Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Miom



Miom

0Tubuhku terasa lemas hingga jatuh terduduk di lantai, dengan air mata masih terus meleleh. Aku tak tahu harus merasa senang atau sedih. Atau bagaimana harus bersikap.     

Apa yang harus kulakukan sekarang? Beban di dadaku pergi dan berganti dengan beban baru yang terasa lebih berat. Apa yang harus kukatakan pada Astro?     

Aku mengeluarkan handphone dan menatap layar gelap. Haruskah aku meneleponnya? Atau aku cukup memberinya pesan? Atau aku harus menunggu sampai aku menjemputnya di kampus?     

Pikiranku terasa kosong. Benar-benar kosong.     

Aku menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan, berkali-kali. Lalu memaksa tubuhku bangkit untuk membasuh wajah dan mengeringkannya dengan handuk.     

Menatapi hasil test pack yang tergeletak di atas wastafel membuat hatiku terasa gelisah. Negatif, adalah hasil yang kuinginkan. Namun terbayang wajah kecewa Astro saat aku memberitahukan hasilnya padanya nanti. Kurasa aku bahkan tak akan sanggup menatapnya jika saat itu tiba.     

Aku membuang hasil test pack ke tempat sampah di bawah wastafel, lalu melangkahkan kaki keluar kamar mandi sambil menghela napas dengan keras. Aku menatap jam di dinding kamar, pukul 10.03.      

Masih berjam-jam lagi sebelum aku menjemput Astro. Kurasa aku akan memberitahukan padanya secara langsung saja. Aku akan menerima kekecewaannya.     

Reagan Baratha Adiwiyata.     

Entah kenapa hatiku sekarang terasa lebih ringan saat mengingat nama yang Astro pilih untuk calon bayinya. Mungkin ... beberapa tahun lagi, nama itu bukanlah sekadar nama.     

Aku melangkah melewati lemari dan keluar di kamar workshop. Ku mengambil laptop dan beberapa berkas yang sudah kucetak semalam, lalu keluar kamar dan menguncinya.      

"Aku ke atap ya." ujarku pada Putri.     

Putri mengangguk dengan tatapan terlihat khawatir, "Mau teh?"     

"Boleh. Tolong ya." ujarku sambil berjalan menjauh.     

Putri hanya mengangguk dan beranjak menuruni tangga.     

Perutku masih terasa nyeri. Apakah aku terlalu stress hingga membuat perutku terasa nyeri seperti ini?      

Hari ini memang seharusnya menjadi hari pertama aku menstruasi menurut jadwal menstruasiku yang biasa. Namun rasa nyeri ini sedikit mengganggu.      

Perlukah aku meminum sesuatu untuk menghilangkan rasa nyerinya? Mungkin aku akan membeli obat pereda nyeri saat berbelanja dengan Asto nanti.     

Aku menghempaskan tubuh di kursi panjang di atap, lalu meletakkan laptop dan berkasku di atas meja. Aku menghela napas sebelum menyalakan laptop dan wifiku. Aku berharap waktu akan cepat berlalu jika aku mulai bekerja.     

Aku sedang menonton video salah satu desain gelang mutiara dari akun youtube asal Swiss saat Putri datang dan meletakkan segelas teh di meja. Putri terlihat ragu-ragu, tapi sepertinya dia membatalkan apapun yang ingin dikatakannya sedetik lalu.     

"Ngomong aja. Kenapa?"     

"Kamu harus ke dokter." ujarnya ragu-ragu.     

Aku tersenyum. Aku menekan tompol jeda di video yang sedang kutonton dan menepuk kursi di sebelahku untuk memintanya duduk. Putri menurutinya.     

"Kamu keliatan kayak orang sakit dari kemarin. Kalau kamu kecapekan abis pulang dari rumah opa, kamu ga perlu kerja dulu. Aku bisa nemenin anak-anak di sini sendiri. Kalau ada apa-apa aku bisa telpon. Mereka kan profesional jadi aku ga perlu ngajarin apa-apa. Aku cuma ngawasin aja."     

"I'll think about it (Nanti kupikirin ya). Makasih tehnya."     

Putri mengangguk, "Kamu bener-bener harus istirahat. Jangan kerja terus. Nanti cepet tua."     

Aku tertawa.      

Astaga ... ini adalah tawaku yang pertama hari ini. Dan yang kutertawai adalah bagaimana jika aku menjadi cepat tua hanya karena terlalu keras bekerja.     

"Hahaha.... nanti aku sama Astro jadi kakek nenek muda kalau kita bisa cepet tua karena kerja terus."     

"Iih anak ini. Aku ngomong serius."     

"Iya iya. Hahaha ... udah balik kerja sana. Duh perutku tambah sakit gara-gara ketawa. Hahahaha ..."     

"Perut kamu sakit?" Putri bertanya dengan tatapan terkejut.     

Aku mengangguk sambil mencoba menghentikan tawaku, "Ga tau. Dari kemarin agak nyeri."     

"Kamu lagi 'dapet'?"     

Aku mengangguk, "Baru aja."     

Putri terlihat berpikir sesaat, "Coba ke dokter. Aku bukan mau nakutin sih, tapi ... temenku ada yang punya miom. Dia selalu nyeri kalau lagi 'dapet'. Lagian setauku kamu ga pernah nyeri gini kan kalau lagi 'dapet'?"     

Aah begitukah?     

"Mm ... nanti aku coba ke sana deh."     

Mungkin memang akan lebih baik jika aku memeriksakan diri ke dokter kandungan lagi. Aku tak tahu apakah test pack yang kupakai memang tidak berfungsi dengan baik, tapi ada sedikit kekhawatiran aku memang keguguran bayiku. Entah kenapa rasanya jantungku seperti berhenti berdetak.     

"Aku turun ya." ujar Putri.     

Aku hanya mengangguk.     

"Tehnya diminum mumpung masih anget."     

"Iya."     

Putri memberi tatapan sebal padaku, tapi beranjak dan menghilang di tangga. Aku harus bersyukur karena memilikinya. Dia selalu perhatian padaku. Dia bahkan lebih terasa seperti kakak bagiku dibanding partner kerja.     

Aku meneguk teh yang baru saja diletakkan Putri di meja dan meletakkannya kembali. Entah kenapa tubuhku terasa lebih baik. Mungkin aku hanya membutuhkan minuman hangat untuk membuatku merasa nyaman.     

Rasa nyeri di perutku masih terasa, membuatku berselancar di mesin peramban di laptop untuk mencari tahu penyebab nyeri saat menstruasi. Putri benar. Miom bisa menjadi salah satu penyebab nyeri. Juga ada berbagai penyebab lainnya dari penyakit yang ringan hingga berat. Dan aku baru tahu nyeri saat menstruasi ternyata disebut dismenore.     

Aku mendapatkan informasi aku bisa menggunakan obat yang mengandung ibuprofen untuk meredakan nyeri. Namun juga ada artikel yang menyebutkan nyeri saat menstruasi akan menghilang dengan sendirinya.     

Aku menutup semua bar pencarianku dan melanjutkan menonton video di youtube. Kurasa akan lebih baik jika aku memeriksakan diriku ke dokter kandungan saja. Setidaknya aku akan merasa lebih yakin dari pada harus menduga-duga.     

Handphoneku bergetar, ada telepon dari Kyle. Aku menerimanya.     

"Siang, Nona. Kyle sekarang di klinik setelah nemenin nona Denada ketemu Petra di restoran. Nona Denada pingsan, jadi Kyle bawa ke sini."     

"Hah?" hanya itu yang bisa terlontar dari mulutku karena aku begitu terkejut.     

"Nona Denada ngamuk di depan Petra sama tunangannya. Nona Denada masih keliatan baik-baik aja sebelum kita balik ke hotel. Bahkan bisa jalan sendiri ke mobil, tapi tiba-tiba pingsan beberapa langkah sebelum masuk. Dokter bilang nona Denada pingsan karena capek dan terlalu emosi."     

Otakku terasa berhenti berfungsi.     

"Kyle belum ngabarin keluarga nona Denada. Kyle ga mau bikin mereka panik, tapi Kyle harus ngabarin Nona."     

Kepalaku terasa berdenyut dan nyeri di perutku terasa semakin intens. Kurasa aku harus menenangkan diriku lebih dulu, maka aku menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan.     

Aah begini terasa lebih baik....     

"Petra bilang sesuatu yang bikin Denada emosi?"     

"Bukan Petra, tapi tunangannya, Tiffany. Tiffany bilang mereka mau nikah akhir tahun ini. Tiba-tiba nona Denada narik kain di meja makan, numpahin semua makanan dan teriak-teriak. Petra hampir meluk nona Denada, tapi nona Denada ga bisa dikendaliin, dan ... nona Denada sempet berantem sama Tiffany. Kyle coba lerai dibantu staf restoran. Setelah itu Kyle bawa nona Denada pergi."     

Aku bisa membayangkan apa yang terjadi. Astaga ... apa yang harus kulakukan sekarang? Haruskah aku menelepon mama Denada? Namum Kyle sudah menahan diri untuk tidak memberitahukannya pada mama Denada karena khawatir akan memperburuk keadaan.     

"Kamu punya rencana?"     

"Kyle harus nunggu nona Denada sadar. Nanti Kyle kabarin. Kalau nona Denada mau minta pulang, Kyle bisa langsung pesen tiket."     

"Kabarin aku kalau Denada bangun. Aku mau ngomong."     

"Baik. Nona udah terima laporan hasil sidang hari ini?"     

"Belum. Rommy nanti kirim hasilnya ke Astro. Kenapa?"     

"Ga pa-pa. Nona harus selalu hati-hati. Kalau Kyle bisa pulang cepet, Kyle langsung ke Surabaya."     

"Ga usah, Kyle. Cuti kamu masih ada beberapa hari. Kamu harus istrahat."     

Kyle terdiam walau aku bisa membayangkan ada senyum menawan di bibirnya sekarang, "Nona yang harusnya istirahat. Nona terlalu banyak kerja."     

Sial ... sudah dua kali aku diingatkan untuk beristirahat karena terlalu banyak menghabiskan waktu untuk bekerja. Pertama oleh Putri dan sekarang oleh Kyle.     

"Nona masih muda. Harus bersenang-senang sedikit lebih banyak. Nona akan kehilangan banyak waktu saat Nona punya anak nanti."     

=======     

Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : iamno     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.