DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

MERASA ANEH



MERASA ANEH

3Dengan penuh cinta Nadia memeluk Jonathan dengan sangat erat seolah-olah tidak ingin berpisah.     

"Hatiku sangat berat berpisah denganmu Jo." ucap Nadia dengan airmata mengalir di pipinya.     

"Jangan menangis lagi Nadia. Aku tidak ingin melihat matamu sembab saat kamu menikah." ucap Jonathan berusaha mengikhlaskan Nadia menikah dengan Jean.     

Nadia berhenti menangis setelah Jonathan mengusap airmatanya.     

"Maafkan aku Jo, di saat terakhir-terakhir aku menjadi lemah. Seharusnya aku harus tegar agar aku bisa menghiburmu." ucap Nadia seraya mengusap air matanya yang tersisa.     

"Tidak apa-apa Nadia, kita harus saling menguatkan kan? di saat aku lemah. Kamu akan menguatkan aku. Dan sekarang aku yang menguatkanmu." ucap Jonathan seraya memeluk Nadia dengan kuat.     

Nadia menenggelamkan kepalanya dalam dada Jonathan yang bidang walau ringkih.     

"Tidurlah Nadia, besok kamu akan menikah da dan aku akan menemani kamu." ucap Jonathan dengan tersenyum kemudian membelai wajah rambut Nadia agar segera tidur.     

Nadia memejamkan matanya dengan bersandar di dada Jonathan.     

Jonathan masih membelai pelan rambut Nadia hingga Nadia tertidur lelap.     

Setelah memastikan Nadia tertidur lelap, Jonathan ikut memejamkan matanya untuk melepas lelah.     

Dengan saling berpelukan Nadia dan Jonathan melepaskan rasa lelahnya dengan tidur bersama.     

***     

Nadia terbangun saat merasakan tangan Jonathan memeluk pinggangnya. Masih dengan mata setengah terpejam Nadia mengangkat tangan Jonathan. Namun sudah terlambat kedua mata Jonathan sudah terbuka menatap Nadia yang mengangkat kedua tangan Jonathan.     

"Kamu mau ke mana Nadia?" Tanya Jonathan dengan tatapan sayu.     

"Mau mandi Jo. Aku harus berangkat pagi, aku akan menikah siang ini." Ucap Nadia sambil melihat jam tangannya yang masih menunjukkan pukul setengah lima pagi.     

"Apa kamu lupa kalau aku juga harus datang? Aku akan menemanimu jadi pengantin Nona Nadia." Ucap Jonathan merasa kesal karena Nadia merupakannya.     

"Ahh!! Benar! Kamu akan menjadi pendamping pengantin." Ucap Nadia kemudian membantu Jonathan bangun untuk duduk bersandar.     

"Apa kamu bisa mandi dengan Tuan Marcos? aku harus lebih dulu di rias. Aku harus datang lebih dulu di banding yang lain." Ucap Nadia dengan wajah serius.     

"Begitukah menurutmu? Aku harus di mandikan Marcos dan bukan kamu?" Tanya Jonathan sambil memicingkan matanya.     

"Tenanglah Jo, aku benar-benar lupa kalau kamu dan Gladys akan menjadi pendampingku saat aku menikah." Ucap Nadia kembali ke tempat tidur Jonathan.     

"Kalau begitu kenapa kamu tidak pergi saja? biar aku diantar oleh Marcos. Kamu takut untuk terlambat menikah kan! Ya sudah pergi saja." Ucap Jonathan masih merasa cemburu saat tahu Nadia ingin cepat-cepat pergi ke rumah Jean.     

"Bukan seperti itu maksudku Jo, aku hanya tidak ingin aku datang terlambat dan itu pasti akan mengecewakan Ayah dan Ibu. Aku tidak cemas akan Jean, tapi aku cemas dengan perasaan Ayah dan Ibu." ucap Nadia merasa bersalah pada Jonathan.     

Jonathan hanya diam saja tidak membalas ucapan Nadia.      

"Baiklah aku akan merawatmu, setelah itu kita akan berangkat bersama-sama ke sana Sekarang apa kamu senang?" Tanya Nadia menatap penuh wajah Jonathan yang terlihat gelisah.     

Jonathan mengangkat wajahnya menatap kedua mata Nadia yang bersungguh-sungguh.     

"Baiklah tunggu apa lagi, sekarang cepat rawat aku dan tolong ambilkan pakaian jas yang ada di dalam almari. Aku akan memakainya dari sini." Ucap Jonathan terlihat tampan dengan wajah khasnya yang arogan.     

Nadia hanya tersenyum kemudian mengambil pakaian stelan jas milik Jonathan.     

Di letakkannya stelan jas berwarna biru tua di atas tempat tidur di samping Jonathan.     

"Sekarang pakaian itu sudah siap Tuan Jonathan, apalagi yang aku lakukan sekarang?" tanya Nadia dengan tatapan gemas.     

"Cepat rawat aku Nadia, kalau tidak...kamu akan terlambat datang ke rumah Jean." ucap Jonathan dengan menahan senyum.     

"Baiklah Tuan Jonathan, seperti apa kata anda saja." ucap Nadia sebuah senyuman mulai merawat Jonathan hingga bersih dan harum.     

Setelah selesai merawat Jonathan kemudian membantunya berpakaian, Nadia menyisir rambutnya untuk segera berangkat ke rumah Jean.     

"Kita berangkat sekarang Tuan Jonathan." ucap Nadia masih bercanda memanggil Jonathan dengan sebutan Tuan.     

"Apa kamu sudah memberitahu Marcos untuk menunggu kita di depan?" tanya Jonathan sampai memasang dasinya.     

"Aku sudah memberitahunya Tuan." ucap Nadia duduk berjongkok dan membantu memasang dasi Jonathan dengan benar.     

Jonathan hanya menganggukkan kepalanya dengan perasaan tak menentu.     

Setelah merasa yakin semuanya beres, Nadia membawa Jonathan turun untuk segera berangkat ke rumah Jean.     

"Jam berapa sekarang Nadia?" tanya Jonathan setelah berada di dalam mobil.     

"Jam setengah enam pagi, aku dengan Jean harus ke salon. Dan kamu bisa bersama Gladys." ucap Nadia sambil melihat ke luar jalanan yang masih sepi.     

"Tuan Marcos, bisakah cepat sedikit? aku harus sampai di rumah Jean jam enam pagi." ucap Nadia dengan wajah mulai terlihat tegang.     

"Apa kamu sudah mulai tegang?" tanya Jonathan saat melihat wajah Nadia yang terlihat gelisah.     

"Sedikit Jo, aku tidak bisa tenang lagi sekarang." ucap Nadia seraya mengusap wajahnya.     

"Berusahalah tenang Nadia, aku juga akan berusaha untuk tenang." ucap Jonathan seraya menggenggam tangan Nadia yang dingin sama seperti dirinya.     

"Tanganmu juga dingin Jo?" ucap Nadia membalas genggaman tangan Jonathan.     

"Tuan Marcos, Momy dan Daddy juga datang ke pernikahan Nadia kan?" tanya Jonathan mengalihkan suasana hatinya agar tidak tegang.     

"Tentu Tuan Jonathan, Nyonya Anne dan Tuan Darren akan datang dan akan menemani Nona Nadia sebagai wali Nona Nadia." ucap Marcos dengan tenang.     

"Apa Marcos? Momy dan Daddy sebagai wali orang tua Nadia? kenapa kita berdua tidak tahu tentang hal itu?" tanya Jonathan dengan kening berkerut juga Nadia seketika itu juga menegakkan punggungnya.     

"Tapi bagaimana itu bisa terjadi Tuan Marcos? Orang tua Jean tidak pernah membahas tentang Nyonya Anne dan Tuan Darren?" ucap Nadia dengan tatapan heran.     

"Aku juga tidak tahu Nona Nadia, Tuan Jonathan. Sebaiknya anda tanyakan saja pada Nyonya Anne atau Tuan Darren." ucap Marcos tidak ingin membuat kesalahan untuk menjawab pertanyaan Nadia dan Jonathan.     

"Baiklah Marcos, nanti akan aku tanyakan pada Momy dan Daddy." ucap Jonathan sambil menatap Nadia yang sedang menatapnya.     

"Kamu Jangan pikirkan apa-apa Nadia, biar aku yang akan menanyakan tentang hal ini pada Momy dan Daddy. Kamu fokus saja dengan pernikahanmu." ucap Jonathan seraya memeluk bahu Nadia.     

Tiba di rumah Jean, Nadia sudah di sambut Jean dan orang tuanya. Ada Gladys juga yang sudah berdiri di pintu mobil.     

"Nadia, kamu ikut mobil Jean. Dan Gladys biar ikut mobil Jonathan. Kita akan ke salon sekarang." ucap Valerie dengan tergesa-gesa menarik tangan Nadia yang belum sempat bicara dengan Jonathan yang masih ada di dalam mobil.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.