Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Dapur



Dapur

1"Yakin ga mau ke rumah Zen sebelum berangkat?" Astro bertanya.     

Aku menghela napas sambil terus berkutat menanam lavender di makam Fara, "Aku ga siap denger semuanya."     

"Kita berangkat nanti malem, Honey. Kalau ga sekarang kamu akan kehilangan kesempatan."     

Aku menghentikan gerakan tangan dan menatapi nama Fara di batu nisan. Arundati Faranisa. Adikku yang sangat menyukai petualangan melebihi diriku. Jika dia masih ada di dunia saat ini, mungkin dia sedang berada di pedalaman Rusia atau mencari jejak peradaban suku Maya.     

Kemudian aku menatapi batu nisan Danar. Danar Revandra adalah nama yang Ayah berikan padanya. Dia masih terlalu kecil saat meninggal hingga aku tak bisa membayangkan apa yang akan dia lakukan di dunia andai dia masih hidup. Namun satu yang aku tahu pasti, dia memiliki bakat bersembunyi yang tak bisa diremehkan. Dulu aku selalu penasaran karena dia selalu menemukan tempat bersembunyi yang bagus. Sekarang kurasa aku tahu dia mendapatkan bakat itu dari Bunda.     

Jika Bunda begitu lihai bersembunyi, maka mungkin Auriana Gayatri itu memang dirinya. Waktu dan tempat perempuan itu muncul dan menghilang cocok dengan informasi dari Om Chandra. Aku hanya berusaha menolak kemungkinan perempuan itu memiliki anak dari laki-laki yang tidak kukenali. Bahkan sejujurnya, aku benci memikirkannya.     

Ini masih pagi buta. Ada kabut tipis yang menyelimuti pemakamam ini dan meninggalkan sensasi dingin di kulit.     

Aku menatap Astro yang sedang membantu menanam lavender di makam Ayah, "Kenapa kamu pengen tau banget soal perempuan itu? Padahal kamu sendiri yang bilang minggu lalu kalau mukanya ga mirip sama aku."     

"Bagus kalau dia bener bunda, kan? Oma pasti seneng."     

"Tapi dia udah ga ada di negara ini. Dia pergi ke Norwegia buat nemuin anaknya." ujarku dengan kesal saat ingat laporan yang Kyle berikan padaku yang didapatkannya dari staf bandara.     

Astro menatapku lekat, "Dia satu-satunya bikin kamu penasaran, Honey. Dan datanya cocok. Jangan bikin semua temuan kita sia-sia cuma karena kamu ga rela bunda nikah dan punya anak lagi."     

Sial, kalimat yang kuhindari selama beberapa minggu akhirnya terlontar darinya. Ini terasa menyebalkan. Uugh aku kesal sekali.     

Bagaimana mungkin dia lebih memilih bertemu dengan anaknya di Norwegia hanya berselang beberapa hari setelah bertemu denganku? Jika dia benar bundaku, aku yakin dia seharusnya tahu bahwa yang mengamit bunga dari rambutnya adalah Mafaza Marzia, anak pertamanya dengan Abbas Sohan. Namun kenapa dia justru pergi tanpa mengatakan apapun?     

Tunggu sebentar ...     

"Ga ada data dia nikah di temuan Kyle sama Axe, kan? Di semua data mereka perempuan itu single, kan?" aku bertanya dengan jantung berdetak kencang.     

Astro menatapku penuh minat, "Kamu yakin ga mau ke rumah Zen?"     

Aah sial, kenapa pula harus Zen yang terhubung dengan perempuan itu? Aku kesal sekali.     

Aku mempercepat gerakan tangan untuk menanam lavender di makam Fara dan Danar, lalu menghampiri makam ayahku. Jika benar perempuan itu adalah bundaku, aku akan menyelesaikan permintaan Ayah yang kudapatkan dari mimpi. Aku mengecup batu nisan Ayah dan mengajak Astro mencuci tangan di toilet dekat kantor pemakaman. Aku meminta Astro menghubungi Zen dan berkata kami akan ke rumahnya, lalu kami berkendara dengan kecepatan tinggi menggunakan motor di jalanan yang masih lengang.     

Kami sampai di rumah Zen sepuluh menit kemudian. Mama menyambut kami dengan senyum lebar dan memaksa kami duduk di ruang tamu. Mama menyodorkan segelas teh hangat pada masing-masing kami saat kami duduk, dengan seteko teh hangat dan sukun goreng di sebuah piring di atas meja.     

"Kalau mau nambah tehnya ambil sendiri ya. Itu sukunnya dimakan. Mama lagi masak, sebentar lagi mateng. Kalian tunggu Zen ya, dia lagi mandi." ujar Mama yang langsung beranjak dan hampir menghilang ke ruangan lain.     

Astro memberiku isyarat untuk menawarkan diri membantu memasak. Sebetulnya aku malas sekali, tapi kurasa aku akan menurutinya kali ini.     

"Faza bantu ya, Ma." ujarku sambil ikut bangkit dan mengikuti langkah ke dapur.     

"Eh ga usah, duduk aja di sana. Sebentar aja kok, nanti Mama ke ruang tamu kalau udah selesai." ujar Mama saat aku menyusulnya ke ruangan yang terlihat seperti ruang keluarga.     

Di sekitar ruangan ini ada berbagai pintu yang sepertinya mengarah ke kamar, ada sebuah televisi besar yang menempel pada dinding, dengan dua rak pajangan berisi berbagai benda, satu set sofa dan meja di tengahnya, juga empat lukisan yang dipajang dinding yang lain. Ada dua lukisan yang menarik perhatianku. Satu lukisan yang aku yakin adalah karya Zen, dan ...     

Aku menghampiri lukisan itu dan mengelus nama Suzu di sudut atas sebelah kiri, "Mama pernah ke galeri yang di Klaten?"     

"Faza tau galeri itu?" Mama bertanya.     

Aku mengangguk, "Faza pernah ke sana sekali."     

Mama tertawa kecil, "Faza pasti kaget kalau tau Suzu itu siapa."     

Aku menoleh padanya yang sedang beranjak menuju dapur dan mengikuti langkah kakinya, "Siapa, Ma? Bukan Zen, kan?"     

"Suzu itu Liana, Sayang." ujar Mama sambil mengelus wajahku walau segera melepasnya dan melangkahkan kaki dengan cepat menuju kompor yang menyala. Mama mengaduk masakan di atas kompor dan menoleh padaku dengan senyum lebar. "Tuh, kaget, kan?"     

Aku menatapnya tak percaya. Aku bahkan baru menyadari kakiku berhenti bergerak tepat di depan pintu dapur.     

"Galeri itu punya kakaknya Mama. Warisan keluarga."     

"Faza titip salam ke pengurus galeri buat Suzu waktu itu."     

Mama Zen menatapku sambil mengaduk masakan, "Mungkin Yuri langsung sampaiin salam ke Liana. Faza bisa nanya ke Liana kalau mau."     

Betul juga. Yuri yang disebutkan mungkin adalah pengurus galeri saat itu.     

Aku menghampiri Mama dan berusaha mengamit spatula dari tangannya walau Mama menolak, "Faza bisa bantu kok. Nanti malem Faza berangkat, jadi mungkin ini terakhir kita ketemu."     

Mama terkejut hingga melonggarkan pegangan pada spatula, "Faza berangkat nanti malem?"     

Aku mengangguk dan mengamit spatula saat Mama tak memperhatikan, lalu mulai mengaduk masakan yang ternyata adalah sayur labu. Ada sebuah panci lain yang tertutup di sisi panci ini, aku menebak isinya adalah lontong atau ketupat karena ada aroma sambal goreng entah di mana.     

"Kenapa Faza ga bilang dari kemarin? Mama kan bisa siapin oleh-oleh buat nemenin kalian di bandara."     

"Ga perlu repot-repot, Ma. Oma sama Ibu udah nyiapin banyak bawaan. Faza ga yakin bisa bawa yang lain kalau Mama bawain oleh-oleh juga."     

"Ga bisa gitu dong. Ini kan terakhir Mama ketemu Faza sebelum Faza pulang. Duh, Ana udah berangkat ke luar negeri lagi." ujar Mama yang terlihat seperti sedang bicara dengan dirinya sendiri, lalu menghampiri meja makan dan mengamit sebuah handphone.     

Jantungku berdetak kencang sekali saat Mama menyebutkan nama Ana. Aku bahkan sempat melamun selama beberapa detik sebelum mendapatkan kesadaranku kembali.     

Panci berisi sayur labu di hadapanku sudah matang. Aku mematikan kompor dan beranjak mendekati Mama. Aku duduk tepat di sisinya dan menatapnya lekat. Bagaimana aku harus mulai bertanya tentang perempuan itu?     

"Nanti Mama minta Zen ke Jogja bawa motor. Harusnya sempet nganter oleh-oleh ke bandara, kan? Ana pernah pesen ke Mama kalau Faza mau berangkat ke Jerman, Mama harus bilang. Dia mau ngasih oleh-oleh buat Faza."     

"Ana yang Mama sebut, temen Mama yang pernah ikut ke makam, kan? Kenapa dia mau ngasih oleh-oleh buat Faza?" aku bertanya dengan jantung yang hampir meloloskan diri dari tubuhku.     

=======     

NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI WEBNOVEL. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL : IREADING & NOVELFULL, di google play kalian masing-masing karena dia udah MALING novel ini.     

TUTORIAL LAPORANNYA BISA KALIAN LIAT DI AKUN FESBUK: NOU. Thank you atas bantuannya ♡     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Kalau kalian mau baca novel nou yang lain, bisa follow akun Wattpad @iamnouveliezte     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.