Iseng
Iseng
"Aku pernah bilang aku akan lepasin dia kalau emang dia minta putus. Aku ... ga mutusin dia karena ... Petra emang ga minta lepas dari aku. Aku minta maaf udah bikin kalian khawatir. Aku tau aku bodoh banget. Aku kangen kalian. Aku pengen peluk. Aku pengen kita nginep bareng lagi, tapi ... pasti ga bisa kan?"
Air mataku meleleh mendengar voice note yang dikirimkan Denada ke grup lavender kami. Suaranya bergetar, mungkin Denada sedang menangis saat mengatakannya.
"Faza udah jadi istri Astro. Astro pasti ga akan ngijinin." ujar Denada dengan isak tangis dan tawa bersamaan. "Tapi kalau bisa, aku mau banget. Nanti kita nonton film horor lagi. Kita buka salon dadakan. Kita juga bisa bikin kue bareng. Kalau bisa ..."
Aku menghela napas panjang. Bulir air yang terasa panas masih mengalir di pipiku. Aku bahkan tak berusaha untuk mengelapnya.
Aku memang sudah menduga aku akan kesulitan berkumpul dengan sahabatku jika aku sudah menikah. Aku hanya tak menyangka akan terasa seberat ini. Terlebih, saat sahabatku memiliki masalah dan aku tak bisa segera menemuinya. karena harus menyesuaikan jadwalku dengan Astro. Denada benar, Astro tak akan membiarkanku pegi seorang diri.
Selama beberapa hari ini aku memang tidak mengganggu Denada dengan mengiriminya pesan atau meneleponnya. Ibu yang memintaku untuk melakukan itu setelah aku menceritakan apa yang terjadi saat aku dan Astro ke rumah Denada. Ibu berkata akan lebih baik jika kami memberi Denada waktu untuk beristirahat dan berpikir.
"Kamu kenapa?"
Aku mengelap pipiku dengan terburu-buru saat mendengar suara Astro sebelum menoleh padanya. Namun dia sudah sampai di sebelahku dan duduk di tepi tempat tidur, sedang menatapku dengan tatapan khawatir.
Aku menggeleng, "Ga pa-pa. Denada ngirim voice note ke grup. Kamu udah selesai?"
Astro menggeleng sambil mengelap ujung mataku, "Kenapa kamu bangun? Harusnya kamu masih tidur sekarang."
Aku melirik jam di sudut layar handphone, pukul 00.42. Aku memang terbangun karena sudah terbiasa terbangun di jam ini untuk bekerja. Sepertinya menghilangkan kebiasaan yang sudah terbentuk beberapa tahun tak semudah membalikkan telapak tangan.
Aku baru menyadari Astro lah yang menggendongku karena aku tertidur saat menemaninya bekerja., "Kamu butuh sesuatu?"
"Perasanku ga enak makanya aku ngecek kamu ke kamar. Bener kamu ga pa-pa?"
Aku mengangguk dan mencoba tersenyum, "Aku cuma ... terharu. Aku ga pa-pa kok."
"Tunggu sebentar. Aku ambil laptop dulu." ujarnya sambil bangkit.
Aku menahan lengannya dan menggeleng, "Aku ikut ke studio aja. Aku ga kerja kok, cuma mau nemenin kamu."
Astro terdiam selama beberapa lama sebelum mengangguk, lalu mengamit tanganku dan menggenggamnya. Kami ke studio bersama dalam diam.
Aku merebahkan tubuh di sofa dan meletakkan kepala di pangkuannya setelah dia duduk. Aku akan berusaha diam selama mungkin agar tak mengganggunya bekerja. Sebetulnya aku bisa saja membiarkannya menemaniku di kamar, aku hanya merasa bosan di sana. Kupikir menemani Astro di studio mungkin akan terasa lebih baik.
Aku baru saja akan menyalakan handphone di tanganku, tapi Astro mengamitnya dan memberiku tatapan tajam. Dia menaruh handphoneku di meja yang jauh dari jangkauanku.
Aku memberinya tatapan sebal. Aku hampir saja berkata dia pelit, tapi aku membatalkannya. Aku tak ingin membuatnya bertingkah sekarang.
Aku menggeser tubuhku dan membenamkan wajah di perutnya sambil memeluknya. Aroma dan suhu tubuhnya hangat, terasa seperti memeluk beruang. Beruang yang akan menyeramkan jika sedang diganggu, tapi menyayangi keluarganya.
Aku menatapnya dalam diam. Dia sedang serius sekali menatap layar laptopnya. Aku tersenyum saat dia menatapku.
"Kenapa?" Astro bertanya.
"Suamiku ganteng."
Astro menatapku tak percaya. Namun berubah lebih lembut dalam sedetik waktu yang terlewat, "Lagi mikir apa kamu?"
Aku terdiam mendengarnya. Entah kenapa, ini terasa berbeda.
"Ga mau cerita?" dia bertanya, yang membuat lamunanku buyar seketika.
"Kamu serius ya?"
"Apanya?"
"Ga iseng lagi?"
Astro tertawa dan menyentil dahiku pelan, "Kamu lebih suka aku iseng?"
Aku mengerjapkan mataku beberapa kali dan menatapnya lekat. Entah bagaimana aku harus menjawabnya, tapi ini memang terasa berbeda.
Astro mengelus puncak kepalaku dengan lembut, "We are getting older (Kita tambah tua), Honey. Aku ga mau main-main lagi, tapi ... keisenganku bisa aja kambuh kapan-kapan kalau kamu keliatan butuh diisengin."
Aku mengangguk. Sial ... kenapa aku mengangguk? Aku bahkan masih belum yakin dengan apa yang kurasakan. Dan apa pula maksudnya jika aku membutuhkannya?
Astro tersenyum tipis padaku sebelum mengalihkan tatapannya kembali ke laptop. Dia terlihat fokus sekali. Mungkin memang akan lebih baik jika aku tak berada di sini atau aku akan mengganggunya lagi.
Aku bangkit, "Mau susu?"
Astro mengangguk dan memperhatikanku berjalan keluar dari studio. Aku tahu dia akan kembali bekerja setelah aku menghilang dari pandangannya.
Aku berjalan dengan langkah yang lambat sambil mengedarkan pandanganku ke sekeliling rumah. Entah sudah berapa kali aku melakukan hal ini hanya untuk menghilangkan rasa bosan. Ini terasa lucu, karena aku merasakan sesuatu yang terasa sepi di sudut hatiku.
Jika saja Fara dan Danar masih ada. Mungkin aku akan membiarkan mereka berkeliaran di rumah ini. Mungkin Fara sedang sibuk membuat kliping sesuatu yang akan dicarinya karena dia selalu tergila-gila menemukan sesuatu yang tak pernah masuk akal untukku. Mungkin juga, Danar sedang tertidur di atap karena dia lebih suka tidur di udara terbuka. Aku mengingat Bunda yang selalu kesulitan membuat Danar tertidur di kamarnya, tapi Danar akan tertidur pulas di teras kapanpun.
Aku menatap lukisan buatan Gerard selama beberapa lama. Sayang sekali kami tak bisa bertemu dalam waktu dekat. Aku bisa membayangkan betapa canggung dan akan terasa menyenangkan jika kami bisa berbincang kembali.
Aku melanjutkan langkah kakiku ke dapur sambil menghitung setiap langkah yang kulewati. Saat aku membuka pintu kulkas untuk mengambil susu, tiba-tiba aku teringat sensasi hampir tenggelam saat berada di ruang bawah tanah mansion.
Aku terdiam. Aku menatap buah persik di dalam kulkas tapi pikiranku melayang. Bagaimana jika ...
Tak mungkin, bukan?
Aku menarik napas dan menghembuskannya perlahan, lalu memindahkan susu dingin ke dua gelas dan membawanya ke studio.
Aku baru saja duduk dan meletakkan gelas ke meja saat Astro mematikan laptopnya, "Kamu udahan?"
Astro mengambil satu gelas dan meneguk isinya sambil mengangguk, "Aku bisa ngerjain sisanya besok. Kamu harus istirahat. Kamu ga akan tidur lagi kalau aku ga nemenin kan?"
Aku terdiam. Ini benar-benar terasa berbeda. Aku tak mengharapkan dia berubah hingga terasa seperti orang lain. Setidaknya, tidak secepat ini. Kami sudah membahas kemungkinan kami berubah dan merubah yang lainnya dalam proses kehidupan kami, tapi ... perubahan sikapnya kali ini benar-benar membuatku berpikir lebih dalam.
"Kamu ..." aku berusaha mengutarakan apa yang ada di dalam pikiranku, tapi aku membatalkannya. Ada sesuatu yang lebih mengganjal pikiranku. "Aku ... baru aja mikir. Gimana kalau ... kecelakaan jembatan waktu itu bukan kecelakaan?"
Pupil mata Astro yang sedang menatapku berubah lebih lebar, "Kamu punya dugaan?"
Aku menatapnya dalam diam sebelum bicara, "Om Neil? Aku ga yakin apa dugaanku bener. Buat apa dia gangguin keluargaku? Opa emang pernah serumah sama Kakek Arya, tapi ..."
Astro mengamit handphonenya yang tergeletak di meja dan bekutat dengannya sesaat. Aku tahu dia sedang berusaha menelepon Kyle karena terlihat nama Kyle di layar handphonenya.
"Bisa ke sini sekarang?" Astro bertanya.
Entah apa yang Kyle katakan, tapi Astro mematikan sambungan teleponnya dan menatapku penuh perhitungan.
=======
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : iamno
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..
Regards,
-nou-