Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Marble Cake



Marble Cake

2Aku baru saja selesai menelepon oma saat Lyra dan Kyle datang. Aku mengajak mereka ke dapur dan memotongkan marble cake titipan dari ibu, sementara Lyra membantuku membuat teh.     

"Nona sakit?" Kyle bertanya.     

Aku menoleh ke arahnya sambil membawa piring berisi potongan marble cake dan membawanya ke meja makan, "Cuma lagi 'dapet', tapi rasanya aneh. Nanti aku mau ke dokter kandungan kalau Astro pulang. Rahasiain ya. Aku ga mau ada yang tau kalau aku ke dokter kandungan lagi."     

Kyle menatapku dengan tatapan khawatir, tapi hanya mengangguk.     

Aku menghela napas saat duduk di salah satu kursi, "Gimana Denada kemarin? Nomorku diblokir. Aku ... ga bisa nanya langsung."     

Kyle terdiam sesaat sebelum bicara, "Bu Nia udah pesen sama Kyle ga bahas ini ke Nona. Tuan juga minta Kyle jaga Nona jangan sampai stress. Kyle minta maaf, Kyle ga bisa ceritain itu ke Nona."     

"Aku ga pa-pa kok. Kalau aku ga tau apa-apa gini aku jadi tambah ngerasa bersalah sama Denada." ujarku dengan tatapan memelas.     

Kyle menggeleng, "Maaf, Nona. Kyle udah nyanggupin perintah bu Nia dan Tuan. Kyle ga bisa ngasih tau Nona apa-apa."     

Apakah aku terlihat begitu menyedihkan hingga ibu dan opa melarang Kyle untuk mengatakan apapun padaku? Aku baru saja akan mendebat Kyle saat Lyra menaruh tiga cangkir teh di hadapan kami masing-masing dan duduk di sebelahku. Lyra mengamit tanganku dan menatapku lekat.     

"Kamu ga boleh stress. Aku hampir jantungan kemarin kamu tiba-tiba ngilang. Aku pikir kamu cuma berantem biasa sama Astro, tapi kamu sengaja masuk gang biar aku ga bisa ngikutin. Tadinya aku mau ngajak kamu ke mobil kalau kamu capek. Aku bisa anter kamu ke mana kamu mau pergi. Aku udah sengaja ga nelpon Astro dari awal karena mikir kamu cuma butuh waktu."     

Entah kenapa kepalaku berdenyut mendengar Lyra mengatakannya. Aku tahu dia berusaha melindungiku dengan baik. Aku lah yang bertindak bodoh karena melarikan diri darinya karena aku tak ingin diikuti.     

"Sorry, aku lagi ga mikir lurus kemarin."     

Lyra menghela napas dan mengalihkan tatapannya ke Kyle, "Aku hampir aja dipecat kemarin."     

Kyle terkejut dan menatapku lekat, "Nona tau tindakan Nona itu beresiko?"     

"Aku cuma pengen ga diikutin sekali-sekali. Aku tau kok itu beresiko. Aku ga akan begitu lagi."     

"Nona harus janji."     

Aku hanya mampu mengangguk. Entah kenapa ini terasa menyebalkan.     

"Kyle ngerti Nona masih muda dan masih sering berubah pikiran. Nona juga bisa bertindak impulsif walau Nona emang lebih dewasa dibanding temen-temen seumuran Nona, tapi jangan sampai bertindak tanpa dipikir dulu. Tuan minta kita jaga Nona bukan tanpa alasan."     

"Aku tau, Kyle. Kemarin aku cuma ... lagi aneh aja. Aku ga akan gitu lagi."     

"Kalau gitu Kyle yang akan jaga Nona mulai sekarang. Nona ga perlu terlalu mikirin nona Denada. Nona Denada cuma butuh waktu."     

Aku terdiam mendengarnya. Kenapa semua orang mengatakan hal yang sama? Astro, ibu, bahkan Kyle.     

Aku tahu mereka mungkin saja benar, tapi aku gelisah karena Denada adalah sahabatku selama bertahun-tahun ini. Lalu bagaimana dengan Mayang jika dia tahu apa yang terjadi? Aku bahkan belum mengecek pesan di grup lavender lagi. Aku juga belum memberi Mayang pesan apapun.     

Aku menghela napas, "Aku ga mau kehilangan sahabatku, Kyle."     

"Kyle ngerti, Nona. Kemarin setelah nona Denada sadar dari pingsan, nona Denada langsung nangis histeris minta pulang. Kyle ga bisa nahan nona Denada di sana lebih lama buat ketemu Petra dan ngomong baik-baik. Kemarin Kyle emang liat nona Denada coba nelpon Nona, tapi Astro yang jawab. Mungkin nona Denada emosi karena ngira Nona ga berani angkat telpon sendiri."     

Begitukah? Namun kemarin aku sedang membawa handphone saat aku memutuskan untuk pergi dengan berjalan kaki. Bagaimana aku akan menjelaskannya pada Denada jika dia memblokir nomorku?     

"Denada bilang sesuatu?"     

Kyle terdiam sesaat, "Kalau Astro ga ngasih tau Nona, berarti Kyle bukan orang yang tepat ngasih tau Nona."     

Kenapa tiba-tiba Kyle berpihak pada Astro? Ini benar-benar terasa menyebalkan.     

"Kamu beneran ga mau ngasih tau aku apa-apa?"     

Kyle hanya menggeleng.     

Aku menghela napas, "Astro bilang Denada bisa aja milih buat deket sama musuh, tapi aku lebih khawatir Denada ga pernah mau kasih aku kesempatan buat jelasin apa-apa. Denada ga gitu, Kyle."     

"Astro bener Nona. Semua orang bisa berubah dan orang yang sakit hati bisa jadi orang yang lebih berbahaya dibanding yang Nona pikir."     

Kalimat Kyle mengingatkanku pada kalimat opa saat melepasku dan Astro pulang beberapa hari yang lalu.     

"Gimana caranya aku selesaiin salah pahamnya kalau aku ga tau gimana harus ngobrol sama Denada? Aku ga tau apa yang kejadian di Aussie kemarin. Aku cuma tau Denada marah-marah trus pingsan. Trus apa? Aku ga tau apa-apa lagi."     

Kyle menatapku khawatir, "Nona udah lakuin yang Nona bisa. Nona cuma perlu nunggu sebentar."     

Aku memijat pelipisku perlahan. Kurasa aku benar-benar putus asa.     

Lyra mengelus bahuku, "Kamu harus istirahat hari ini. Ga boleh banyak pikiran."     

Entah aku harus merasa bagaimana. Aku senang mereka peduli padaku, tapi ini terasa menyebalkan. Terutama saat aku tak tahu apa yang harus kulakukan untuk menyelesaikan kesalahpahamanku dengan Denada.     

Jika memang yang dikatakan Kyle benar, bahwa Denada menganggapku tak berani mengangkat telepon darinya, entah kenapa tiba-tiba aku merasa Denada egois sekali. Saat itu aku sedang memiliki masalah dengan Astro. Namun Denada tak tahu jika aku sedang memiliki masalah, bukan?     

Aku menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan, lalu mengambil cangkir di hadapanku yang masih mengepulkan uap. Beberapa tegukan teh membuat perutku merasa hangat dan ini terasa lebih baik.     

Aku menatap Lyra lekat, "Aku minta maaf udah bikin kamu hampir dipecat Astro kemarin. Aku emang lagi aneh."     

Lyra tersenyum, "Yang penting kamu aman."     

Aku mengangguk dan mengalihkan tatapanku pada Kyle, "Thank you udah nemenin Denada, Kyle. Walau kamu ga mau ngasih tau aku ada apa, tapi misi kamu buat bikin Denada sama Petra putus berhasil."     

Kyle mengangguk, "Kyle bisa nemenin Nona ngelukis di teras atau di atap buat bikin Nona rileks. Nona bener-bener harus istirahatin pikiran hari ini."     

Aku hanya mengangguk. Aku memang sudah lama tidak melukis. Sepertinya aku akan mengikuti saran Kyle.     

=======     

Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : iamno     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.