Dia Semakin Peduli
Dia Semakin Peduli
Liang Zhichen mendekati Dong Huiying karena penasaran dengan isi suratnya.
Dong Huiying berkata, "Nona Duan sudah pergi ke markas pasukannya. Dia bercerita jika ada seorang tahanan yang mati karena menggali tambang di markas. Karena Nona Duan ada disana, Zhu Xingfang pasti tidak akan bisa melarikan diri."
Dong Huiying merasa sangat bahagia saat ini. Ya, kemungkinan besar Duan Yingliu akan menjaga Zhu Xingfang dengan geram karena telah melukai mental suaminya.
Liang Zhichen membantu menata rambut panjang Dong Huiying yang berantakan karena tertiup angin sembari bertanya-tanya penyebab istrinya ini dalam suasana hati yang sangat baik.
Ketika melihat ke arah kantong uang yang dipegang oleh Dong Huiying, ia tiba-tiba teringat pada perkataan Nyonya Duan tentang istrinya yang ternyata dulu adalah seorang tentara yang tangguh. Mungkin, cerita bahwa Sang Istri adalah prajurit orion memang benar adanya.
Liang Zhichen langsung mengedipkan matanya dengan penuh kecanggungan.
Sang Istri keluarga Liang, sepertinya ada banyak rahasia di dalam dirinya. Hal ini membuatnya semakin lama semakin peduli padanya. Sebenarnya, orang seperti apa Sang Istri ini?
"Kakak."
Tiba-tiba, suara kaku dan membosankan terdengar dari arah belakang.
Ketika Liang Zhichen menoleh ke belakang, ia melihat bahwa Lao Si tengah menatapnya dengan depresi.
"Ya?"
Ia pun memutuskan untuk tersenyum dengan anggun dan malas untuk memprovokasinya.
Dengan tanpa ekspresi, Lao Si berkata, "Kalian pulang larut."
"Iya."
"Aku menunggu kalian pulang dari tadi."
"Itu kerja yang bagus."
"Hmmm, apa kalian tidak berniat pulang?"
"Haha,"
Liang Zhichen memperhatikan adiknya yang tampak polos itu dan dirinya merasa bahwa adiknya ini tumbuh semakin tampan saja.
Tapi, ketika melihat wajah dingin dan kakunya, Liang Zhichen seolah tidak rela jika Sang Istri menjadi terlalu dekat dengannya.
Seakan Lao Si atau Liang Haoming ini terlalu cemburu bila melihat Sang Istri bersama pria lain.
"Haoming?"
"Ya."
Liang Zhichen berkata, "Peraturan nomor sebelas pada halaman delapan dari 'Aturan berumah tangga'."
Lao Si langsung terdiam. Ya, ia ingat bila dalam peraturan tersebut berbunyi bahwa sebagai seorang suami, tidak boleh ada rasa cemburu.
Tapi, kenapa kakak tertuanya memperingatkan soal aturan rumah tangga, apa nasehat itu untuk dirinya sendiri atau bagaimana?
Dan, apakah suasana hati tidak menyenangkan ini pertanda bahwa Lao Si sedang cemburu?
Lao Si tidak mengatakan apa-apa, wajahnya tetap kaku layaknya kayu seperti biasanya.
*****
Tanpa terasa saat ini sudah memasuki akhir Maret dan cuaca mulai berubah menjadi hangat.
Kulit Dong Huiying juga semakin membaik setiap harinya karena sangat rajin merawat kulitnya akhir-akhir ini. Kini kulit hitam dekilnya berubah menjadi kulit yang putih dan lembut seperti adonan roti.
Di suatu pagi yang berkabut.
Liang Zhichen bermimpi sesuatu yang membuatnya linglung ketika bangun tidur.
Mungkin memimpikan sesuatu hal di masa kecilnya, ketika masih ada ibu dan ayahnya. Ia memimpin adik-adiknya untuk bermain ke gunung setiap harinya.
Ia mengambil pakaian lapis luarnya dan mengenakan sabuk dengan tangan kirinya.
Ini bukan hal yang mudah.
Setelah tangan kanannya lumpuh, ia melakukan hampir semua kegiatan dalam hidupnya dengan tangan kiri. Hal itu benar-benar bukan hal yang mudah.
Ia pun keluar dari kamar dan menuju wastafel untuk mencuci muka dan menjernihkan pikirannya.
"Oh? Kamu sudah bangun,"
Air masih menetes dari wajahnya ketika melihat sesosok manusia yang putih, mungil, dan juga cantik ini. Sungguh gadis ini seperti embun pagi dimusim semi yang menyegarkan ini.
Ya, itulah Dong Huiying. Ia menyingsingkan lengan bajunya dan memperlihatkan lengan kecilnya yang halus dan putih. Dengan bekas luka merah muda pucat di luar, tetapi kulitnya sangat mempesona dan bisa membuat orang yang melihat menggelengkan kepalanya karena terpesona.
Liang Zhichen memicingkan matanya.
Kurang lebih satu bulan berlalu dan dirinya melihat Sang Istrinya memiliki banyak perubahan, baik itu penampilan fisik maupun sifatnya.
Hari ini Dong Huiying mengenakan linen kasar yang baru, bahannya tidak terlalu bagus, tetapi jahitannya rapi. Bila tidak salah ingat, pakaian ini adalah hasil jahitan tangan Liang Shujun.
Meski sudah terlihat mempesona, Dong Huiying bukan tipe perempuan yang pandai mengikat rambut khas orang-orang kuno. Alhasil gadis ini hanya mengikat rambutnya secara sederhana, namun tetap terlihat lebih imut juga rapi.
"Eee.. Ya, tentu saja sudah bangun."
Liang Zhichen tertawa dengan enggan. Ia tidak tahu penyebabnya, namun tawanya agak canggung keluar dari tenggorokannya.
Tidak hanya itu, Liang Zhichen juga melihat ada sepotong kayu kecil terikat di antara rambut Sang Istri. Walau terlihat tidak biasa, tapi tetap cantik dan menarik.
Dong Huiying menyentuh pipinya, "Apakah ada bunga di wajahku?"
"Tidak."
"Kenapa kamu terus menatapku?" Dong Huiying merasa sedikit malu.
"Eee… Haha,"
Liang Zhichen mengambil handuk muka dan segera mengeringkan tetesan air di wajahnya.
"Sang Istriku..." Suara anggun dan sensual itu seolah berada di ujung lidah dan menggelitik hati. "Kau cantik sekali hari ini."