Kecelakaan Mobil
Kecelakaan Mobil
"Kenapa aku dimarahi olehnya? Apakah aku memang beban baginya? Yah, mungkin ini karena aku orang desa yang bodoh. Tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantunya. Ya Allah, bagaimana ini? Apakah tante bisa kembali padaku? Aku tidak ingin banyak uang. Tidak ingin uangnya atau hidup menjadi orang kaya. Tapi kalau bisa, aku ingin bersamanya."
Mungkin ia akan bertemu dengan wanita lain. Namun kini dirinya sudah menikah dengan wanita yang membuatnya merasa bahagia. Wanita pertama yang mengakui dirinya. Ia memutuskan untuk menikah hanya satu kali dan itu sudah terwujud. Tidak ingin dirinya menikah dengan wanita lain selain istrinya sekarang. Juga harus sadar diri, kalau bukan Farisha, akan sulit untuk mencari wanita lain. Atau mungkin saja Farisha juga wanita yang seperti kebanyakan. Wanita yang suka dengan pria tampan dan kaya. Karena sebagian besar, wanita memang seperti itu.
"Aku harus pergi dari sini. Tapi harus pergi ke mana lagi? Apa di dalam tidak ada orang? Mau masuk tapi tidak tahu bagaimana caranya. Ini gerbangnya tinggi banget, sih. Takut juga karena bagian atasnya lancip gitu. Kalau kena kulit, bisa sakit dan infeksi, pasti."
Tak ada cara untuk masuk ke dalam rumah besar itu. Walaupun bisa masuk ke dalam, tidak akan menemukan orang juga. Tidak mungkin juga ia masuk ke rumah orang lain. Walau itu rumah mertuanya sendiri juga harus izin pada yang punya rumah.
"Ya sudahlah ... mungkin memang sudah nasibku seperti ini. Tapi aku akan berusaha untuk menjadi orang kaya. Aku akan membuat Farisha kembali padaku dan hidup bahagia dengannya. Semoga saja bisa bertemu lagi. Tidak masalah kalau menjadi anak buahnya seumur hidup. Yang penting bisa bersama dengannya."
Tekad Usman telah bulat untuk berjuang mendapatkan istrinya kembali. Apapun yang terjadi, ia akan kembali ke sisi Farisha dengan keadaan yang berbeda. Harus ia akui, dirinya memang seorang lelaki bodoh dan menjadi seorang lelaki yang tidak pantas mendapatkan cinta seorang wanita. Sekali lagi ia ingin merasakan kembali hari-hari seperti di desa. Hari di mana mereka menikmati indahnya pantai dan kebersamaan dengan warga yang menghuni desa Tapangwaru.
Dengan keadaan lemas dan sakit di badannya. Usman berjalan tertatih menggendong tasnya. Sesekali ia harus bersandar pada pohon dan menempel pada tembok untuk mempertahankan berdirinya. Bukan sakit karena dihajar Farisha yang ia rasakan. Namun rasa sakit di hatinya yang lebih menguras energi jiwanya.
Saat berjalan sempoyongan, sepintas terlihat kendaran roda empat yang melaju dengan kecepatan tinggi. Karena mengalami rem blong, membuat mobil itu tidak bisa dikendalikan. Pada akhirnya mobil itu menabrak sebuah pohon. Mobil itu mengalami ringsek dan terlihat asap putih dari mesin mobil itu. Usman berjalan lebih cepat untuk menyelamatkan orang yang di dalam mobil. Walau keadaannya tidak stabil akibat perlakuan Farisha terhadapnya.
"Tolooong! Tolong! Toollooong!" teriak Usman dengan keras. Ia berharap ada orang yang mendengar dan memberi pertolongan pada orang yang ada di dalam mobil. Dengan harapan ada yang membantunya. Setidaknya ada yang membawanya ke rumah sakit.
Usman berusaha mencari orang yang berada di dalam mobil. Mencoba melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan nyawa orang yang ia yakini masih hidup. Ia melihat seorang pria yang mengendarai mobil serta di belakang terlihat seorang wanita paruh baya yang mengalami luka di kepalanya. Pemuda itu dengan sigap membuka pintu mobil dan mengeluarkan pria paruh baya yang ia anggap sebagai supir terlebih dahulu.
"Ahh ... to-long ... to ... loong nyo-nya ... " lirih pria paruh baya dengan suara lirih. Matanya terpejam dan mengalami pendarahan hebat di kepala serta perutnya yang tergencet. Kaki dan tangannya juga tidak luput dari luka yang membuat sekujur tubuhnya mengalami luka.
Usman meletakan pria itu di tepi jalan. Untuk menyelamatkan seorang wanita paruh baya yang masih berada di dalam mobil. Usman kesulitan menolong orang di dalam mobil yang rusak akibat menabrak pohon besar.
"Wah, ini parah sekali ...." lirih Usman sambil mencoba membuka pintu mobil. Namun pintu mobil itu sangat susah untuk dibuka dari luar. "Akhh! Ini susah sekali! Yaaahhh!" teriaknya seraya mengeluarkan semua tenaganya.
Karena kesal tidak bisa membuka pintu mobil itu, ia lewat ke pintu depan dan menerobos ke belakang. Sangat kesulitan untuk bisa menolong wanita yang ada di dalam mobil itu. Sambil mencoba membuka pintu kembali, Usman membawanya ke depan. Untuk mengangkat wanita yang ia tolong pun cukup mengalami kesulitan. Hingga tak kuasa meneteskan air matanya. Entah mengapa ia menangis saat berusaha menyelamatkan orang yang ia tidak kenal.
Ada beberapa orang yang mendengar teriakan minta tolong, membuat mereka juga berteriak dan mengumpulkan orang-orang. Mereka baru tiba saat dua korban telah dibawa keluar dari dalam mobil yang ringsek itu. Usman juga tidak berhenti untuk berteriak minta pertolongan. Hingga mereka tiba, segera dibawa ke dalam mobil seseorang yang merupakan salah satu pemilik rumah di kawasan itu.
"Ayo, bawa semua korban ke dalam mobilku! Saya akan antar mereka ke rumah sakit!" ujar seorang pria yang merasa iba melihat kejadian itu. Untuk urusan menolong orang, ia harus cepat. Sedangkan untuk mobil yang rusak itu, bisa diserahkan pada yang berwajib. Sekarang yang terpenting adalah menolong nyawa orang.
"Iya ... ayo bawa ketiganya ke dalam mobil. Ayo cepat-cepat!" seru seorang warga yang turut membantu Usman untuk mengangkat korban yang merupakan seorang wanita paruh baya.
Karena tubuhnya yang lemah, membuat Usman tidak bisa bergerak lagi. Apalagi ia sudah mengalami kekerasan dari istrinya. Batinnya juga merasa sakit setelah ditinggal begitu saja. Ini bukan karena menolong orang yang mengalami kecelakaan itu. Melainkan karena sikap Farisha yang berubah begitu saja. Saat menolong orang pun menjadi tidak berdaya dan mengandalkan orang lain.
"Hei, Nak. Apa kamu tidak apa-apa? Lebih baik kamu duduk di depan. Biarkan mereka berdua yang di belakang!" pinta penyelamat itu. "Hei, bawa anak ini untuk duduk di sampingku! Karena di belakang tidak ada tempat lagi. Kalau bisa, ada satu atau dua orang untuk menjaga mereka! Juga kasih kain untuk menutup luka mereka!"
Usman hanya diam dan menuruti apa yang dikatakan oleh pria itu. Dengan masih membawa tasnya, ia duduk di bagian depan. Namun ia tidak mau berbicara apapun. Pemilik mobil menghela nafas panjang. Ia berpikir kalau anak muda itu sedang mengalami trauma karena orang di mobil yang bersamanya dalam keadaan kritis.
"Kamu tenang saja, Nak. Mereka akan segera ditolong. Kita akan ke rumah sakit untuk menolong mereka," ungkapnya mencoba menenangkan hati pemuda itu.
***