Soufflé
Soufflé
"Aku serius." ujar Astro dengan senyum menggodanya yang biasa. "Sebelum kamu mutusin buat sekolah aku lumayan sering ke sini. Udah ga pernah lagi sejak aku harus jagain kamu ke mana-mana."
Aku menatapnya tak percaya, tapi yang kulihat sekarang adalah nyata. Aku menarik napas perlahan. Aku mengingat tatapan matanya yang berkilat semalam walau dia segera mengalihkan tatapannya dariku dan aku tak memiliki keberanian untuk bertanya kenapa tatapannya berubah seperti itu.
Semalam kami langsung memasuki kamar dan membersihkan diri, lalu aku segera tertidur di pangkuannya saat dia sedang membaca buku bisnis yang diambilnya dari ruang bawah tanah. Aku bahkan tak memikirkan tentang keberadaan semua orang yang seharusnya berada di mansion.
"Ibu tau soal ini?" aku bertanya.
"Ibu ga tau. Jaga ini jadi rahasia, okay?"
"Kenapa kamu kasih tau aku kalau gitu?"
Astro terdiam dan terlihat berpikir dengan matang, "Karena aku pikir, kamu perlu tau. Kamu punya insting yang bagus. Aku percaya kamu bisa jaga rahasia. Semua buku yang ada di sini kebanyakan buku-buku terbitan terbatas dan ... terlarang. Kamu bisa baca kalau kamu mau, tapi ga sekarang. Nanti kalau mansion ini sepenuhnya cuma kita yang bisa akses."
"Maksud kamu ... kalau Kakek Arya meninggal dan keluarga Om Ganesh sama Tante Lusi udah ga di sini lagi?"
Astro mengangguk dengan mantap, "Ayah ga suka tinggal di sini. Kita bisa punya akses penuh kalau keluarga om Ganesh sama tante Lusi pindah nanti."
"Kalau tebakanku bener, seharusnya keluarga Om Ganesh sama Tante Lusi ga bisa masuk area mansion ini kan? Kenapa mereka bisa ke sini sekarang?"
Astro menghela napas, "Kakek Arya ga suka tinggal di rumah tua peninggalan kakek Indra setelah nenek meninggal karena ada terlalu banyak kenangan. Jadi semua anak-anaknya bisa leluasa masuk ke area mansion ini, tapi kakek Arya udah pesen kalau kakek Atya meninggal nanti yang bukan pewaris tombak harus pindah. Walau sebenernya aku ga keberatan mereka tetep di sini."
Begitukah?
Aku terdiam lama sambil berpikir hingga akhirnya aku bangkit, "Mm ... kita harus balik ke mansion kan? Kita ga bisa lama-lama di sini."
Astro ikut bangkit dan mendekap kepalaku, "Aku minta maaf aku baru cerita soal ini sekarang. Padahal aku udah janji aku ga akan rahasiain apapun dari kamu lagi."
Aku menggeleng, "It's okay. Sebenernya kamu ga perlu ceritain semuanya kalau emang kamu seharusnya ga cerita. Aku pikir ... mungkin ada alasannya kenapa aku ga boleh tau soal tempat persembunyian ini."
Astro menatapku lekat, tapi tak mengatakan apapun.
"Tapi kenapa ada tiga kamar kalau cuma pewaris tombak yang boleh tau soal tempat persembunyian ini?"
"Buat jaga-jaga kalau ada wabah dan butuh ruang isolasi, ayah bilang begitu. Senjata biologis udah mulai dikembangin dari ratusan tahun lalu, kamu tau?"
Aku hanya menggeleng perlahan. Aku memang pernah mendengarnya, tapi aku tak sanggup membayangkan sekelompok orang tega menyakiti orang lain dan menyebarkan penyakit sebagai alat pemusnah massal.
Astro mengecup dahiku, "Kita pasti dicariin. Kita harus balik ke mansion."
Aku mengangguk dalam diam dan mengikuti langkah kakinya. Dia mematikan lampu sentir yang dipegangnya sebelum kami keluar dari tempat persembunyian. Aku menoleh beberapa kali ke arah tempat persembunyian itu dalam perjalanan kami kembali manuju mansion. Aku benar-benar berharap tak ada seorangpun yang melihat kami masuk ke sana.
Aku tahu ini masih pagi sekali. Aku sudah memastikan lampu di kamar-kamar mansion menyala melalui celah bawah pintu yang menandakan kamar-kamar itu berpenghuni saat kami melewatinya sebelum ke makam. Aku cukup yakin tak ada seorangpun yang mengikuti kami, tapi aku merasa ngeri saat membayangkan ada seseorang melihat kami memasuki tempat persembunyian itu.
Kami berjalan dengan langkah panjang dan cepat. Kami sampai di mansion setelah melewati sungai berarus cukup deras dan aku baru menyadari betisku berkedut saat kami sampai di depan pintu mansion.
Saat Astro membuka pintu, aku mendengar suara Teana sedang berdebat dengan Axelle yang sepertinya berasal dari arah dapur. Aku dan Astro saling bertatapan dan berjalan menuju sumber suara setelah menutup pintu.
"Harusnya kamu simpen baik-baik." ujar Axelle dengan intonasi suara cepat yang terdengar jelas saat kami memasuki dapur.
"Tadi aku tempel di tembok, Axe! Aku ga mungkin salah. Aku tempel di sini nih!" ujar Teana sambil menghampiri kitchen set dan menunjuk ke salah satu sisi dinding.
"Ya harusnya jangan kamu tinggalin keliaran dong! Tuh buktinya ga ada!"
"Rrghh aku cuma ke kamar sebentar, Axe! Ga lebih dari sepuluh menit! Pasti ada yang ngambil. Kan kita tinggal nanya aja, pasti ada yang liat."
"Apa yang ilang?" aku bertanya sambil menatap Teana dan Axelle bergantian sambil mengajak Astro berjalan mendekati mereka.
"Faza." tiba-tiba saja Teana menghampiriku dan memelukku. "Sorry semalem ga sempet ketemu. Aku masih di luar ketemu temenku yang mau berangkat bareng aku ke pertemuan pianis. Waktu aku pulang kamu udah tidur."
Aku tersenyum mendengarnya. Setidaknya Teana memiliki alibi kenapa dia tak ada di mansion saat kami sampai semalam.
"It's okay. Kalian lagi nyari apa?" aku bertanya sambil menatap Axelle.
"Resep soufflé (cake pencuci mulut yang memiliki rasa manis dan gurih dengan sensasi lembut saat memakannya)." ujar Teana sambil memutar bola matanya pertanda kesal.
"Kalian mau bikin soufflé?" Astro bertanya dengan tatapan tak percaya.
"Aku dapet resep hasil ngehack komputer Evrard. Sekarang malah diilangin." ujar Axelle sambil menggerutu.
"Evrard?" aku bertanya.
"Chef yang lagi naik daun di Perancis, katanya." ujar Teana dengan nada kesal yang jelas sekali.
"Bukannya kamu tinggal print ulang aja resepnya?" Astro bertanya pada Axelle.
"Aku tulis resepnya bukan aku print." ujar Axelle.
"Kalau gitu tinggal hack ulang aja bisa kan." ujarku.
Axelle menatapku dalam diam, tapi Teana memekik girang dan memelukku erat.
"Faza bener! Tinggal hack lagi aja kan beres. Hahaha ..." ujar Teana setelah melepaskan pekukannya padaku.
Aku dan Astro saling bertatapan dan tersenyum. Kedua saudara kembar ini bertengkar hanya karena sebuah resep yang didapatkan Axelle dengan cara ilegal. Walau harus kuakui aku senang melihat keduanya lebih sering berinteraksi dengan membuat kue bersama.
Ray menepuk bahu Astro dari belakang, "Kirain belum bangun, Boss."
Astro menoleh padanya dan memberinya senyum menggodanya yang biasa, "Aku udah bangun pagi buta. Ga kayak kalian bangun tidur siang terus kayak kebo."
Aku hampir saja tertawa, tapi aku menahannya dengan menutup mulut dengan tangan. Melihat tingkah saudara sepupu ini mengingatkanku dengan kedua adikku, Fara dan Danar.
"Kamu harus cukur rambut sebelum ketemu Milla. Bikin kesan yang bagus kalau mau kencan." ujar Astro sambil menatap rambut Ray yang tumbuh hampir sepanjang bahu.
"Model rambut ini lagi 'in' tau." ujar Ray dengan senyum lebar.
Astro hanya menatap Ray dengan tatapan sebal.
"Milla?" aku bertanya.
"Perempuan pilihan mama." ujar Ray sambil mendorong tubuh kami dan mengajak kami duduk di meja makan. Ray menyodorkan selembar kertas ke atas meja. "Nih resepnya, tadi aku pinjem."
Axelle yang sejak tadi berdiri mematung menghampiri meja dan mengambil lembaran kertas itu. Dia menelitinya dengan baik sebelum menatap Ray dengan tatapan kesal, "Lain kali bilang-bilang dong. Aku cariin ke mana-mana."
Ray tersenyum lebar sekali, "Sorry, abis tadi ga ada orang di dapur. Aku mau ijin ke siapa?"
Axelle menatap Teana dengan tatapan tajam, tapi tak mengatakan apapun dan ikut duduk di meja makan bersama kami. Namun Teana mengambil lembaran resep dari tangan Axelle.
"Katanya mau bikin kue. Ayo." ujar Teana.
"Udah ga mood. Lain kali aja." ujar Axelle.
Teana menatap Axelle seolah akan sanggup menelannya hidup-hidup dan menarik lengan Axelle hingga berdiri, "Jangan ngambek terus. Aku ga punya waktu bikin kue lagi seminggu ke depan. Aku harus latihan buat opening pertemuan antar pianis."
Axelle mengikuti Teana dengan enggan.
"Ayo, aku bantuin." ujar Ray yang ikut bangkit.
Astro menatapku dengan tatapan tajam saat aku berniat mengikuti mereka, "Kamu ga usah ikut-ikutan. Harusnya kamu masih istirahat, kamu tau?"
=======
Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : iamno
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..
Regards,
-nou-