MAKAN SIANG
MAKAN SIANG
"Cukup Nadia, jangan merayuku lagi, aku sudah tidak apa-apa. Pergilah dan cepat pulang. Aku menunggu kabar darimu." ucap Jonathan berusaha meredam hatinya agar tidak kesal dan cemburu.
"Jadi kamu sudah mengizinkan aku pergi Jo?" ucap Nadia dengan tersenyum.
"Hem... jangan terlalu lama, aku menunggumu di sini." ucap Jonathan dengan tatapan penuh.
"Oke... calon suamiku, aku tidak akan lama. Doakan agar berjalan lancar ya." ucap Nadia mengecup kening Jonathan dengan perasaan lega kemudian meninggalkan Jonathan yang terdiam di tempatnya.
"Aku tidak tahu, apa aku harus percaya padamu Nadia?" ucap Jonathan menatap kepergian Nadia dengan perasaan hampa.
***
Di ruang kerja Anne di lantai atas...
Anne berdiri di balik jendela ruang kerjanya melihat Jonathan duduk termenung di kursi rodanya dan melihat Nadia berjalan tergesa-gesa keluar ke jalan raya.
"Nyonya, apa anda yakin rencana ini berhasil?" tanya Marcos dengan tatapan cemas.
"Kamu jangan cemas Marcos, aku sudah memikirkan semuanya. Setidaknya Jonathan dan Nadia akan merasakan bagaimana rasanya mencintai, rasa takut kehilangan juga rasa saling mempertahankan." ucap Anne dengan wajah serius.
"Apa itu tidak akan menyakiti Tuan Jonathan, Nyonya Anne?" tanya Marcos karena yang pasti dari rencana Anne yang tersakiti adalah Jonathan.
"Itu pasti Marcos, tapi hanya jalan itu satu-satunya untuk membuat Nadia peduli pada Jonathan atau tidak. Aku tidak mau Jonathan hidup dengan wanita yang tidak mencintainya." ucap Anne benar-benar mencemaskan Jonathan yang bisa di permainkan wanita hanya karena ingin harta saja.
"Semoga saja, Tuan Jonathan tidak terlalu terluka dengan rencana pernikahan Nadia dan Jean." ucap Marcos dengan cemas.
"Aku yakin Jonathan bisa melalui semua ini Marcos. Jonathan laki-laki yang baik, aku tidak mau Jonathan hanya di manfaatkan wanita yang tidak baik. Seperti Amanda yang sering mencampakkan Jonathan." ucap Anne dengan perasaan kesal kalau mengingat hubungan Jonathan dengan Amanda.
"Tapi, Tuan Jonathan sudah tidak mencintai Nona Amanda, Nyonya." ucap Marcos dengan pasti.
"Aku tahu itu Marcos, kamu awasi terus Jonathan, jangan sampai Jonathan mengambil jalan pintas." ucap Anne merasa yakin dengan rencananya akan menyatukan Nadia dengan Jonathan.
"Baik Nyonya Anne, saya akan mengawasi Tuan Jonathan sekarang." ucap Marcos seraya membungkukkan badannya kemudian berjalan keluar untuk segera menjalankan perintah Anne yaitu mengawasi Jonathan agar tidak menyakiti diri sendiri.
***
Nadia masih berdiri di pinggir jalan menunggu bis kota lewat. Seperti biasanya kemana-mana Nadia selalu naik bis kota di atau memakai motor.
Dan kali ini Nadia ke rumah Jean dengan naik bis kota. Setelah naik bis kota, Nadia duduk tenang sambil memikirkan takdir yang akan menimpanya.
"Aku tidak tahu, apa aku bisa membalas dendam pada keluarga Darren, kalau aku menikah dengan Jean maka balas dendamku tidak akan tercapai." ucap Nadia berharap dia tidak menikah dengan Jean, bukan karena tidak mau dengan Jean tapi Nadia memilih balas dendamnya dan harus menikah dengan Jonathan.
"Ya Tuhan, semoga takdir bisa menemukan aku dengan ayahku. juga bisa membalas dendam atas kematian Ibuku." ucap Nadia dengan tatapan dingin.
Saat bis berhenti di jalan raya dekat rumah Jean, Nadia segera turun dan melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul dua belas siang.
"Aku rasa aku tidak terlambat." ucap Nadia berjalan sedikit cepat ke rumah Jean yang tidak jauh dari jalan raya besar.
Tiba di depan rumah Jean, Nadia sedikit terkejut saat melihat Valerie sudah menunggunya di teras depan.
"Selamat siang Bu." ucap Nadia dengan tersenyum menghampiri Valerie dan mencium kedua pipi Valerie.
"Aku sudah menunggumu dari tadi Nadia? Ayahmu dan Jean sudah menunggu di ruang makan." ucap Valerie seraya memeluk Nadia dan mengajaknya masuk ke dalam rumah.
"Maaf Bu, aku tidak sempat membawa oleh-oleh untuk Ayah dan Ibu." ucap Nadia merasa tidak enak karena datang tanpa membawa apa-apa.
"Tidak apa-apa Nadia, kamu datang saja Ayah dan Ibu sudah senang." ucap Valerie dengan wajah bahagia.
"Nadia." panggil Jean dengan tersenyum. Wajah Jean terlihat sangat tampan dengan memakai kemeja abu-abu.
"Hei Jean, kamu terlihat semakin tampan saja." ucap Nadia tanpa ada perasaan malu karena bagi Nadia hal seperti itu sudah terbiasa di saat menggoda Jean.
Wajah Jean sedikit memerah dengan ucapan Nadia di hadapan orang tuanya.
Valerie hanya tersenyum melihat keakraban antara Nadia dan Jean.
"Ayo...Nadia, kita ke ruang makan saja, tidak enak kalau makanan sudah dingin." ucap Valerie berjalan lebih dulu mendahului Nadia dan Jean.
"Jean." panggil Nadia setelah Valerie masuk ke dalam.
"Ada apa Nadia?" tanya Jean dengan tenang.
"Kamu yakin Ayahmu tidak membahas tentang hubungan kita?" tanya Nadia dengan tatapan serius.
"Sampai saat ini aku belum tahu apa yang akan di bahas Ayah nanti. Sekarang kita makan saja dulu." ucap Jean seraya menarik tangan Nadia dan membawanya ke ruang makan.
Nadia menahan nafas, tidak tahu lagi apa yang di lakukannya kalau Ayahnya Jean ingin Jean segera menikah.
"Nadia, kamu sudah datang sayang?" ucap James dengan tersenyum saat melihat Nadia datang di peluk Jean.
Nadia hanya tersenyum tidak bisa menolak saat Jean yang memeluk bahunya. Dengan perasaan campur aduk Nadia duduk di samping James.
"Bagaimana kabarmu Nadia? kamu baik-baik saja kan tinggal di rumah Tuan Darren?" tanya James dengan tenang.
"Aku baik-baik saja Ayah. Bagaimana dengan keadaan Ayah? apa kata Dokter?" tanya Nadia dengan tatapan penuh.
"Sebaiknya kita makan dulu Nadia. Sudah beberapa lama kita tidak bertemu kan?" ucap James dengan tersenyum.
"Valerie, Jean...Ayo, kita mulai saja makannya." ucap James dengan suara pelan.
Nadia menatap Jean dengan tatapan rumit.
"Tenanglah Nadia, jangan kamu memikirkan hal apapun. Kita makan saja sekarang." ucap Valerie sangat tahu apa yang di pikirkan Nadia.
Nadia menganggukkan kepalanya, kemudian mengambil nasi dan sayur untuk Jean dan untuk dirinya sendiri.
James dan Valerie saling pandang, kemudian menyelesaikan makannya tanpa membahas apapun.
Setelah selesai makan, Nadia bangun dari duduknya dan mengambil semua piring dan gelas kotor untuk segera di cuci.
"Nadia biarkan saja di dapur jangan di cuci." ucap Valerie seraya bangun dari duduknya.
"Tidak apa-apa Bu, biar aku bersihkan semuanya setelah itu kita bisa bicara dengan tenaga." ucap Nadia sangat penasaran dengan apa yang akan di bicarakan James.
"Oke Nadia, ibu tunggu di ruang tengah oke." ucap Valerie kemudian membantu James pergi ke ruang tengah.
Setelah pekerjaannya selesai, Nadia mengeringkan tangannya kemudian pergi ke ruang tengah.
Di lihatnya Jean sudah duduk di samping James, dan Valerie duduk di kursi panjang.
"Nadia duduklah di samping Ibu." ucap Valerie sambil menepuk tempat kosong di sampingnya.
Nadia menganggukkan kepalanya, kemudian duduk di samping Valerie.
"Ayah...aku sudah menunggu jawaban Ayah. Bagaimana keadaan Ayah?" tanya Nadia dengan tatapan penuh.
James menghela nafas panjang kemudian menatap Valerie dan Jean.
"Kata Dokter, hidupku tidak akan lama Nadia." ucap James dengan mengusap wajahnya.