveliezte     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.