Istri Kecilku Sudah Dewasa

Keponakan dan Paman



Keponakan dan Paman

0Di aula Gan Dian, bangunan Dong ibu kota kekaisaran,      

Pengurus tugas internal, yaitu pelayan Gao dan juga petugas peninjauan ulang dan pengecekan, yaitu pelayan Lu. Sedang memeriksa dan meninjau kembali lembar-lembar kertas berisi informasi calon selir dalam penyeleksian ketiga, di acara akbar pemilihan selir ini.     

Mereka sangat terkejut ketika melihat nama Wen Yixi. "Pelayan Gao, Wen Yixi ini... Bukankah putri tertua dari putri Wen Xian dan juga jendral besar Wen Dun," kata pelayan Lu sedikit heran sambil menaikkan alisnya dan mengelus jenggot di dagunya.     

Pelayan Gao juga mengerutkan keningnya, karena saat ini dia tidak tahu bagaimana harus menangani nama yang satu ini. Dia sama sekali tidak menyangka kalau putri dari tuan putri Wen Xian yang terhormat akan mendaftar dalam acara akbar pemilihan selir ini.      

Bagaimana pun pangeran mahkota adalah paman kandung Wen Yixi. Entah bagaimana ini. Jika benar-benar membiarkan Nona Wen Yixi lolos dan masuk dalam penyeleksian babak ketiga ini.      

Jika pada akhirnya nanti akan langsung bertemu dengan keluarga kerajaan. Bukankah yang ada malah akan menjadi lelucon besar untuk semua. Walaupun, bisa dibilang hubungan ini hanya terbatas sebagai sepupu dari pihak ibu, dan bukan dari sepupu dari pihak ayah. Tapi tetap saja mereka ini adalah paman dan keponakan.     

Pelayan Gao terus berpikir mengenai ini, dan hal tersebut membuat dia semakin lama semakin mengerutkan keningnya. Pelayan Lu lalu melihat pelayan Gao yang sudah tenggelam di dalam pikirannya. Kemudian dia berkata, "Pelayan Gao, bagaimana kalau saya tanyakan saja kepada Ratu?"      

Mereka berdua sama sekali tidak bisa tahu jelas dalam hal ini. Namun, jika tidak bertanya dan meminta petunjuk, lalu mencoret nama ini. Kemudian pada akhirnya jika ini adalah keinginan dan niat Ratu. Maka mereka bisa dibilang sudah mempermalukan Ratu.      

Tapi, menurut aturan yang biasanya berlaku, Ratu harusnya tidak akan membuat cucu kandungnya sendiri mengikuti acara pemilihan selir untuk anak kandungnya. Karena ini sedikit...     

Pelayan Gao semakin mengerutkan keningnya. Ketika dia mengangguk dan hendak menyuruh pelayan Lu untuk bertanya dan minta petunjuk ke Ratu. Tiba-tiba seorang kasim datang menghampiri dan berbisik ke telinganya.     

Begitu mendengar ucapan kasim itu, mata pelayan Gao langsung berkedip. Dia lalu berkata kepada pelayan Lu yang ada di sampingnya, "Pelayan Lu, tunggu kami sebentar."     

Pelayan Lu mengangguk dengan sopan dan menjawab, "Baiklah, pelayan Gao."     

***     

Sebuah ruangan yang sempit dan kecil di aula Gan Dian,      

"Gang Zi, apakah pangeran ketiga benar-benar berkata seperti itu?" tanya pelayan Gao sambil menajamkan tatapan matanya.     

Kasim muda itu pun mengangguk dan menjawab, "Iya."     

Paras wajah pelayan Gao tampak tidak senang. Setelah diam sejenak, dia pun mengangguk dan menanggapi, "Baiklah, begitu kamu kembali bilang ke Tuanmu kalau kami mengerti. Kami akan melakukan sesuai apa yang dia katakan."     

Kasim muda itu melengkungkan bibirnya, lalu membungkuk kepada pelayan Gao dan berkata, "Terima kasih atas usaha pelayan Gao."     

***     

Pelayan Lu akhirnya melihat pelayan Gao kembali. Dia pun kemudian dengan paniknya berdiri. "Pelayan Gao, bagaimana kalau lebih baik saya pergi bertanya ke Ratu sekarang?" tanyanya. Bukannya tadi kamu menyuruhku nanti untuk membicarakan ini, sehingga membuang-buang waktu saja seperti ini, batinnya.     

Wajah cemberut pelayan Gao berubah jadi tersenyum, dia lalu menepuk pundak pelayan Lu dan berkata, "Pelayan Lu, sudah tidak perlu. Sebenarnya… Kita cukup meninjau apa yang sudah ada di lembar-lembar itu saja. Tidak peduli yang sudah diganti ataupun yang sudah disetujui."     

Pelayan Lu dengan bingung segera bertanya, "Pelayan Gao, namanya sudah tidak perlu dicoret?" Dia cukup tertekan, kemudian mencondongkan tubuhnya ke pelayan Gao dan berbisik, "Pelayan Gao, jangan-jangan… Ini maksud dari Ratu?"     

Pelayan Gao tidak menjawab pertanyaan pelayan Lu dan hanya menaikkan alisnya saja. Namun hal itu langsung membuat pelayan Lu tercengang. Ya Tuhan, diamnya pelayan Gao ini mengiyakan ya?! Ini benar-benar maksud dari Ratu! Benar-benar terlalu tidak masuk akal, batinnya.     

Pelayan Gao melihat pelayan Lu yang tercengang dengan bodohnya ketika mendengar semua ini. Lalu, dia hendak membuatnya lebih tercengang lagi dengan memberikannya tugas yang cukup besar.      

Setelah itu pelayan Gao menaikkan alisnya, lalu menaruh lembar-lembar kertas yang harus ditinjau dan diperiksanya ke depan pelayan Lu. "Pelayan Lu, aku tiba-tiba ada urusan lain. Tolong bantu aku meninjau dan mengecek semua sisa lembar kertas tugasku ini ya. Kamu tidak perlu khawatir mengenai hal lainnya," ucapnya.     

"Ini..." gumam pelayan Lu dengan hati yang tiba-tiba tercekat.      

Pelayan Gao memegang tahi lalat di sudut matanya, lalu berkata dengan tidak senangnya, "Kenapa? Aku yang tiba-tiba ada urusan penting ini, apa pelayan Lu tidak mau mengorbankan waktu untuk membantuku?"     

Pelayan Lu melihat pelayan Gao yang marah, jadi dia tidak berani ragu-ragu lagi. Kemudian dia langsung tersenyum dan berkata, "Tidak kok. Mana mungkin tidak mau. Tidak masalah, silakan, silakan pelayan Gao pergi menangani urusan anda. Sisa lembar kertas ini serahkan saja padaku, biar aku saja yang meninjaunya."     

Sialan! Ada urusan penting apapun, memangnya akan lebih penting dari acara besar pemilihan selir yang diadakan untuk pangeran mahkota oleh Ratu, hah?! Apa tidak takut Ratu tahu, lalu memenggal kepalamu?! batin pelayan Lu.     

"Kalau begitu, tolong ya pelayan Lu," kata pelayan Gao sambil melengkungkan bibirnya, dengan tatapan matanya yang berkedip penuh kelicikan.     

"Tidak masalah, tidak masalah kok. Pelayan Gao tidak perlu tidak enak dengan yang muda."      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.