Tante Seksi Itu Istriku

Kembali Ke Perjalanan



Kembali Ke Perjalanan

1"Sepertinya bis akan berangkat lagi. Apa kamu masih lapar, Man? Kalau masih lapar, bisa pesan lagi di bungkus." Perutnya sudah terisi makanan. Dan juga sudah dapat kembali tenaganya. Ia bangkit dari tempat duduk dan berjalan menuju ke kasir untuk membayar.     

"Aku sudah lapar, Tante, hehe ... kalau mau makan lagi, di bis juga ada banyak makanan, kan? Tapi terserah sama Tante saja kalau enak, bisa beli lagi." Usman mengekori Farisha di depannya. Juga melirik ke samping, ada pria yang menghampiri mereka tadi saat makan. Namun ekspresi orang itu terlihat menakutkan. Membuat perasaan ngeri bagi Usman.     

Usman mengikuti Farisha sambil pandangannya melenceng ke mana-mana. Pada akhirnya tidak menyadari apa yang terjadi selanjutnya. Ia menabrak sang istri yang sedang membayar makanan mereka. Akibatnya keduanya kaget dan hanya bisa menjerit lalu senyam-senyum.     

"Aduh, ini di tempat umum, Sayang. Kalau mau, nanti kalau sudah sampai rumah, aku kasih ke kamu, deh," goda Farisha sambil menjentikkan sebelah matanya. "Ayo, kamu jangan nakal lagi, yah!"     

Ucapan Farisha malah membuat mbak-mbak yang melayani pembeli dan kasir senyam-senyum. Namun setelah melihat wajah Usman yang menurut mereka ngeselin, malah menahan rasa ingin muntah. Ini karena perbandingan mereka yang terlalu jauh. Di satu sisi, wanita di depan terlihat begitu sempurna. Namun setelah melihat Usman, mereka tidak menyetujuinya. Ingin protes tapi tidak bisa melakukannya.     

Setelah membayar makanan, mereka kembali ke bus yang ditumpangi. Keduanya terlibat bingung karena tidak mengingat bis yang mana, yang mereka naiki tadi. Karena semua bus terlihat sama dan bahkan satu trayek.     

"Kita masuk ke bis yang mana, nih? Kenapa tadi lupa nggak mengingat-ingat, sih? Akhh, sialan!" umpat Farisha geram. Ia geram dengan kebodohan yang dilakukan. Karena tidak menyadari juga akan seperti itu.     

"Buka tiketnya, di situ ada nomor polisinya juga. Apa nggak pernah naik bis sebelumnya, Mbak?" tanya seorang wanita paruh baya. Ia melihat Farisha yang dalam kesulitan karena untuk mencari bis yang dinaiki saja tidak tahu.     

"Oh, aku nggak tahu kalau ada nomor polisinya. Wah, terima kasih, Bu. Akhirnya tahu juga cara mencari bisnya." Setelah mendapat informasi yang berguna, membuatnya memeriksa tasnya. Ada tiket yang selalu dibawanya dan ia mencocokan nomor polisi di tiket dan di bus.     

"Iya, sama-sama, Mbak. Kalau begitu saya permisi, ini bis saya. Semoga cepat ketemu bis yang mana yang ditumpangi tadi." Wanita paruh baya itu naik ke dalam bus. Harus mengantri karena ada banyak yang mau naik ke dalam.     

Farisha memperhatikan nomor polisi di bus lalu di tiketnya. Dan kebetulan ia juga satu bus dengan wanita paruh baya yang memberitahukannya untuk memakai tiket untuk mencari bus itu.     

"Man, kita naik yang ini saja! Kita tadi berada di bis ini. Sepertinya kondektur sudah memanggil-manggil dari tadi." Diulurkan tangan Farisha pada sang suami dan berjalan masuk bersama. Sebelumnya ia menunggu orang di depannya masuk ke dalam.     

Suasana riuh kembali terjadi karena para penumpang berdesakan. Kondektur dan sopir harus menengahi agar tidak terjadi kegaduhan. Karena di dalam kondisi masih belum baik, Farisha menahan Usman agar tidak masuk duluan. Meskipun Usman sudah terbiasa melakukan itu. Ia sudah sering berjualan di bus dan kadang di terminal atau di mana saja. Asal bisa menjual dagangannya.     

"Kita masuknya nanti saja, Man! Soalnya di dalam saja seperti itu. Kalaupun masuk juga tidak bisa apa-apa. Ya, kasihan kalau tibuhku ditempelin tubuh mereka. Apa kamu tidak cemburu saat badanku yang bahenol ini jadi santapan pria lain, hemm?" gumam Farisha lirih. Wanita itu menyunggingkan senyuman untuk membuat suaminya tetap di sampingnya.     

Setelah keributan di bus mereda, barulah Farisha dan Usman masuk ke dalam. Keduanya saling bergandengan tangan seraya mencari tempat duduk mereka. Di dalam, ada seorang pria tidak dikenal yang tadinya berniat mengejar Farisha. Pria itu sedang duduk jauh di belakang mereka. Namun tetap saja apa yang dilakukan Usman membuat pria dewasa itu menjadi kehilangan semangat. Saat melihat sepasang suami-istri itu, hanya bisa mengalihkan pandangan ke arah lain.     

"Bapak, Ibu ... semuanya sudah di dalam? Coba saya cek satu-satu, yah!" Kondektur mulai berjalan sambil menghitung penumpang yang berada di dalam bus. "Satu dua tiga ... empat lima ... enam tujuh delapan ... sembilan ... sepuluh ...." Mulai ia menghitung satu persatu. "Oke, semuanya sudah lengkap, yah? Kalau gitu kita bisa berangkat yah!" tandasnya lalu kembali ke tempatnya di depan.     

"Man ... kamu di desa ada orang yang kamu suka, tidak?" Tiba-tiba Farisha menanyakan pada suaminya. Ia ingin tahu bagaimana suaminya saat di desa. Ingin juga mendengar masa lalu pemuda di sampingnya itu. "Kalau tidak, setidaknya kalau punya pacar, pernah pacaran berapa kali?"     

Farisha sudah jelas tahu kalau suaminya tidak pernah pacaran. Teringat ceritanya yang selalu diintimidasi dan dimanfaatkan oleh pamannya sendiri. Cerita itu membuat Farisha merasa sedih, halu dan sebagaimana. Mengetahui masa lalu Usman, membuat ia kembali semangat. Apalagi kabar Azhari pun belum ada sama sekali. Kembali Farisha mencoba untuk menghubungi Azhari. Ia juga sudah menelpon Lukman untuk bersiap menjemputnya. Namun mereka sama saja, pesan tidak masuk. Karena kemungkinan ponsel mereka mati atau sesuatu telah terjadi.     

Bus melaju meninggalkan tempat itu. Tak seberapa lama kemudian, lampu mulai redup. Dengan AC yang masih menyala ketika bis tersebut melaju dengan kecepatan tinggi.     

"Aku nggak pernah pacaran dan nggak suka sama perempuan. Bukankah kamu sudah tahu, aku nggak mungkin ada teman banyak. Setiap hari, aku selalu berjualan di bus dan terminal. Apa aku harus katakan sekali lagi?" Merasa menjadi suami yang dianggap oleh Farisha, membuatnya lupa akan hatinya. Kenapa sekarang dirinya berani seperti itu dengan istri yang awalnya hanya pura-pura itu.     

"Iya sudah, sih. Emm, kalau gitu, kita lihat sana pemandangan di sini. Wah, kelihatannya ini sangat cantik. DI langit terlihat bulan itu sangat besar. Sehingga mengikuti kita ke manapun kita pergi."     

"Wah, wanita itu sangat lebay. Lah, kenapa wanita secantik dan seseksi dia, otaknya bloon di hadapan bloon sungguhan? Ah, rasanya ini sesuatu yang tidak adil. Bagaimana nanti kalau pria itu jahat? Seorang tokoh utama yang ada di novel itu."     

"Ah, baca saja novelmu lagi! Soalnya kebanyakan baca novel malah jadi kayak orang gila!" Yang lain menimpali dengan rasa tidak suka. Apalagi dengan temannya yang memang sudah ketagihan untuk membaca.     

"Iya, lah. Aku baca novel aja biar pikiranku menjadi semakin pintar. Karena beberapa orang author juga memiliki hal yang bisa menjadi ilmu pengetahuan," bela nya dengan kesal. Apalagi temannya sangat tidak setia kawan menurutnya.     

Saat dua orang tengah ribut, Farisha dan Usman sedang saling memeluk satu sama lain. Tidur dengan saling memeluk pasangan adalah hal baru bagi mereka. Apalagi posisinya berada di dalam bus yang melaju cepat. Sambil balapan juga.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.