Nakal
Nakal
Kepalaku berdenyut mengganggu saat tiba-tiba mengingat ekspresi Astro sepanjang perjalanan pulang kami. Dia bahkan membatalkan sesi bercinta yang dia minta saat di rumah opa dan terlihat berpikir serius sekali sepanjang malam.
Kami memang tak bertanya apakah opa mendapatkan berita tentang apa yang kami lakukan di lapangan basket. Karena jika kami bertanya, kami akan mengakui apa yang kami lakukan. Namun kami memang berpikir dalam tentang apa yang opa maksudkan.
Kami tahu kami memang berkali-kali mengumbar kemesraan di area publik. Hingga kami tak tahu berita mana yang sampai pada opa dan oma atau siapa yang memberitahukannya.
Mungkin yang dipikirkan Astro sepanjang malam adalah siapa yang memberitahu opa dan oma. Namun sebetulnya yang lebih menyita pikiranku adalah sebetulnya kami beruntung ayah tidak mendapatkan berita yang sama seperti yang opa dan oma dapatkan. Atau Astro pasti akan mendapatkan masalah baru.
"Kamu sakit?" Putri bertanya padaku sambil menaruh segelas teh hangat di meja di bawah kanopi transparan di atas atap.
Aku memutuskan akan menghabiskan waktu di sini karena aku merasa lebih leluasa. Aku hanya perlu menjaga nada suaraku tetap rendah, tapi cukup jelas untuk didengar karena tak ingin ada seorang pun mendengar pembicaraanku dengan siapapun.
Aku menggeleng, "Ga kok, cuma lagi mikir. Thank you tehnya."
Putri mengangguk, "Panggil aku kalau kamu butuh sesuatu ya. Aku di bawah nemenin anak-anak."
"Sebentar. Kamu udah cek website?"
"Belum. Kenapa?"
"Kemarin katanya Teana mau order, coba kamu liat ya. Kamu udah tau selera Teana. Tolong bantu dia dapetin desain yang dia mau. Kalau belum nemu desain yang dia mau sampai siang nanti, kamu ke sini aja. Aku mau di sini seharian."
"Okay. Aku turun ya."
Aku mengangguk dan memperhatikannya menghilang di tangga, lalu mengalihkan tatapan pada layar laptop yang sudah menyala sejak tadi. Seharusnya aku sedang mengerjakan desain untuk mama Xavier, tapi otakku terasa berhenti berfungsi.
Aku melirik jam di sudut laptop, pukul 09.42. Hari masih pagi dan yang ada di otakku adalah betapa waktu terasa lama sekali bergerak. Yang lebih mengherankan adalah entah kenapa rasanya hari ini aku malas sekali untuk mengerjakan apapun.
Aku menghela napas, lalu memasang earphone di laptop dan menyalakan list musik. Mungkin suasana hatiku akan membaik jika aku mendengarkan beberapa lagu. Lagu yang sedang kudengar adalah lagu berjudul Used to Be yang dinyanyikan oleh AJ Mitchel. Aku ikut menyanyikan beberapa bait lagu untuk membantuku menaikkan suasana hatiku.
Aku memulai pekerjaanku dengan mengecek semua laporan di email. Sari sudah semakin terbiasa menggantikan pekerjaan Putri. Pak Simon dan pak Bruce memberikan laporan yang sempurna seperti biasanya.
Zen tidak menghubungiku. Mungkin karena memang tak ada masalah apapun dengan desain meubeul Donny. Atau mungkin sedang membutuhkan waktu untuk tidak bercakap denganku sementara waktu.
Aku mulai menggoreskan pensil ke lembaran kertas dan membuat beberapa alternatif desain untuk mama Xavier. Lalu mengambil foto menggunakan handphone dan mengirimkannya pada Xavier.
Aku : Kamu suka yang mana?
Aku meletakkan handphone kembali ke meja karena Xavier sedang tidak online. Namun handphoneku begetar tepat saat aku meletakkannya, maka aku mengambilnya kembali. Ada pesan dari Kyle.
Kyle : Sebentar lagi Kyle take off, Nona. Nanti Kyle kabari lagi kalau Kyle punya informasi
Aku : Okay, Kyle. Tolong jaga Denada ya
Kyle : Siap, Nona
Aku baru menyadari kak Liana belum membalas pesanku saat aku melihat namanya di aplikasi pesan. Entah bagaimana, tapi aku mendapatkan firasat kak Liana tahu aku mencium Astro di depan Zen dan mamanya.
Aku merasa lega dan bersalah di saat yang sama. Aku tahu akan lebih baik jika keluarga Zen melepasku, tapi aku benar-benar tak ingin mereka mendapatkan kesan buruk dariku. Sayangnya segalanya sudah terjadi. Aku tak bisa memutar balik waktu.
Handphone di tanganku bergetar. Ada pesan dari Xavier.
Xavier : Aku tanya Mama dulu
Aku : Okay
Xavier : Kamu udah kasih tau Denada soal Petra?
Xavier : Kalau kamu ga kasih tau Denada minggu ini aku yang akan kasih tau
Aku : Aku masih punya waktu lima hari kan
Xavier : Aku tunggu kabar dari kamu
Tiba-tiba kepalaku mulai terasa berdenyut mengganggu. Tunggu sebentar....
Aku mencari kontak Kyle. Kyle sudah offline, tapi aku akan tetap memberinya pesan. Kyle akan membacanya nanti.
Aku : Cari tau soal keterlibatan Xavier sama Tiffany. Kemarin Xavier bilang Tiffany sepupu jauhnya, tapi rasanya aneh
Aku menghela napas sambil melepas earphone dari telingaku, lalu menutup semua bar di laptop, mematikan wifi dan laptopku. Aku meneguk teh yang sudah dingin dan merenggangkan tubuh. Akan terasa lebih baik jika ada Astro sedang memelukku saat ini.
Aku mengambil handphone dan bangkit, lalu menghampiri tembok pembatas balkon yang mengarah ke jalan raya. Jalan raya lancar seperti biasanya di jam ini. Aku memberi Astro sebuah pesan.
Aku : Kangen
Aku tahu Astro sedang offline, maka aku tidak mengharapkannya segera membalas pesanku. Namun tiba-tiba aku menyadari, entah sejak kapan, setelah kami menikah, Astro tak langsung membalas pesanku. Sebelum menikah, dia hampir selalu membalas pesanku tepat sesaat setelah aku mengiriminya pesan.
Aku menatap layar handphone. Entah kenapa terasa sepi.
Beginikah yang dirasakan oleh orang lain yang tak memiliki pasangan? Kurasa aku tak merasa heran karena perasaan ini terasa menyebalkan. Dan kurasa aku bisa mengerti kenapa Xavier selalu merasa terganggu jika ada pasangan yang bermesraan di depannya.
Aku mengirimi Xavier sebuah pesan.
Aku : Kamu beneran suka Denada?
Aku : Maksudku beneran suka. Bukan karena ga ada pilihan lain
Xavier : Aku udah suka Denada dari pertama dia ikut pertemuan, tapi dia punya Petra
Entah kenapa terbayang olehku jika Tiffany bekerjasama dengannya untuk membuat Denada dan Petra putus. Namun aku tak mungkin bertanya langsung pada Xavier.
Aku : Kamu pasti tau Denada suka banget sama Petra
Pesanku hanya dibaca oleh Xavier.
Aku : Kalau nanti mereka putus, Denada belum tentu mau terima kamu
Lagi-lagi pesanku hanya dibaca. Aku baru saja akan memasukkan handphone ke saku, tapi handphoneku bergetar. Ada panggilan video call dari Astro.
"Sorry, Honey. Kelasku baru selesai." ujarnya yang sepertinya baru saja keluar dari ruangan kelas. "Aku ada pertemuan robotik setengah jam lagi. Kayaknya baru bisa pulang jam tiga atau lebih."
Aah....
"Jangan lupa makan siang ya."
Astro terdiam sesaat, "Jangan cemberut begitu. Aku juga kangen, tapi nanti kita bisa ketemu di rumah. Aku langsung pulang."
Aku mengangguk, tapi tak berselera untuk tersenyum.
"Anything bothering you (Ada yang ganggu pikiran kamu)?" Astro bertanya.
Aku menggeleng, "Cuma kangen."
Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Sabar ya. Tunggu aku di rumah. Aku langsung pulang abis pertemuan robotik."
"Okay."
"ASTRO!" tiba-tiba terdengar suara perempuan berteriak memanggil nama Astro.
Astro tidak menoleh. Namun raut wajahnya berubah menjadi dingin, "Nanti aku kabarin kalau aku udah selesai ya. Sorry, aku buru-buru. Aku matiin ya. I love you, Honey."
Lalu ada kelebatan sosok perempuan muncul di sebelah Astro, sepetinya perempuan itu memeluk lengannya. Namun sambungan video call kami terputus saat itu juga.
Ada sesuatu yang panas menjalari tubuhku. Jantungku berdetak kencang sekali, tubuhku terasa dipenuhi energi yang terasa berbahaya. Kurasa aku akan mampu memindahkan sebuah lemari besar dengan kedua tanganku sendiri saat ini.
Aku berlari ke meja untuk membereskan barang-barang yang kutinggalkan di atas meja. Lalu bergegas turun.
"Aku ada urusan sebentar. Kalau ada apa-apa telpon aku." ujarku pada semua orang yang menatapku dengan heran.
Aku membuka pintu kamar dan menutupnya kembali. Aku memasuki lemari menuju rumah rahasia dan meletakkan semua bawaanku di meja. Lalu mengambil kunci mobil, memakai jaket, juga memakai topi bertuliskan nama Astro yang kami beli dua tahun lalu sebelum ke Kebun Buah Mangunan.
Aku berjalan kembali melewati lemari ke arah workshop. Lalu bergerak cepat keluar kamar dan menguncinya.
"Telpon aku kalau ada apa-apa." ujarku pada Putri sebelum bergegas menuruni tangga.
"Kamu mau ke mana?" Putri bertanya.
"Ke kampus." ujarku tanpa menoleh.
=======
Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : iamno
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..
Regards,
-nou-