Cumbu
Cumbu
Aku baru saja akan menjauhkan tubuh dari Astro, tapi dia menahanku dan memberiku senyum menggodanya yang biasa. Aku tahu dia sengaja.
"Kalian udah sarapan?"
"Udah, Oma. Tadi Astro yang masak. Soalnya Nyonya Astro lagi manja." ujar Astro.
Aku memberinya tatapan sebal, tapi tak akan mendebatnya sekarang. Aku tak ingin Oma melihat kami saling bertengkar karena hal remeh. Aku sudah berencana akan memberi Oma panggilan video call setelah selesai membaca beberapa tutorial kerajinan baru. Namun ternyata Astro sudah memberi Oma panggilan video call lebih dulu. Aku mengalihkan tatapan ke layar dan tersenyum, "Oma udah sarapan?"
"Udah, baru aja selesai. Kalian jadi nonton semalem?"
"Jadi, Oma, tapi ga seru." ujar Astro.
"Kenapa? Salah pilih film?"
"Ga bisa meluk istri begini jadi ga seru." ujar Astro, yang entah kenapa membuat Oma tertawa.
Aku mencubit pinggang Astro untuk memberinya peringatan, tapi dia justru mengecup pipiku. Sial, Oma melihatnya.
"Duh, kalian ini. Untung cepet nikah. Perhitungan opa bener ternyata, Oma yang salah. Kalian jadi nunda punya anak kan?" Oma bertanya dengan sisa tawa yang keluar dari bibirnya.
"Jadi dong, Oma. Astro mau pacaran dulu." ujar Astro.
"Tapi Oma ga keberatan kok bantu jaga bayi."
Aku tahu aku tak bisa mengelak dari pembicaraan ini. Aku bahkan sempat membayangkan andai saja aku memiliki bayi di usiaku yang masih 18 tahun setelah Astro bertanya padaku beberapa hari lalu. Sepertinya aku memang belum siap untuk mengurus satu kehidupan baru, "Nanti aja, Oma. Kita masih mau belajar."
Oma menatapku dengan tatapan pengertian, "Oma tau kok, tapi kalau kalian emang bener punya bayi nanti Oma bisa bantu jaga."
Aku menoleh ke arah Astro. Aku berharap dia bisa menjawab kalimat Oma karena aku tak tahu bagaimana harus menanggapinya. Aku tak ingin menolak, tapi juga tak mungkin mengiyakan.
Astro terlihat berpikir sebelum bicara, "Astro mau kuliah ke luar negeri buat ambil S3. Masih mikir mau ke Jepang atau Korea. Astro mau ajak Faza ke sana, tapi Astro usahain pulang kalau kita punya waktu."
Oma terdiam sebelum menghela napas, "Oma ngerti. Ga pa-pa kok. Masih lama kan? Semoga Oma sama opa masih sehat buat liat cicit-cicit dari kalian nanti."
Entah kenapa hatiku terasa tak rela. Seperti ada beban tak terlihat yang mulai menyusup ke dadaku. Astro mengamit tanganku dan menggenggamnya erat. Sepertinya dia menyadari aku baru saja merasa tertekan.
"It's okay." bisiknya.
Aku hanya mengangguk pelan untuk menanggapi Astro dan menatap Oma di layar, "Oma sama Opa sehat kok. Pasti bisa liat kita punya anak nanti. Opa lagi ngasih makan ikan?"
"Opa lagi main catur sama Zen." ujar Oma sambil tersenyum.
Aku baru mengingatnya. Akulah yang meminta Zen untuk terus menemani Opa bermain catur setelah aku pindah ke Surabaya. Aku menoleh untuk menatap Astro, tatapannya terlihat tenang. Dia bahkan mengecup dahiku dan memberi sebuah elusan di jariku. Sepertinya dia baik-baik saja.
"Salam buat opa sama Zen ya, Oma." ujar Astro.
"Iya nanti Oma sampaiin. Oh ya, Kyle mau ke sini besok. Oma titip kue ke Kyle buat kalian ya."
Aku mengangguk, "Makasih, Oma."
"Ya udah. Oma mau ngerajut dulu. Besok pagi video call Oma lagi ya?"
"Jaga kesehatan ya, Oma. Minggu depan Astro bawa Faza pulang." ujar Astro.
"Iya. Oma tutup ya."
Kami mengangguk dan sambungan video call terputus seketika. Aku menoleh untuk menatap Astro. Tangannya mulai menyusup ke balik pakaianku dan mengelus perutku perlahan.
"Kamu ga cemburu kan?" aku bertanya sambil mengelus pipinya.
Astro menggeleng dan memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Mau cemburu sama siapa? Kamu kan lagi di sini sama aku."
Dia benar hingga membuatku tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku. Dia meraih wajahku dan mencumbu bibirku perlahan. Entah kenapa cumbuan ini membuat sesuatu di perutku terasa hangat. Wajah kami bahkan memerah saat saling melepaskan diri.
"Mau ..."
"Ga." ujarku untuk memotong apapun ucapan yang akan keluar dari bibirnya. Kami sudah saling melepas hasrat selama berjam-jam setelah pulang semalam. Aku hanya ingin beristirahat sambil membaca buku pagi ini.
Astro mencubit pipiku, "Emang aku mau ngomong apa? Udah ditolak aja. Aku cuma mau nanya kamu mau aku bikinin coklat panas atau ga, Honey?"
Ternyata aku baru saja salah menduga. Aku tersenyum manis, "Aku mau, tapi nanti aja kita bikin bareng. Sekarang aku lagi mau dipeluk, jadi kamu ga boleh ke mana-mana."
Astro mempererat pelukannya padaku dan kami bercumbu lama sekali. Entah kenapa, tapi sepertinya dia semakin baik mengendalikan diri. Dia tak lagi begitu bernafsu saat mencumbuku, tapi melakukannya dengan pelan dan lebih intim. Dia bahkan tak terburu-buru seperti saat pertama kali kami saling melepas hasrat.
"Kamu udah harus cari perajin buat bisnis perhiasan. Makin ditunda makin lama prosesnya." ujarnya setelah melepas bibirku.
Aku mengangguk dan memangut bibirnya lagi. Sepertinya bibirnya benar-benar menjadi candu baru bagiku.
Tak lama, Astro melepasnya kembali, "Ingetin aku buat bilang makasih ke Zen."
"Kenapa?"
"Karena dia bisa ngelepas kamu buat aku."
Aku tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku, "Kamu salah. Harusnya kamu bilang makasih karena dia masih mau nemenin Opa main catur."
"Erm, itu juga. Ingetin ya?"
Aku mengangguk sebelum menerima cumbuannya kembali. Entah berapa lama kami saling menikmati cumbuan saat handphone miliknya berdering. Ada telepon dari Kyle.
Astro menerimanya dan mengaktifkan mode speaker, "Gimana?"
"Dugaan Nona bener. Sofia emang kenal Zenatta. Mereka temen SMA dulu, pernah sekelas dua kali dan mereka cukup deket. Perlu aku minta orang buat buntutin Sofia?" suara Kyle terdengar dari ujung sambungan telepon.
Astro menatapku untuk meminta pendapat. Aku hanya mengangguk. Mungkin akan lebih baik jika ada seseorang yang mengetahui gerak-gerik Sofia. Aku tak menginginkan ada pengganggu di rumah tanggaku yang baru berusia dua minggu.
"Kirim Cacha buat buntutin dia, Kyle." ujar Astro.
"Baik."
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.
Banyak cinta buat kalian, readers!
Regards,
-nou-