Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Keberatan



Keberatan

3Bukan Astro jika melepasku dengan mudah setelah berhasil merengkuhku ke dalam pelukannya. Dia memang berkata akan meminta sesi bercintanya yang tertunda satu kali, tapi yang terjadi adalah dia menghabiskan waktu denganku selama dua jam lebih dan menghabiskan empat sesi bercinta yang dia minta berturut-turut.     

Tubuhku terasa lemas sekali setelah nememaninya dan dia masih saja menjamah tubuhku tanpa terlihat lelah. Padahal aku lah yang sempat tertidur selama hampir tiga jam dan dia bahkan belum sempat beristirahat sejak bangun tidur tadi pagi.     

Aku mengelus rambutnya yang berantakan untuk menahan hasratku yang mulai naik lagi. Dia sedang menciumiku di bawah sana setelelah sesi bercinta kami yang terakhir.     

"Udah, Honey. Udah empat ... kali." ujarku sambil menjauhkan wajahnya yang mulai terlihat penuh hasrat. "Aku ga akan ... bisa kerja besok. Stop it!"     

Astro mendongkak dan tersenyum lebar sekali, "Kamu sexy banget, kamu tau? Kayaknya berat badan kamu nambah. Kamu udah coba nimbang?"     

Aku menggeleng sambil menutup bibirnya yang hampir saja melanjutkan menciumi daerah sensitifku, "Cukup, Astro. Kita belum makan. Ini udah ... malem banget."     

Raut wajah Astro berubah tiba-tiba. Tatapannya padaku terlihat lebih lembut. Dia mulai merayap naik untuk mengecup bibirku.     

"Aku laper banget." ujarku dengan tatapan memelas. Aku tahu dia tak akan tega membuatku kelaparan. Kurasa dia akan mengakhiri sesi bercinta kami sekarang.     

Astro mengecup dahiku dan menempelkan dahinya di sana, "Kita masih bisa begini sampai tua kan?"     

"Aku ga akan bisa nemenin kamu making love kalau aku mulai menopause, kamu tau?" ujarku setengah tertawa.     

"Rrggh nanti aku cari ramuan awet muda buat kamu."     

Astaga ... laki-laki ini benar-benar.     

"Hahahaha ... Udah ah. Ayo mandi. Aku laper banget. Badanku juga aneh, rasanya sakit semua." ujarku sambil tertawa.     

Astro menatapku dengan tatapan sendu sambil mengecup dahiku dan menggeser tubuhnya turun, "Aku isi bath tub dulu."     

Aku menahan lengannya, "Pakai shower aja. Tolong cariin kursi buat aku duduk. Badanku lemes banget."     

Astro terlihat berpikir sesaat sebelum mengangguk. Dia menarik selimut untuk menutup tubuhku, menyambar celana yang tergeletak sembarangan di lantai dan memakainya. Dia beranjak keluar kamar dan kembali dengan sebuah kursi kayu yang biasa berada di teras depan.     

Astro membawa kursi itu ke kamar mandi dan kembali untuk membereskan semua pakaian kami yang berserakan, juga membereskan bekas kondom yang kami pakai. Dia mengangkat tubuhku memasuki kamar mandi dan mendudukkanku di kursi.     

Aku menatapnya, "Kamu ga capek selalu begini setiap selesai making love? Kamu hampir selalu gendong aku ke mana-mana."     

Astro tersenyum sambil melepas celananya dan meletakkannya di samping wastafel, "Kalau bukan aku yang ngurusin kamu, siapa lagi? Lagian yang bikin kamu lemes kan aku."     

Kurasa aku tak dapat menyembunyikan senyum di bibirku. Betapa aku beruntung memilikinya.     

"Thank you." ujarku sambil mengelus wajahnya saat dia mengguyur tubuh kami dengan air hangat melalui shower.     

Astro hanya menggumam mengiyakan dan membantuku membersihkan tubuhku sebelum membersihkan tubuhnya sendiri. Dia benar-benar menjagaku dengan baik. Dia membantuku mengeringkan tubuh dan memakaikan handuk kimono ke tubuhku sebelum memakai handuknya sendiri.     

"Aku ganti seprai dulu. Kamu tunggu di sini, nanti aku gendong kalau aku selesai."     

Aku menggeleng dan memaksa tubuhku bangkit sambil memeluk lengannya, "Aku bisa jalan kok."     

Aku tahu Astro ingin memprotes, tapi dia membatalkannya karena aku mengecup bibirnya sebelum dia sempat mengatakan apapun. Dia memapahku di sisinya dan melepasku saat aku duduk di kursi di depan meja rias.     

Astro mengecup dahiku dan beranjak memakai celana boxer selutut yang diambil dari lemari. Dia mulai membereskan tempat tidur kami dengan mengganti seprai dan sarung bantal. Dia membantuku memakai pakaian, sebuah kaos dan celana panjang karena aku yang memintanya.     

Aku menahan lengannya saat dia akan mengambil hairdryer dari atas meja rias, "Makan dulu ya. Aku laper banget."     

Astro mengangguk dan menaruh handuk di bahuku untuk menahan tetesan air. Dia mengangkat tubuhku dan membawaku menuruni tangga menuju dapur.     

"Mm ... tadi Zen chat aku." ujarku saat Astro mendudukkanku ke kursi dengan hati-hati. Aku melanjutkan kalimatku sebelum dia sempat mengatakan apapun. "Dia bilang mamanya yang ngasih tau opa soal kita ciuman di depan mereka. Zen minta maaf."     

Astro menatapku dalam diam selama beberapa lama sebelum bicara, "Itu ga ngerubah fakta apapun."     

Aku tahu Astro benar maka aku mengangguk, "Aku cuma ngasih tau kamu karena kamu keliatan mikir serius banget semalem."     

Astro menghela napas dan mengelus puncak kepalaku yang masih basah, "Aku emang kepikiran soal itu. Kyle ga mungkin bilang ke opa karena dia udah janji, tapi ada hal lain yang aku pikirin."     

Aku menatapnya ragu-ragu, "Keberatan sharing ke aku apa yang kamu pikirin?"     

Astro duduk di sebelahku dan menatapku lekat, "Aku udah dapet firasat sejak mamanya ngasih kamu kanzashi, mungkin mamanya yang keberatan lepasin kamu. Aku mikir kenapa mamanya bisa sampai begitu."     

Aku mendengar setiap kata dalam kalimat Astro dengan baik. Aku juga sudah merasakan dan menduga hal yang sama seperti dirinya, tapi aku sama sekali tak terpikirkan kenapa.     

"Kamu tau jawabannya?" aku bertanya.     

Astro menggeleng, "Semuanya cuma dugaan."     

Aah aku lupa belum memberitahu Astro sesuatu....     

"Opa bilang, di dalem boneka kangguru dari kak Liana itu ada alat perekamnya, tapi udah diamanin sama opa."     

Astro terkejut, "Mereka mau mata-matain kita?"     

Aku menaikkan bahu, "Aku ga tau, tapi kalau alat perekam itu udah diamanin harusnya sekarang kak Liana udah tau rencananya gagal."     

Astro terlihat berpikir serius sekali. Aku hanya berharap dia tak akan memberi ide untuk kami melakukan sesuatu yang gegabah. Terlebih setelah nasehat opa saat melepas kami pulang kemarin malam.     

Tunggu sebentar....     

"Bisa tolong ambilin hapeku?" ujarku tiba-tiba.     

"Kenapa?"     

"Ada yang mau aku pastiin."     

Astro terlihat berpikir sebelum bangkit dan berjalan cepat menaiki tangga. Dia kembali sesaat setelahnya dengan handphoneku di tangannya. Dia menyodorkannya padaku dan aku segera mengecek aplikasi pesan. Sudah ada banyak pesan di sana, tapi kurasa mereka bisa menunggu besok untuk kubalas. Aku mencari nama Zen dan memberinya sebuah pesan. Dia masih online.     

Aku : Kamu dapet boneka kangguru juga dari kak Liana?     

Aku : Sorry, aku cuma mau tau. Mungkin aja kita dapet benda yang sama     

Zen : Iya. Bonekanya aku taruh di mobil sekarang. Kenapa?     

Dugaanku tepat sekali. Bagaimana aku akan bertanya padanya tentang alat perekam yang mungkin saja kak Liana susupkan di boneka miliknya juga?     

=====     

Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca kelanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : iamno     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kaaih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.