Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Pelatuk



Pelatuk

1Axelle memberitahuku berbagai macam fungsi setiap komputer di hadapan kami. Ternyata dia yang mengurusi sistem keamanan dan website perusahaan game milik Astro. Semua desain karakter dan pemasaran dilimpahkan pada Paolo, Revi dan yang lainnya. Hingga membuatku menyimpulkan, Astro hanya mengarahkan konsep game dan mengurusi segala hal yang berhubungan dengan tren pasar. Sedangkan Axelle dan yang lainnya mengeksekusi konsep yang Astro berikan.     

Yang unik adalah Astro bekerja sama dengan Teana untuk semua musik latar game-nya, hingga membuatku berpikir aku memiliki suami yang mampu memanfaatkan semua sumber daya di sekitarnya dengan baik. Aku tahu hal ini baik baginya, tapi andai saja ada seorang yang iri hati mengetahui hal ini, sepertinya Astro mungkin saja akan mendapatkan masalah baru.     

"Aku suka sama kamu. Serius. Maksudku ... bukan suka yang begitu. Kamu unik. Kamu ga natap aku pakai tatapan seolah-olah aku aneh. Aku ga suka ketemu orang lain karena mereka selalu natap aku begitu. Kabarin aku kalau kalian pulang lagi. Aku bisa bikinin sandwich buat kalian." ujar Axelle tiba-tiba.     

Aku benar-benar sudah terbiasa dengan tempo bicaranya. Bahkan aku mulai mempercepat tempo bicaraku sedikit untuk mengimbanginya, "Aku bisa save nomor kamu kan?"     

Axelle terlihat berpikir sebelum bicara, "Ga perlu. Kamu bisa pakai hape Astro kalau mau hubungin aku."     

Aku terkejut mendengarnya. Kupikir aku sudah berusaha dengan baik untuk bisa lebih dekat dengannya.     

Tatapan Axelle terlihat serius sekali, "Maaf kalau bikin kamu tersinggung, tapi kalian suami istri kan? Kupikir Astro juga ga akan keberatan kalau kamu minta dia hubungin aku."     

Aku tahu dia benar, maka aku mengangguk. Aku menoleh untuk menatap Astro. Dia sedang begitu serius memperhatikan kode di salah satu layar komputer. Tatapan seriusnya membuatku menyadari ternyata mereka berdua memang mirip.     

Tunggu sebentar, apakah Astro meniru perilaku Axelle yang satu itu?     

Aku menepuk bahu Astro untuk menyadarkannya, "Matahari udah muncul, Honey."     

Astro menoleh pada Axelle, "Sorry, kita punya jadwal nengok temen di sebelah. Lain kali kalau kita pulang, aku kabarin. Kamu mau sarapan bareng di bawah?"     

"Kapan kamu pulang?" Axelle bertanya.     

"Belum pasti. Mungkin dua atau tiga minggu lagi."     

"Nanti aku ke bawah. Satu jam lagi kan? Aku selesaiin security kode-nya dulu."     

"Okay." ujar Astro sambil mengamit tanganku dan menggenggamnya.     

Axelle hanya mengangguk dan kembali menatapi layar-layar komputernya. Sepertinya kami akan keluar kamar tanpa diantar olehnya.     

Kami kembali ke kamar kami dalam diam. Cahaya matahari sudah menerobos memasuki jendela, membuat suasana sekitar kami berubah lebih terang dan hangat walau masih mendung di luar sana.     

"Trus kamu manfaatin aku buat apa?" aku bertanya saat Astro baru saja menutup pintu kamar dan menguncinya dari dalam.     

"Maksud kamu?"     

Aku berjalan mendekati tempat tidur dan duduk di tepinya, "Kamu tau ... aku baru aja mikir kalau kamu bisa manfaatin semua orang yang deket sama kamu. In a good way. Mm, sebenernya aku sempet mikir Zenatta mirip kamu kemarin, tapi dia milih cara yang salah."     

Astro duduk bersila di sisiku, "Aku biarin kamu jadi apapun yang kamu mau. Aku tulus sama kamu, kamu tau?"     

"Sedikit pun?" aku bertanya dengan hati-hati. Aku berharap aku tak menyinggung perasaannya. Aku memang menyangsikan ucapannya, tapi entah kenapa tatapannya padaku terlihat jujur. Mungkinkah aku yang terlalu curiga?     

Astro menghela napas, "Okay, aku emang dapet banyak keuntungan karena nikah sama kamu. Erm, bukan. Aku emang dapet banyak keuntungan dari opa sejak kita deket."     

Hening di antara kami.     

Dia terlihat sedang berpikir sambil menatapku dengan tatapan bersalah, "Pertama kali kita ketemu dulu aku emang manfaatin kamu. Aku dapet banyak ilmu dan kepercayaan dari opa, tapi aku liat kamu tulus temenan sama aku. Aku jadi ga tega dan aku biarin aja semua ngalir gitu aja."     

Aku menatapnya dalam diam. Kurasa dia benar-benar jujur mengatakannya.     

Astro mengamit kedua tanganku dan menggenggamnya, "I'm sorry."     

Aku mengalihkan tatapan ke jendela yang terbuka. Matahari terbit terlihat jelas di sini. Terlihat cantik dengan awan mendung menggantung di sekelilingnya. Aku menghargainya yang bersikap jujur padaku. Aku hanya tak tahu bagaimana harus menanggapi situasi ini.     

Astro mengelus pipiku dan mengarahkan wajahku menghadap ke arahnya, "Kamu kecewa?"     

Aku menggeleng dan menundukkan wajah, "Aku cuma mikir selama ini kamu tulus."     

Astro memelukku dan mengecup dahiku, "I'm sorry. Aku selalu berusaha tulus sama kamu. Waktu awal kita ketemu dulu aku masih belum mikir panjang."     

Aku mendongak untuk menatapnya, "Jawab aku. Kamu beneran suka aku dari pertama kita ketemu?"     

Astro mengernyitkan kedua alisnya dan terlihat terganggu dengan pertanyaanku, "Aku emang suka kamu dari pertama kita ketemu, tapi aku masih kecil waktu itu. Aku emang manfaatin kamu sedikit buat deket sama opa, tapi aku nyesel setelah sadar kamu tulus temenan sama aku."     

Kurasa dia memang mengatakan yang sejujurnya. Bertahun-tahun aku bersamanya dan sudah lebih dari seminggu kami menikah, aku cukup yakin saat dia sedang berbohong atau jujur padaku.     

Aku meraih tengkuknya dan mengecup bibirnya, "Thank you."     

Astro terlihat bingung dengan sikapku. Dia menatapku lekat seolah tak akan membiarkan satu ekspresi pun lepas darinya, "Kamu hampir bikin aku jantungan, kamu tau?"     

Aku tersenyum manis, "Aku tau kapan kamu jujur atau bohong sama aku, Honey. Jangan coba-coba main-main sama insting perempuan."     

Astro menatapku tak percaya, "Kamu nyeremin kalau begini."     

Aku akan menggodanya sebentar, "Jangan bikin aku cemburu kalau ga mau liat aku lebih nyeremin. Aku masih simpen hadiah dari Kyle, kamu tau?"     

Sepertinya Astro tahu aku sedang berusaha menggodanya. Dia tersenyum lebar sekali dan memelukku lebih erat, "Gimana kalau kamu yang bikin aku cemburu? Aku harus ngeluarin punyaku juga?"     

Entah kenapa tiba-tiba aku mengingat Zen. Akan menjadi hal yang buruk jika mereka berdua beradu menggunakan senjata api. Aku sudah melihat Zen menarik pelatuk kemarin. Aku tak ingin melihat suamiku bersimbah darah karenanya.     

Aku menatap Astro dengan tatapan tajam, "Jangan. Aku ga mau kamu nembak Zen."     

Astro tersenyum dingin. Senyum yang baru pertama kali kulihat. Dia tak mungkin meniru senyum dingin Axelle beberapa saat lalu, bukan?     

"Bukan cuma Zen, Honey, tapi berlaku buat siapapun yang berani-beraninya bikin aku cemburu." ujarnya sambil meraih tengkukku dan mencumbuku penuh hasrat.     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.