Ride Me (21+)
Ride Me (21+)
DI BAWAH 21 DILARANG MASUK SINIH!!
Dedek pliss menyingkir dulu yaa..
***
Astro menyandarkan tubuhnya di meja dan menatapku yang baru saja menghabiskan minuman penambah stamina yang dia buat. Senyum di bibirnya membuatnya terlihat tampan sekali.
"Jangan liatin aku begitu." ujarku sambil bangkit untuk meletakkan gelas kotor wastafel dan mencucinya.
Sebetulnya jantungku berdetak sangat kencang sejak dia mengecup bibirku sebelum kami menuruni tangga. Aku hanya berusaha menyembunyikannya.
Astro memelukku dari belakang dan mengecup tengkukku sambil berbisik, "Aku kerja sebentar ya. Kamu bisa nemenin aku di studio atau tunggu aku di kamar, tapi jangan tidur. Setengah jam lagi kerjaanku selesai."
Aku hanya menggumam sambil mengelap tanganku, lalu berbalik untuk mengecup bibirnya dan tersenyum manis.
Astro mengamit tanganku dan menggenggamnya, lalu mengajakku kembali ke lantai dua. Aku cukup lega karena dia tak meminum minuman penambah stamina juga atau aku mungkin tak akan sanggup menemaninya.
Aku mengambil handphone di meja saat Astro kembali duduk di sofa, "Aku ke kamar ya. Mau ganti baju."
Astro hanya menggumam sambil menggigit sedikit ujung bibirnya. Semoga dia tak tahu sekencang apa detakan jantungku sekarang.
Aku segera berlalu dari pandangannya dan menyandarkan punggungku di dinding kamar kami. Kurasa aku harus berusaha mengendalikan diriku lebih dulu. Ini memang bukan pertama kalinya bagiku, tapi entah kenapa sekarang aku merasa gugup.
Aku mengatur alarm pukul 03.30 hanya untuk berjaga-jaga andai aku memang harus menemaninya sampai pagi. Kami berdua tak boleh terlalu lelah atau kami tak akan sanggup melakukan apapun besok, lalu aku meletakkannya di meja kecil di samping tempat tidur.
Aku menghampiri lemari dan menatap pantulan diriku sendiri di cermin, dengan celana panjang dan kaos yang melekat di tubuhku. Aku menyentuh perutku dan mengelusnya. Jika benar aku mengandung, kami harus bercinta dengan lembut, bukan?
Kenapa bulu halusku meremang hanya dengan membayangkannya?
Aku mengerjapkan mataku beberapa kali dan membuka lemari. Aku mengambil satu lingerie berwarna maroon yang paling sexy yang kumiliki, lingerie yang tak pernah kupakai karena aku terlalu malu.
Aku berjalan menuju kamar mandi dan menatap lingerie di tanganku ragu-ragu. Jantungku berdetak kencang sekali. Aku tak tahu apakah aku terlalu bersemangat atau terlalu gugup karena terasa seperti tak ada bedanya.
Aku mengambil napas dan menghembuskannya perlahan, lalu mengganti pakaianku. Aku memperhatikan tubuhku sendiri di pantulan cermin dekat wastafel. Lingerie ini sexy sekali. Aku terkejut melihat diriku sendiri memakainya, terasa seperti bukan aku.
Aku baru saja keluar dari kamar mandi dan membuka lemari untuk mengganti lengerie yang kupakai dengan lingerie lain yang tak terlalu sexy. Namun aku bisa melihat dari sudut mataku, Astro sedang terpaku menatapku tepat di depan pintu. Sial ... aku tak sanggup menoleh untuk menatapnya.
Astro menghampiriku dengan langkah yang cepat dan mantap. Setiap langkahnya membuat degup jantungku berdetak semakin kencang. Dia mengamit pinggangku dan mengarahkan tubuhku untuk menghadap ke arahnya. Dia menatapku dari ujung kepala hingga ujung kakiku, dan yang bisa kulakukan hanya menunduk karena terlalu malu.
Ahh seharusnya aku tak memilih lingerie ini sesaat lalu....
Astro mengamit daguku dan mendongkakkan wajahku untuk menatapnya. Ada senyum tipis dan tatapan penuh cinta di matanya. Astaga ... kenapa hatiku bergetar hanya dengan melihatnya menatapku?
Astro menarikku mendekat padanya, "Kerjaanku udah selesai."
Aku hanya mampu menatapnya dan mengangguk dalam diam. Aku tahu dia akan memastikan pekerjaannya selesai lebih cepat saat aku berusaha mengendalikan diri.
Astro mengelus bibirku perlahan dengan satu tangannya yang lain mulai merayapi punggungku, "Aku ga akan kasar. Aku ga mau bayiku atau kamu sakit. Kamu bisa bilang kalau kamu capek. Kamu ga perlu maksain diri."
Entah kenapa aku tersenyum. Kalimatnya membuatku terharu walau kami sama-sama tahu bahwa bayi di rahimku belum jelas keberadaannya. Terlebih, aku menghargainya karena mengingat ucapanku padanya untuk memberiku waktu beristirahat.
Astro mengamit tengkukku dan mengecup bibirku, menjalar ke kedua pipiku, kedua mataku, dahiku, dan puncak kepalaku. Lalu mengangkat tubuhku dan merebahkannya perlahan di atas tempat tidur.
"Pelan-pelan, okay?" ujarku saat melihatnya melepas celana hingga telanjang dan mulai merayap menaiki tubuhku.
Astro hanya menggumam sambil meraih tengkukku dan mencumbu bibirku perlahan hingga suhu tubuh kami menjadi jauh lebih hangat. Kecupannya berpindah ke tengkuk, leher dan bahuku. Tubuhku begitu patuh padanya hanya dengan cumbuan dan kecupannya yang tanpa suara.
Aah laki-laki benar-benar pandai merayu....
Astro menatapku lekat saat merayap turun dan menurunkan tali lingerie di bahuku, "Kangen aku kan? Badan kamu ga bisa bohong, kamu tau?"
Aku hanya sanggup mengangguk dan menggigit sedikit bibir bawahku. Jantungku berdetak kencang sekali. Iramanya tak bisa lagi kukenali.
Astro merayap naik dan mencumbu bibirku kembali. Kali ini penuh hasrat. Seakan bibirku akan mampu membuatnya merasa puas. Dia melepasnya berkali-kali hanya untuk menarik napas sambil menjelajahi tubuhku dengan sebelah tangannya.
Sebuah erangan pelan lolos dari bibirku saat Astro menjamah dadaku. Entah bagaimana tiba-tiba saja aku sudah berada di pangkuannya, menghadap ke arahnya. Wajahnya begitu merah sekarang. Kurasa aku pun sama.
Aku meraih tengkuknya dan membiarkan bibirnya menjelajahi dadaku yang hampir telanjang, "Rrghh pelan-pelan."
Astro mendongkak untuk menatapku, "Kamu jahat, kamu tau?"
Bagaimana aku harus menjawabnya?
Hangat tubuhnya menjalari tubuhku. Kepalaku mulai terasa berat dan berputar, tapi aku menginginkannya seperti dia menginginkanku.
"I'm sorry." hanya itu yang sanggup kukatakan.
Aku tahu memang begitu tega padanya. Aku bahkan akan memastikan aku tak akan memberinya hukuman ini lagi. Hukuman itu juga menghukumku walau aku berusaha untuk tidak mengakuinya.
Aku mengelus rambutnya perlahan saat dia berusaha menelanjangiku. Aku melihatnya dengan jelas. Dia benar-benar merindukanku.
"Aku temenin kamu sampai pagi, atau ... sampai tenagaku ... abis." ujarku terbata-bata karena dia mulai menjamah milikku.
"Kita liat seberapa kuat kamu nemenin aku nanti." ujarnya sambil menyapu tengkukku dengan bibirnya.
Aku hanya sanggup mengerang tertahan dan meremas rambutnya saat miliknya berusaha memasukiku. Kedua tangannya berada di bokongku untuk menopang tubuhku.
"Ride me, Honey." bisiknya dengan suara yang berat dan lambat. "I'll help."
Aku meraih tengkuknya dan mencumbu bibirnya perlahan, lalu mulai menggerakkan tubuhku.
Aah bukan....
Kami mulai bergerak untuk memuaskan hasrat kami. Kami sudah melakukannya berkali-kali sebelum ini. Kami tahu apa yang bisa membuat kami saling melepas hasrat dengan baik. Bahkan kami bisa melepasnya bersamaan karena kami saling menunggu yang lain.
Namun ... astaga ... laki-laki ini benar-benar sexy.
=======
Kekepin pasangan masing-masing.. Jangan yang laiiinn..
Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : iamno
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..
Regards,
-nou-