Menutup Mata
Menutup Mata
Dong Huiying menyentuh urat nadi Liang Yuening lalu berkata sembari mengerutkan keningnya, "Liang Yuening, sepertinya kamu memang sakit, tapi aku tidak terlalu tahu apa penyakitmu."
Liang Yuening dengan dingin menarik tangannya dan bertanya, "Apa kau mempermainkan aku?"
"Hah?" Dong Huiying pun menatapnya dengan mengerutkan alisnya.
Liang Yuening menatap Dong Huiying dengan heran.
Dong Huiying pun langsung memelototinya, "Lain kali, kalau mau berbohong padaku persiapkan dulu mentalmu. Detak jantungmu sangat keras dan kencang, aku ini seorang dokter, apa kau kira aku tidak akan tahu hal yang terjadi padamu?"
Dong Huiying terlihat sangat tidak senang dengan perilaku Liang Yuening ini hingga membuat Liang Yuening cemas. Bila memikirkannya lagi, Dong Huiying pun juga terlalu malas untuk menatap wajahnya lagi dan memilih untuk pergi.
Liang Yuening tidak mengerti alasan cara ini tidak berhasil untuknya. Padahal cara ini pun dilakukan oleh Liang Shuyu dan berhasil dilakukan dengan lancar. Apa Dong Huiying menutup mata hanya pada dirinya saja?
Setelah Dong Huiying masuk rumah, sebuah jendela di rumah bagian selatan terbuka agak lebar.
Ternyata Liang Shuyu yang berdiri di samping tempat tidur sedang memperhatikan usaha Liang Yuening yang hasilnya gagal total.
"Dasar bodoh." Ucap Liang Shuyu tidak terlalu keras. Ia merasa bahwa adiknya satu ini memang terlalu kaku untuk memperlakukan perempuan dengan baik.
Liang Shuyu berkata sambil menggelengkan kepalanya dan mengangkat bibirnya yang tipis. Ia pun batuk lagi dan menutup jendela.
Liang Yuening yang masih bingung dengan tanggapan Sang Istri hanya bisa diam sambil mengintrospeksi kesalahan yang mungkin dilakukannya.
Dari langkahnya tadi, bagian mana yang membuatnya terlihat bodoh, dimana letak kebodohannya, bagaimana dia bisa tahu?
Tiba-tiba disalahkan begitu saja oleh kakak keduanya, tapi Liang Yuening masih tidak mengerti letak kesalahannya dan ini membuatnya terkulai lemas.
*****
Malam yang gelap pun telah berubah menjadi pagi.
Saat ini Liang Yuening sedang duduk di dekat pintu dengan tatapan kosong sembari menempelkan kain putih untuk menyeka keringat di dahinya. Liang Shuyu menatap adiknya itu sembari memegang segelas air hangat dengan santai.
"Kakak…" ucap Liang Yuening dengan gugup. Liang Yuening benar-benar tidak paham dengan penyebab Dong Huiying bisa perhatian pada kakak keduanya ini, terutama saat penyakit kakaknya itu kambuh. Sayangnya, sikap Sang Istri justru terasa dingin padanya.
Liang Shuyu menyesap air hangatnya dan menanggapi pertanyaan adiknya itu dengan sedikit menggoda, "Mau tahu kenapa?"
Sorot mata Liang Yuening menyala dan menganggukkan kepala.
Liang Shuyu berkata dengan penuh arti, "Kamu meremehkan keterampilan medis istrimu, aku benar-benar sakit kepala."
"Oh…." Sekejap Liang Yuening jadi sedikit frustasi. Mengenai pengetahuan kedokteran ini, tentu dirinya tidak tahu banyak.
Liang Shuyu pun memandang Liang Yixuan yang sedang berjongkok memberi makan ayam di halaman belakang. Ia memberi makan ayam, bebek, dan juga angsa yang dibeli oleh Dong Huiying di kota beberapa waktu lalu.
Lalu Liang Shuyu berkata dengan tenang, "Kalau diperhatikan, cuaca akhir-akhir ini sudah lebih hangat. Air di sungai pasti sudah tidak terlalu dingin, aku jadi ingin mandi di sungai."
Liang Yuening melirik ke arah kakaknya karena tidak paham dengan perkataannya.
Liang Shuyu pun mengerutkan keningnya dan menghela napas lagi, "Yuening, sepertinya perkataan Sang Istri ada benarnya juga. Kamu sakit di bagian otak, dan itu tidak akan pernah ada obatnya."
Liang Shuyu pun mengabaikan Liang Yuening yang bodoh itu dan berjalan ke kamar.
Tidak masalah jika tubuhnya sesekali terkena angin walau sakitnya belum sepenuhnya sembuh. Jika tidak begitu, ia akan tersiksa sendirian di kamar merasakan sakit dan tidak bisa berbaur bersama adik-adiknya di luar.
Liang Shuyu pun terbatuk sedikit dan kembali ke kamarnya. Sementara Liang Yuening memikirkan penghinaan kakaknya tadi, perasaannya saat ini benar-benar tidak dapat dijelaskan. Ia mengetuk otaknya dan akhirnya melirik Dong Huiying yang sedang mencuci sayuran di dapur.
Tunggu, air sungai? Cuci sayuran?
Seolah baru saja tersambar petir, Liang Yuening jadi terpana.
Mungkin ini yang dimaksud oleh kakak kedua!
Malam itu, ketika semua orang di keluarga tertidur, Liang Yuening menyelinap keluar rumah.
Ia pergi ke sungai dan memandang air sungai yang jernih berkilauan karena pantulan cahaya bulan. Ia pun melepaskan bajunya dan mulai berendam di dalam sungai sambil menggertakkan giginya.
Ia berendam di sungai hampir sepanjang malam, wajahnya membeku, dan mulai bersin-bersin. Esoknya, saat hari sudah pagi, dia keluar dari sungai dengan badan gemetaran.
'Ya, ini lumayan. Haciuh!'
Ia pun bergegas memakai pakaiannya dan mengusap hidungnya yang tersumbat tapi matanya berbinar-binar.