Istri Kecilku Sudah Dewasa

Pao… Pao Bao…



Pao… Pao Bao…

3Ketika mereka tiba di istana kerajaan, Liuli Guoguo digendong oleh Xuanyuan Pofan menuruni kereta kuda karena adanya situasi spesial. Ini membuat wajah para pelayan wanita dan para pelayan laki-laki yang lewat memerah dan berteriak 'wow wow wow' di dalam hati saat melihat ini.     

Xuanyuan Pofan menggandeng tangan kecil Liuli Guoguo, lalu berjalan menuju bangunan Kun Ning. Namun, tiba-tiba terdengar isak tangis dan suara memohon dari seorang wanita dan juga suara wanita yang sedang memaki dengan marah, yang semakin lama semakin terdengar jelas di telinga Liuli Guoguo.     

"Putri Wen Yixi, hamba salah. Hamba benar-benar tahu hamba salah. Tolong… Tolong ampuni hamba. Hiks hiks hiks."     

"Untuk apa kamu menangis seperti ini? Walaupun pakaianku ini baru dan masih bisa dicuci jika kotor. Tapi yang kamu telah hancurkan adalah bunga favorit nenek Ratu! Kamu ceroboh sekali ya. Demi nenek, aku tidak akan pernah bisa memaafkanmu begitu saja. Cai Zhu, ambilkan cambukku!"     

Segera setelah itu, terdengar suara cambukan yang keras diiringi dengan suara jeritan kesakitan seorang wanita.     

Liuli Guoguo menoleh dan melihat seorang wanita berwajah cantik yang mengenakan gaun biru danau dengan motif capung dan air. Tapi, ekspresinya saat ini terlihat sangat jahat. Tangan wanita itu memegang cambuk panjang, dan dia terus mencambuk seorang pelayan kerajaan.     

Wanita itu terus menangis dan menjerit kesakitan, namun gadis berbaju biru danau itu tak juga berhenti. Pemandangan ini sangat mengejutkan dan menyayat hati. Liuli Guoguo tiba-tiba merasa pusing saat melihat ini. Lalu, dua pemandangan yang hampir mirip terus bermunculan di kepalanya.      

Pertama, pemandangan yang pemeran utamanya adalah dirinya sendiri. Saat berumur tiga empat tahunan, dia sering diperlakukan seperti ini oleh kedua kakak tirinya yang dilahirkan oleh bibi Hong Lian, wanita penggoda yang dibawa tinggal ke rumahnya oleh ayahnya yang jahat. Untungnya, dua kakak tirinya yang jahat itu telah mendapatkan hukuman yang berat dari kakak Po-nya.     

Sedangkan pemeran utama dari pemandangan yang lain yang seperti ini adalah… Adalah…     

Liuli Guoguo masuk ke dekapan Xuanyuan Pofan, dia memegangi kepalanya yang agak pusing dan sakit. Namun, dia tidak juga ingat siapa pemeran utama dari kejadian yang lain itu. Sebab, pemandangan itu bukan pemandangan seseorang mencambuk siapa. Tapi pemandangan, di mana seorang gadis berlumuran darah karena dipukul dan dicambuk. Sekujur tubuhnya dipenuhi luka bekas cambukan, dan darah yang mengalir dari tubuh gadis itu bukan berwarna merah tapi berwarna hijau.     

"Pao… Pao Bao…" Saat pemandangan kejadian itu memenuhi pikirannya, tanpa sadar Liuli Guoguo bergumam. Tapi dia sendiri bahkan tidak tahu bagaimana dirinya bisa melontarkan nama ini.     

Xuanyuan Pofan yang menggendong gadis kecil di dekapannya itu samar-samar mendengar apa yang digumamkan gadis kecilnya. Hatinya langsung bergetar, dia lalu menoleh dan melirik ke pengawal kelima di belakangnya.     

Pengawal kelima langsung mengerti maksud tuannya. Dia berjalan dengan cepat menghampiri wanita berbaju biru danau dan juga pelayan istana yang tidak jauh dari mereka. Tentu saja dia mengenali wanita berbaju biru danau itu, sebab wanita itu adalah anak perempuan tertua dari pasangan jenderal besar Wen Dun dan juga putri Wen Xian. Dia adalah putri Wen Yixi.     

Dia tidak tega melihat pelayan istana yang seumuran dengan Nyonya kecilnya itu dipukul dan dicambuk seperti ini. Jadi setelah menghampirinya, dia langsung merebut cambuk di tangan Wen Yixi tanpa mengatakan apapun.     

Tapi, setiap cambukan yang diberikan oleh Wen Yixi begitu keras dan kejam. Maka, ketika baru saja pengawal kelima merebut cambuk dari tangan Wen Yixi, pelayan istana yang dicambuki itu sudah pingsan duluan karena tidak bisa menahan rasa sakit dari luka cambuk di tubuhnya, sebelum dia sempat berterima kasih kepada pengawal kelima.     

Wen Yixi tercengang. Dia tidak menyangka, karena baru memukulnya sebentar, tiba-tiba ada orang yang berani merebut cambuknya. Dia lalu menoleh dan melihat seorang pria tua berwajah kotak dan bertubuh tinggi kekar.     

"Siapa kamu! Apa kamu tahu siapa aku, hah? Berani sekali merebut cambukku, apa kamu mau mati ya?! Kenapa? Apa tidak tega melihat seseorang disiksa jadi ingin membantunya? Aku ini sedang memberi pelajaran kepada pelayan yang tak becus mengerjakan pekerjaannya. Kamu tidak perlu sok jadi pahlawan yang menegakkan keadilan di siang bolong ya!"      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.