Percikan Api yang Bergejolak di Matanya
Percikan Api yang Bergejolak di Matanya
Belum selesai bicara, Zhan Zihao segera menangkap tanda bahaya dan rasa tidak senang di mata Lie Nieduo. Dia pun langsung diam dan berkata lagi, "Istriku, bukan maksudku begitu. Aku merasa kamu tidak bisa membandingkan istri kecil Raja Huayou dengan Li Guo."
Kamu yang dapat menghubungkan antara istri kecil Raja Huayou dengan seorang gadis dari luar kota. Wow istriku, imajinasi dan kekreatifan mu ini boleh juga, batin Zhan Zihao.
Lalu, mata phoenix Wu Yunfu yang hitam sudah menatap dengan erat, gadis yang mengenakan baju musim dingin warna merah muda yang ada di kursi utama itu. Dia tadi tidak terlalu memperhatikan Raja Huayou dan istri kecil Raja Huayou. Tapi pada saat ini, begitu dia memperhatikannya, sepertinya benar kata Lie Nieduo.
Istri kecil Raja Huayou juga memiliki mata anggur yang besar dan bulat. Hanya saja, keningnya begitu bersih dan lembut, tak ada noda apapun, apalagi bopeng dan tahi lalat.
Cih, kenapa aku bodoh begini sih. Mata ini memang bisa menjelaskan apa. Gadis jelek itu mungkin sekarang sedang berada di Penglaizhou, dan mulai mengemasi barang beserta kopernya untuk persiapan kembali ke perguruan tinggi, batinnya.
Wu Yunfu hanya tertegun beberapa saat, lalu dia segera sadar dari lamunannya. Dia pun sudah malas memandangi lagi istri kecil Raja Huayou yang ada di kursi utama itu. Kemudian dia menoleh dan malah menyadari kalau Xuanyuan Poyu yang duduk di sebelah kanannya, juga sedang menatap ke arah kursi utama di area penonton VIP.
Hanya saja, entah dia sedang menatap Raja Huayou ataukah istri kecil Raja Huayou. Sebab, Xuanyuan Poyu memandang ke arah itu tanpa mengedipkan matanya sekalipun.
"Hei, apa yang kamu lihat?" Wu Yunfu menyenggol Xuanyuan Poyu dengan siku tangannya. Dia sangat penasaran. Tidak pernah ada gejolak apapun di pupil mata Xuanyuan Poyu yang cerah itu selama ini. Tapi, Wu Yunfu tadi melihat ada percikan api yang bergejolak di mata yang cerah tersebut.
"Jika suatu hari, kamu menyadari kalau orang yang kamu sukai itu adalah orang yang tak mampu kamu jangkau, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Xuanyuan Poyu. Dia sama sekali tak berusaha menghindar hanya karena pertanyaan dadakan dari Wu Yunfu. Bahkan masih saja menatap tajam ke arah itu.
Hah? Apa maksudnya? batin Wu Yunfu.
Perasaan seorang gadis akan lebih sensitif daripada seorang pria. Wen Yiwen yang duduk di samping Xuanyuan Poyu seolah mengerti makna terdalam yang tersirat dari kata-kata Xuanyuan Poyu ini. "Xuanyuan Poyu, jangan bilang kamu..." Jatuh cinta dengan istri paman, batinnya.
Seberapa berani dan keras kepala Wen Yiwen, tetap saja dia masih tidak berani melontarkan kata-kata selanjutnya itu. Karena dia takut, jika kata-kata ini tanpa sengaja terdengar ke telinga paman keenamnya yang berdarah dingin itu. Nantinya, yang ada nyawa pangeran kedua belas kerajaan yang ada di sampingnya ini akan segera melayang.
"Jangan bilang apa?" Wu Yunfu tampak tertarik dengan ucapan Wen Yiwen yang tidak lengkap itu.
Wen Yiwen menggelengkan kepalanya, "Bukan apa-apa kok kakak Wu Yunfu."
Lalu, Wen Yiwen menarik lengan baju Xuanyuan Poyu. Dia menunggu sampai Xuanyuan Poyu menoleh padanya. Kemudian, dia pun mendekat ke telinga Xuanyuan Poyu dan berbisik padanya.
"Xuanyuan Poyu, aku nasehati ya, paman keenam adalah orang aneh yang sangat posesif. Lebih baik, kamu bunuh saja pikiran dan keinginanmu itu. Karena itu sangat bahaya," ucap Wen Yiwen.
Mengenai hal ini, saat Wen Yiwen pergi mengunjungi nenek Ratunya di istana kerajaan. Xuanyuan Poxi yang bukan lain adalah paman kedelapannya, mengatakan semua ini kepada Ratu dan kepadanya.
Dulu, dia masih sangat muda, jadi tidak takut dengan apapun. Tapi saat Wen Yiwen beranjak dewasa dan sering sekali mendengar banyak hal dari Xuanyuan Pofan, dia pun sekarang jadi agak takut.
Walaupun dulu Xuanyuan Poyu selalu bersikap dingin kepadanya, tapi Wen Yiwen juga tidak bisa hanya menyaksikan kakak sepupunya, tanpa menyelamatkannya.
Mata cerah Xuanyuan Poyu pun menggelap, dia diam dan akhirnya menjawab Wen Yiwen dengan tenang, "Terima kasih telah mengingatkan."