Pamer
Pamer
Kami sedang duduk berhadapan di atas tempat tidurku setelah mandi bersama beberapa saat lalu. Kami sudah berpakaian dan siap untuk berangkat ke bandara, tapi rambut kami masih basah dan membutuhkan waktu untuk mengeringkannya.
"Ga suka aja. Ribet pakai hair dryer sendiri makanya aku ga pernah pakai. Lagian rambut lebih sehat kalau keringnya alami." ujarku sambil terus memejamkan mata karena sensasi usapan di kepalaku membuatku mengantuk.
"Tapi jadi lama keringnya. Kalau aku ga ngalah cuma satu sesi aja kita bisa telat sampai bandara."
Aku membuka mata dan mengecup bibirnya, "Thank you."
Astro menatapku tak percaya, "Nanti aku tagih kalau kita sampai Surabaya. Sekalian sama bonusnya. Totalnya jadi tiga sesi."
Aah laki-laki ini benar-benar....
"Kita harus istirahat, kamu tau? Besok kamu kuliah. Aku juga harus ngurusin workshop. Aku mau bikin desain kalung buat mamanya Xavier."
"Fine. Dua sesi. Kalau nolak aku tambah jadi empat sesi."
Astaga ... logika macam apa yang sedang dia mainkan denganku sekarang?
Aku mencubit pipinya kencang, "Serius, Astro. Kerjaan kita banyak."
Astro hanya memberiku senyum menggodanya yang biasa dan tak mengatakan apapun. Lalu melanjutkan mengusap handuk untuk mengeringkan rambutku.
"Kamu sama Kyle ngobrol apa sama mama Denada tadi?" aku bertanya.
"Soal gimana kalau Denada ketemu Petra. Tadinya mama Denada mau ikut, tapi kalau mama Denada ikut pasti jadi aneh. Denada juga pasti mikir kenapa mamanya ikut."
"Jadi mama Denada nunggu kabar dari Kyle aja kan sementara Kyle nemenin Denada? Denada kan belum tau soal Tiffany."
Astro mengangguk, "Aku kaget tadi kamu bilang Petra mau nikah. Aku pikir Petra bukan tipe yang mau ambil resiko nikah muda."
Aku setuju dengan Astro, maka aku mengangguk. Kabar pernikahan Petra memang terasa aneh. Mungkin ini memang hanya dugaanku.
Aku pun belum tahu dengan jelas apakah kolega yang disebutkan mama Zen adalah Tiffany, tapi aku sudah mempercayakan informasi itu pada Kyle. Kyle pasti bisa mendapatan informasi itu dengan mudah dan akan mengabari kami secepatnya.
"Ga usah terlalu dipikirin. Kita harus pulang ke Surabaya sekarang." ujar Astro sambil mengangkat handuk dari kepalaku dan mengecup dahiku. "Nanti kering kok sebelum kita sampai di bandara."
Aku hanya mengangguk dan bangkit. Aku menyisir rambutku sendiri, lalu menghampiri Astro dan menyisir rambutnya.
"Oma sama opa pasti tau kita abis making love." ujarku saat menyadari rambut kami berdua masih lembab.
Astro tersenyum lebar sekali, "Biarin. Biar tau aku rajin manjain kamu."
Aku mencubit pipinya kencang, "Cepet beresin kamar sebelum pulang. Aku ga enak kalau minta bu Asih atau oma yang beresin bekas kerjaan kamu."
Alih-alih kesal dia justru tertawa. Dia benar-benar tampan apapun ekspresi di wajahnya.
Aku melepas cubitanku dan mengelus wajahnya, "Kamu harus tau, aku bener-bener berterimakasih sama kamu. Aku tau nikah muda ga gampang, tapi kamu bisa jaga aku pakai cara itu. Thank you."
Astro menyusupkan tangannya ke dalam kaos yang kupakai dan mengelus perutku, "Aku nikahin kamu karena kamu berharga. Aku ga akan tega liat kamu dimainin laki-laki trus ditinggalin. Aku mau cuma aku yang pernah sentuh kamu. Aku udah janji aku akan jaga kamu baik-baik."
Tiba-tiba aku merasa terharu. Aku mengamit tengkuknya dan mencumbunya perlahan, dengan lembut. Aku mengakhiri cumbuanku dengan sebuah kecupan. Kurasa aku sudah mulai lihai melakukannya.
"Kayaknya aku udah mulai bisa ngerayu kamu. Muka kamu merah banget, kamu tau?" ujarku sambil tersenyum menatap Astro yang hanya diam membiarkanku memimpin.
Astro tersenyum lebar sekali, "Aku akan minta jatahku lagi nanti kalau kita sampai Surabaya. Kamu ga boleh tidur duluan."
Aah laki-laki ini benar-benar....
"Kamu beresin tempat tidur. Aku beresin koper. Kita harus berangkat ke bandara sekarang." ujarku sambil beranjak menuju koper kami di dekat meja kerjaku.
Astro mengangguk dan bangkit. Dia membereskan tempat tidurku yang berantakan karena aktivitas bercinta kami sesaat lalu. Sedangkan aku mengecek kelengkapan semua barang-barang kami di dalam koper dan mengepak barang-barang yang masih tercecer di beberapa tempat.
Aku mengambil kotak berisi boneka kanguru dari kak Liana di salah satu rak gantung di atas tempat tidur. Aku sedang menimbang untuk membawanya ke Surabaya atau meninggalkannya di sini saja. Aku mengambil handphone dari meja kerja dan membuka kotak, lalu mengmbil foto boneka kanguru itu dan mengirimkannya pada kak Liana.
Aku : Makasih banyak, Kak. Bonekanya udah Faza terima
Kak Liana membaca pesanku segera setelah aku mengirimkannya. Namun dia tak juga membalasnya setelah aku menunggu beberapa lama. Mungkinkah mamanya atau Zen sudah menceritakan kejadian di lapangan basket?
Aku memasukkan handphone ke dalam saku dan menutup kotak, lalu menaruhnya kembali ke rak gantung. Kurasa aku akan meninggalkannya di sini. Lagi pula alat perekam yang disebutkan opa sudah diambil, bukan?
Astro mengelus puncak kepalaku, "Biarin aja itu di sini. Kita harus berangkat sekarang."
Aku hanya mengangguk.
Astro mengamit tanganku, lalu mengamit koper di tangannya yang lain dan memimpin langkah keluar kamar. Entah kenapa terasa berat saat aku menutup pintu kamar yang sudah bertahun-tahun kutinggali ini.
Kamar ini dulunya adalah kamar bunda. Aku pernah mencari apapun yang bisa kutemukan tentang bundaku, tapi aku hanya menemukan benda-benda biasa. Buku-buku, pakaian dan beberapa alat kerajinan. Saat itu aku tak tahu opa menyimpan benda penting peninggalan bunda di loteng.
"Jangan bengong, Honey. Kita harus berangkat." ujar Astro sambil mengecup puncak kepalaku karena aku bergeming di depan pintu.
"Aku kangen bunda."
Entah bagaimana kalimat itu bisa lolos dari bibirku. Rasanya sudah lama sekali aku tak mengatakannya dan kurasa mataku basah sekarang.
Astro melepas genggamannya dan melepas koper yang digenggamnya, lalu memelukku erat. Dia hanya diam dan menunggu. Seperti yang biasa dia lakukan saat aku hanya membutuhkan waktu. Dia memberiku waktu tepat seperti yang kubutuhkan. Dia benar-benar mengerti aku.
Aku mendongkak untuk menatapnya dan bicara sambil tertawa juga menangis di saat yang sama, "Ternyata aku masih cengeng ya?"
"Ngomong apa kamu? Ga masalah kok kamu nangis sekali-sekali. Aku akan tetep peluk kamu kayak gini."
Kurasa aku tak dapat menyembunyikan senyum di bibirku. Laki-laki di hadapanku ini manis sekali.
Aku mengecup bibirnya, "Thank you. Thank you so much."
Aku sungguh-sungguh saat mengatakannya. Awalnya kupikir, aku hanya memiliki hutang yang tak akan bisa kubayar dengan apapun pada Denada. Namun sepertinya aku salah.
Aku baru menyadari Astro lah yang lebih berhak mendapatkan kesetianku karena aku tak akan bisa membalas semua perbuatan baiknya padaku. Bahkan semua perbuatannya yang menyebalkan pun, sebetulnya lebih sering membuat suasana hatiku menjadi lebih baik.
Astro mengusap air mata di pipiku dan mengecup dahiku, "My pleasure, Honey. Kamu udahan nangisnya?"
Aku hanya mengangguk.
Astro menutup pintu kamarku dan menggenggam tanganku lagi, dengan koper di tangannya yang lain. Dia membimbing langkah menuju ruang tamu. Opa, oma dan Kyle sedang berbincang di sana.
Kyle bangkit saat melihat kami dan mengamit koper dari tangan Astro, "Kyle tunggu di mobil."
Astro hanya mengangguk.
"Kyle pamit ya, Tuan, Nyonya."
"Hati-hati." ujar opa. "Kalian juga harus lebih hati-hati selama Kyle menemani Denada ke Adelaide (kota di Australia, tempat Petra berkuliah). Jangan bertindak gegabah. Seharusnya semua sesi bermain catur kita mampu membuat Astro lebih bijak dalam mengambil sikap."
Astro menyalami dan mencium tangan opa untuk berpamitan, "Iya, Opa. Astro akan selalu inget nasehat Opa. Astro berangkat ya."
Opa menepuk bahu Astro, "Jangan terlalu sering pamer kemesraan di depan publik. Orang yang sakit hati akan menjadi jauh lebih berbahaya dari yang kalian pikirkan."
Kalimat opa membuat kami saling bertatapan dalam diam.
=======
Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : iamno
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..
Regards,
-nou-