Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Buang



Buang

2Astro kembali setelah terdengar beberapa kali pukulan dan langsung menghampiriku. Dia meraih tengkukku dan mencumbu bibirku penuh rasa cemburu. Dia baru melepasku setelah puas melampiaskan kekesalannya dan bicara tanpa suara, "I'm sorry."     

Aku menatapnya nanar. Sepertinya sekarang aku mengerti bagaimana sulitnya dia menahan diri saat ada Zen di dekatku. Aku mengecup bibirnya dan bicara tanpa suara, "I'm okay."     

"Kamu kaget banget ya sampai ga komentar apa-apa?" terdengar suara Donny yang masih menunggu jawabanku di sambungan telepon.     

Astro menatapku penuh rasa bersalah. Aku memberinya isyarat untuk kembali duduk di sebelahku. Dia menurutinya. Aku membenamkan tubuh di dalam pelukannya dan mengecup bibirnya, lalu menarik napas perlahan sebelum bicara. Aku membutuhkan suara tetap tenang saat ini, "Kamu tau aku ga mungkin nerima kan?"     

"Iya lah. Kamu istri orang sekarang. Dan bukan sembarang orang. Dia Astro." ujar Donny dengan tawa di ujung kalimatnya.     

"Kenapa kamu sebut Astro bukan sembarang orang?"     

Donny menghentikan tawa seketika, "Kamu ga tau dia disebut pangeran bisnis sama anak-anak?"     

Aku menatap Astro penuh rasa ingin tahu, "Aku ga tau soal itu."     

Aku memang tak pernah memedulikan gosip yang tak perlu, tapi entah bagaimana sekarang aku akan mulai melibatkan diri dalam setiap percakapan. Aku mengingat ucapan Kyle yang menyebutkan tentang kebiasaan seseorang bisa menjadi petunjuk bagi yang lainnya. Mungkin memang akan lebih baik jika aku mulai mencari tahu.     

"Dia punya bakat bisnis dari dulu. Dia juga pasti pegang semua aset keluarganya karena dia anak satu-satunya. Kamu pasti tau semua asetnya sekarang." ujar Donny, yang membuatku menyadari ada nada mengejek pada kalimatnya.     

"Kamu kan tau Astro selalu banyak rahasia. Aku ga yakin dia ngasih tau aku semua asetnya." ujarku sambil mendongak untuk menatap Astro dan mengelus wajahnya untuk membuatnya merasa lebih tenang. Aku bisa merasakan jantungnya berdetak kencang di punggungku.     

"Jangan bilang dia rahasiain proyek robot sama resortnya?"     

Tangan Astro yang sejak tadi memelukku sekarang menegang. Aku tahu Donny tak seharusnya mengetahui hal ini. Aku mengelus lengannya dan menahannya tetap memelukku. Bagaimana pun Astro harus mendengar pembicaraan ini dengan telinganya sendiri.     

"Gimana kamu bisa tau soal proyek itu? Aku aja ga tau." ujarku dengan nada suara yang kubuat terdengar kesal.     

"Zenatta punya mata-mata yang ngawasin keluarganya bertahun-tahun. Om Neil sama papa punya rencana rahasia soal itu."     

"Kenapa kamu kasih tau aku soal ini?"     

"Karena cuma ini yang bisa aku lakuin. Aku ga masalah kalau Astro hancur, tapi aku ga bisa biarin kamu. Kamu yang bikin mataku kebuka soal konflik keluargaku."     

"Maksud kamu, kamu mau khianatin keluarga kamu juga?"     

Donny terdiam sebelum bicara, "Aku ga tau apa kamu tau soal ini, tapi keluargaku, keluarga Zenatta sama keluarga Astro punya sejarah panjang. Udah lama papa punya kesepakatan sama om Neil. Mereka cuma lagi nunggu waktu. Kalau aku bisa bilang, kamu salah pilih suami ..., tapi itu risiko kamu."     

Aku tahu Donny benar. Ini memang risiko yang harus kutanggung karena memilih Astro. Aku bahkan bersedia menunggunya bertahun-tahun sebelum kami menikah.     

"Aku tau sedikit soal keluarga kalian, tapi Astro ga cerita lebih. Dia cuma bilang kalau kakek buyut kalian dulu sahabat." ujarku untuk memancing lebih banyak informasi dari Donny.     

Donny tertawa, "Sahabat?! Sorry, dulu mereka mungkin sahabat sebelum kakek buyutnya nyimpen tombak buat dirinya sendiri."     

Astro hampir saja bicara saat aku menutup mulutnya. Donny tak boleh menyadari Astro mendengar percakapan kami sejak tadi.     

"Tombak itu bukannya ilang?" aku bertanya.     

"Kamu tau soal tombak itu?"     

"Aku cuma tau kakek buyut kalian dapet itu dari nenek-nenek. Tombak itu ilang waktu kakek buyut kamu pindah."     

Donny mendengkus kesal, "Kamu pasti ga tau kakek buyut Astro pernah bawa tombak itu ke ahli pusaka. Ahli pusaka itu masih punya hubungan kerabat sama kakek buyutku. Kamu gampang dibohongin karena kamu terlalu polos, Faza."     

Kurasa itu menjelaskan semuanya. Entah kenapa dadaku terasa sedikit sesak, "Kamu yakin tombak itu masih ada?"     

"Papaku sama om Neil yakin tombak itu masih ada. Mereka cuma ga tau ada di mana tombak itu sekarang."     

"Aku nanya pendapat kamu."     

Donny terdiam sebelum bicara, "Aku ga mau ikut-ikut urusan mereka. Aku punya bisnis yang harus diurusin. Ngapain aku ngurusin tombak tua karatan?"     

Aku mengelus tengkuk Astro dan mengecup bibirnya. Aku tahu suasana hatinya menjadi lebih baik sekarang, "Kalau gitu, bisa kalau kita bikin kerja sama?"     

"Kamu mau minta aku khianatin keluargaku?"     

"Bukan itu. Kamu yang bilang kamu ga mau ngurusin tombak tua itu kalaupun tombak itu emang ada. Apapun yang terjadi sama kakek buyut kalian, bisa berhenti di kalian kan?"     

"Zenatta ga mungkin mau lepasin tombak itu."     

"Kenapa? Dia ga mungkin percaya soal tombak yang ga tau ada di mana sekarang."     

"Dia mungkin ga perduli soal tombaknya, tapi dia suka sama Astro dari dulu. Om Neil juga ngincer aset bisnis keluarga Astro. Kamu harus hati-hati sama mereka. Kalaupun mereka masuk penjara nanti, kalian harus hati-hati sama om Hubert."     

Aku berpikir lama sekali sebelum bicara, "Kamu ngasih tau semua ini karena kamu capek sama urusan tombak yang ga masuk akal itu kan? Kamu cuma mau lanjutin bisnis keluarga tanpa harus ngurusin urusan kakek buyut kamu?"     

Donny terdiam. Sepertinya dugaanku benar.     

"Aku mau jadi desainer tanpa bayaran kalau kamu setuju ngasih tau aku rencana mereka. Aku bisa kerja sama bareng Zen. Kita bisa kerja buat kamu. Aku ga mau ada kejadian barbar cuma karena tombak tua."     

"Aku setuju kalau Astro setuju. Aku ga setolol itu mau percaya sama kamu tau?"     

Aku tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku. Aku menatap Astro untuk meneliti ekspresinya. Sepertinya dia sedang berpikir keras.     

"Aku setuju." ujar Astro pada akhirnya.     

"Aku tau tombak itu ada sama kamu. Aku cuma capek ngurusin cerita lama. Kamu bisa simpen tombak itu. Aku ga bakal minta." ujar Donny.     

"Aku ga megang tombak itu kok. Terserah kamu percaya atau ga." ujar Astro sambil mengecup dahiku. Secara harfiah, dia memang tidak sedang memegangnya. Jadi apa yang dikatakannya adalah kejujuran.     

Donny tertawa, "Bagusnya kamu buang aja tombak itu ke laut. Bisa kita bahas bisnis sekarang?"     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.