Pembiakan
Pembiakan
Tiara yang Astro pasangkan untukku kemarin sore cantik sekali. Aku baru sempat memperhatikannya sekarang setelah selesai mandi.
Astro mengangkat tubuhku ke bathtub yang berisi air hangat dengan sebuah bath bomb beraroma lavender setelah kami selesai bercinta. Dia juga yang membantuku keluar dari bathtub dan membawaku ke tempat tidur. Dia bahkan membantuku memakai kemeja miliknya karena Kyle belum mengantar ranselku. Sejauh ini dia berhasil membuatku merasa seperti bayi.
"Kamu suka?" Astro bertanya sambil mengusap rambutnya yang basah dengan handuk dan duduk di sisiku.
"Aku suka. Ini bagus banget. Thank you." ujarku sambil memilin sebuah mutiara di salah satu ujung tiaranya.
"My pleasure, Honey." ujarnya sambil mengecup bibirku.
Entah kenapa aku seperti mendapat firasat, "Proyek kamu sama Opa ... proyek pembiakan mutiara?"
Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Abis making love sama aku, kamu jadi tambah pinter ya? Usaha pembiakannya didaftarin atas nama kamu. Aku cuma bantu ngelola."
Aku menutup mulut dengan tangan untuk menahan keterkejutan, "Seriously?"
"Aku serius, Honey. Aku baik hati banget kan mau bantu kamu ngelola sampai panen?"
Sepertinya otakku baru saja berhenti berfungsi. Bagaimana mungkin Opa terpikirkan untuk memberinya proyek semacam itu?
"Mutiaranya udah panen?" aku bertanya.
"Lusa panen. Kita bisa ke sana kalau kamu mau liat. Sebenernya akan lebih bagus kalau panennya satu setengah tahun lagi karena mutiaranya jauh lebih gede. Lebih mahal juga harga jualnya, tapi aku ga tau kenapa Opa tiba-tiba minta panen cepet. Selama ini aku selalu bilang ke kamu kalau aku batu bisa nikahin dua setengah tahun karena aku mau ambil risiko panen pertamanya gagal. Aku sempet kaget waktu kamu maksa minta aku nikahin kamu satu setengah tahun lagi."
Tunggu sebentar, "Maksud kamu, kita harusnya baru nikah satu setengah tahun lagi?"
"Tapi bagus kan kita jadi bisa nikah kemarin? Aku ga yakin bisa tahan nunggu kamu satu setengah tahun lagi." ujarnya sambil meraih pinggangku dan memelukku erat.
"Kamu mesum banget, kamu tau?"
Astro tertawa. Dia benar-benar menyebalkan. Aku bahkan masih tak sanggup berdiri sendiri karena ulahnya. Mungkin aku akan membutuhkan waktu beberapa jam untuk mengembalikan tenaga. Dia meraih wajahku setelah tawanya reda dan mengecup bibirku, "Kamu sexy banget, kamu tau?"
Bulu halusku meremang tepat saat dia baru saja akan mencumbu bibirku saat terdengar ketukan pintu. Tiba-tiba dia terdiam. Sepertinya dia kesal, tapi tak mengatakan apapun dan langsung bangkit untuk membuka pintu.
Dia keluar dan menutup pintunya kembali. Entah siapa yang datang, aku tak dapat melihatnya dan mereka berbincang cukup lama.
Aku kembali mengamati tiara di tanganku. Kemudian beralih mengamati cincin di jari manisku dan meraba dua cincin lain yang terpasang di kalung di leherku.
Andai saja aku adalah perempuan biasa, aku tak mungkin mendapatkan semua benda ini, bukan? Aku mungkin sedang bekerja keras untuk dapat membeli satu barang incaranku.
Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling dan mendapati cermin di lemari yang memantulkan sosok diriku sendiri. Aku sedang memakai kemeja Astro yang kebesaran hingga menutup paha, rambutku basah dengan sebuah handuk tersampir di bahu untuk menahan tetesan air. Aku baru ingat, kenapa Astro tak memprotes gaya rambut baruku?
Astro masuk kembali dengan sebuah ransel di bahunya dan menarik koperku masuk ke kamar, lalu keluar lagi tanpa mengatakan apapun. Mungkin dia sedang berbincang dengan Kyle.
Aku menggeser tubuh dan berusaha meraih handphone Astro di meja. Aku tak dapat membukanya karena handphone ini membutuhkan sidik jarinya, tapi aku bisa melihat jam, pukul 13.21.
Astro masuk dengan sebuah troli dorong khas penginapan, lalu menutup pintu dan menguncinya. Dia menata semua makanan di meja makan dan menghampiriku, "Mau makan sekarang, Honey?"
Aku mengangguk dan mengulurkan kedua tanganku padanya.
Astro meletakkan kedua tanganku di bahunya sebelum mengangkat tubuhku dengan kedua lengannya, "Dasar manja."
Aku mencubit pipinya, "Kalau kamu ga terlalu nafsu aku bisa jalan sendiri, kamu tau?"
Astro tersenyum lebar sekali dan mengecup bibirku. Dia tak mengatakan apapun, seolah sedang mengakui nafsunya tinggi sekali. Kenapa aku baru menyadarinya sekarang? Pasti sulit sekali baginya menahan diri selama ini, bukan?
Astro menurunkanku ke salah satu kursi makan, lalu duduk di sisiku. Dia yang mengambilkan porsi makanan untukku dan baru saja akan menyuapiku saat aku menolaknya.
"Aku bisa makan sendiri. Aku bukan bayi." ujarku sambil mengambil sendok dari tangannya. "Kamu juga harus makan. Emang ga laper?"
"Aku lebih pengen makan kamu." ujarnya sambil menopang pelipisnya. Senyum menggodanya terlihat menyebalkan sekali.
"No more sex sampai aku bisa jalan lagi, Honey. Kamu udah janji kita mau ke pantai sore ini."
"Abis dari pantai boleh kan?" dia bertanya sambil menggigit ujung bibirnya.
Aku memberinya tatapan sebal, lalu menyendok satu suapan dan menyodorkannya ke mulutnya. Dia menerimanya.
"Kenapa ga ada jam di kamar ini? Apa semua kamar di resort ini ga punya jam?" aku bertanya sebelum memasukkan makanan ke mulutku sendiri.
"Jam di kamar ini sengaja aku copot. Aku lagi ga mau kerja atau ngerjain deadline apapun. Aku cuma mau ngabisin waktu sama kamu." ujarnya sambil mengambil piring dan mengisinya dengan makanan untuk dirinya sendiri.
Konsep waktunya terasa aneh untukku. Bukankah jika mengecek handphone dia akan tetap bisa melihat jam? Namun aku tak akan mendebatnya. Jauh lebih baik jika dia menghabiskan waktu bersamaku saat kami sedang berbulan madu. Dia pasti akan langsung bekerja kembali saat pulang. Bahkan mungkin akulah yang akan sulit mendapatkan perhatian darinya.
Kami melanjutkan makan dalam diam. Entah apakah karena kami menghabiskan banyak tenaga untuk bercinta, tapi kami berdua makan banyak sekali hingga semua makanan di meja makan itu habis tak bersisa.
"Yakin ga mau lanjutin yang tadi?" Astro bertanya sambil membereskan peralatan makan ke troli.
"Aku mau istirahat. Aku pengen jalan-jalan di pantai sore ini."
Astro memberiku tatapan sebal sebelum bangkit dan membawa troli keluar kamar. Dia kembali sesaat setelahnya dan mengangkat tubuhku di lengannya, "Trus mau ngapain?"
"Aku mau duduk di sana." ujarku sambil menunjuk sofa yang terletak tepat di depan jendela yang mengarah ke pantai.
Astro menuruti keinginanku. Dia membawaku ke sofa dan menurunkanku dengan hati-hati sebelum duduk di sisiku. Dia mengeser duduknya hingga duduk di belakangku dan memelukku dengan erat. Entah kenapa aku merasa seperti sedang dipeluk boneka beruang berukuran besar.
Aku meraih wajahnya dan mengecup pipinya, "Ceritain soal pembiakan mutiara yang jadi proyek kamu sama Opa."
"Aku cuma jadi pengelola. Semua aset fisiknya* udah ada dari pengelola sebelumnya. Jadi Opa beli usaha yang hampir bangkrut karena ga punya dana buat lanjutin proyek. Kalau mulai semuanya dari awal, kita mungkin baru nikah tiga tahun lagi."
"Kamu yang ngasih saran buat beli usaha hampir bangkrut dibanding mulai yang baru?"
Astro tersenyum lebar sekali, "Abis making love sama aku, kamu jadi pinter gini. Aku jadi khawatir nanti kamu jadi wonder woman kalau keseringan making love sama aku."
"Trus pemilik sebelumnya kerja buat kamu sekarang?"
"Tuh kan. Makin tambah pinternya."
Aku mengabaikannya atau dia akan mulai mengoceh tentang bercinta denganku lagi.
"Tapi teknisnya dia kerja buat kamu karena nama usahanya didaftarin atas nama kamu. Opa jeli banget liat peluang. Aku beruntung jadi menantunya."
Entah kenapa tiba-tiba aku mengingat Ayah yang mendapatkan modal usaha dari Opa untuk membangun kedai kopi yang sekarang menjadi milikku. Aku beruntung sekali memiliki Opa sepertinya.
_____
*Aset fisik (physical assets) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan aset berwujud. Seperti seperti properti, peralatan, perabot, persediaan, dan barang habis pakai.
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel ini TIDAK DICETAK.
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSI.F & TAMAT di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.
Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!
Regards,
-nou-