Tante Seksi Itu Istriku

Rasa Mimpi



Rasa Mimpi

0Farisha tidak tahu apakah akan mengatakannya atau tidak. Tapi memang ia merasa belum waktunya. Karena ini menyangkut masa depannnya. Ia tidak mau berpikir gegabah dan membuat dirinya hancur karena telah menjadi wanita yang tidak bisa dipercaya lagi. Sudah meninggalkan Vania waktu itu juga sudah pasti dirinya akan dibenci kembali. Dan saat wanita itu tahu kalau dirinya sudah tidak perawan lagi, mungkin akan dibenci seumur hidupnya. Sempat ia berpikir untuk melakukan cara lain yang lebih aman. Tapi itu tidak mungkin kalau dilakukan di daerah yang terpencil seperti di dekat pesisir pantai tersebut.     

"Sudahlah, Usman ... tapi kalau aku minta beneran, kamu harus siap, yah! Pokoknya kamu harus mau karena sudah berjanji. Terserah kamu mau menikmatinya atau tidak. Yang penting kamu harus mau, titik!"     

"Pastilah ... ya sudah kalau begitu kita tidur saja, yuk! Boleh aku lihat wajahmu yang cantik ini, Tante?" tanya Usman yang mulai berani tapi ia juga tidak menyadarinya kalau ia berkata seperti itu. Tapi berharap kalau Farisha tidak mendengarnya.     

"Boleh ... kalau aku cantik, sudah pasti kamu mau. Kita lihat saja besok. Kalau kamu beneran mengatakan aku cantik. Ya kamu pandangin aku terus, sampai aku berubah jadi keriput pun tidak apalah." Walau ia tidak tahu perkataan Usman Benar atau tidak, Farisha tetap senang telah dipuji cantik oleh Usman.     

Farisha dan Usman saling menatap satu sama lain. Usman tidak tahan ingin mengusap wajah sang istri. Tangannya ia julurkan ke depan, menyentuh pipi sang istri dengan lembut. Rasanya ia sangat menikmati menyentuh kulit yang mulus itu. Walau ia masih tersadar, ia tidak tahu mengapa ia berani. Mendapat sentuhan di wajahnya, malah membuat Farisha merasa bahagia. Ia bisa dengan tenang menyentuh tangan kasar lelaki itu. Ia cium tangan yang telah menolong dirinya di masa-masa sulit. Walaupun tangan itu tidak sehalus dirinya, ia tetap bahagia.     

"Mmm ... ma-maaf, Tante. Tanganku tidak bisa aku kendalikan," ucap Usman, takut dimarahi. Tapi malah melihat wanita itu menggeleng dan tersenyum. Ia tidak tahu senyuman apa itu. Tapi senyuman itu membuatnya berdetak lebih kencang dari sebelumnya.     

"Kamu deg-degan, Usman? Nggak apa-apa, kok. Seumur hidup, baru kamu lelaki yang menyentuh wajahku. Aku juga deg-degan, lah. Kalau nggak percaya, coba sentuh dadaku ini." Farisha membawa tangan Usman untuk menyentuh dadanya. Ia merasakan tangan itu sudah menempel di dadanya yang terhalang oleh buah dadanya yang cukup besar.     

Deg-degan Usman semakin menjadi. Untuk kedua kalinya ia menyentuh benda kenyal itu dan kali ini dalam keadaan sadar. Usman tidak tahu kalau rasanya itu sangat menyenangkan. Itu adalah rezeki yang ia dapat dengan mudah. Tapi ia khawatir juga kalau-kalau tiba-tiba Farisha akan marah dan memukulnya. Tapi nyatanya Farisha memejamkan matanya, merasakan tangan yang tidak halus itu.     

"Usman ... apa kamu mau berikan aku anak? Maksudku, apa kamu mau bantu aku biar bisa hamil? Eemm ... aku tidak tahu kamu mau atau tidak. Aku tidak bisa memaksa kamu karena mungkin itu akan menjadi pengalaman pertama bagimu. Dan itu malah sama aku. Jadi aku ragu, apakah aku bisa mendapatkan kehormatan itu?"     

Otak Usman tiba-tiba tidak bisa untuk berpikir. Ini adalah perkataan yang tidak bisa dipercaya begitu saja. Jelas-jelas ini seperti mimpi baginya. Tidak mungkin ia menolak kalau ini adalah mimpi. Dan esoknya ia harus bangun lebih awal dari Farisha untuk mandi dan berganti pakaian. Yang langsung ia cuci saat itu juga. Kalau perlu, ia akan bangun malam-malam untuk membersihkan dari sisa mimpi basahnya.     

"Apa kamu mau, Sayang? Kalau mau, terserah kamu mau sekarang atau kapan. Yang penting sebelum kita kembali kamu bisa memutuskannya. Tapi aku tidak mau sama lelaki lain. Aku hanya mau sama kamu. Dan kamu bisa pikirkan beberapa hari. Tapi kuharap kamu mau melakukannya segera. Aku tidak ingin diatur oleh lelaki brengsek itu."     

Usman mengingat perkataan Farisha saat masih di depan Benny, ayah Farisha. Wanita itu mengatakan akan segera hamil saat pulang dari bulan madunya. Tentu Usman juga tidak rela kalau Farisha melakukannya dengan orang lain. Meskipun ia juga tidak akan mendapatkan hasilnya. Tapi ia juga sudah berjanji akan membantu Bram untuk mendapatkan wanita di depannya. Antara bingung atau hanya mimpi, Usman tidak bisa memutuskan malam ini. Tidak untuk itu, tidak untuk melakukan hal yang tidak ia tahu harus bagaimana.     

"Apa kamu tidak mau juga? Kamu pikirkan saja, Usman! Tidak perlu buru-buru tapi lihatlah ... tangan kamu juga sudah di dadaku yang gede ini. Kamu juga gemetaran seperti ini. Kata orang, kalau begini berarti kamu sedang tidak menikmatinya, kan? Ayo remas lagi kalau mau."     

Malam itu benar-benar seperti mimpi bagi Usman. Maka ia menganggap kalau sekarang dirinya sedang bermimpi. Karena tidak mungkin di dunia nyata akan terjadi hal yang ia anggap hanya ada di alam mimpi. Jadi lelaki itu tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Yang penting ia bisa menikmati mimpi basahnya untuk kesekian kalinya. Karena ia tidak mengingat sudah berapa kali.     

"Mmmm ... kamu mau juga, Man? Ohh, ini enak, loh. Tangan kamu juga agak kasar tapi kok aku senang, yah? Ayo kamu masuk ke selimut, yah. Tangan kamu masuk juga, pencet ujungnya dong! Awwhh sakit tapi enak, shhh ... terus," ceracau Farisha, menikmati remasan, permainan tangan sang suami pada buah dadanya.     

Pemuda itu tidak hentinya melakukan apa yang ada dalam mimpinya. Kali ini ia bisa melakukan apapun dalam mimpi yang terasa begitu nyata. Tidak seperti mimpi-mimpi sebelumnya, ini sangat nyata. Ia bisa merasakan debaran jantung wanita di depannya. Ia juga merasa hangat dan begitu lembut dan empuk. Sama seperti saat malam pertama yang saat itu Farisha telah diberi obat perangsang. Seakan mengingat nikmat itu, jadi ia merasa telah merasuk di mimpinya karena teringat akan hal itu.     

Malam yang panjang, keduanya tidak bisa lepas dari perasaan bahagia. Farisha menatap lelaki itu yang begitu senang dan menyunggingkan senyum. Ia juga tersenyum senang kepada lelaki itu.     

"Man, kamu mau bikin anak sama aku, kan? Kamu lepaskan ikatan bhku, dong! Ini yang ada di belakang. Aku berbalik dulu, yah!" Farisha pun berbalik yang membuat Usman melepaskan tangannya dari dadanya.     

Usman tanpa ragu melepaskan pengait bh milik Farisha dan lelaki itu juga sudah melepaskan kaosnya yang lebar. Lalu ia kembali berbalik ke arah Usman. Tersenyum dengan keadaan sudah melepaskan pakaian atasnya. Hanya tinggal pakaian bagian bawah yang belum terlepas dari tubuhnya.     

"Boleh aku pegang burungmu, kan? Coba kamu juga lihatin padaku. Katanya akan keluar yang bisa bikin aku hamil nantinya. Kita lakukan malam ini atau besok, terserah kamu saja, deh. Hihihihi!"     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.